Buku Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional
-
Buku Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional
[image: Buku Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional]
Emotional Intelligence - Daniel GolemanBuku ...
Kebakaran dan Alat Pemadam Kebakaran merupakan salah satu materi/pengetahuan yang perlu dikuasi oleh seorang laboran/teknisi maupun kepala laboratorium IPA.
Kebakaran dalam laboratorium dapat terjadi jika ada tiga faktor di bawah ini :
1. Bahan yang terbakar, yang berupa zat padat, cair dan gas.
2. Panas yang cukup untuk menaikkan suhu bahan sampai ke titik bakarnya.
3. Oksigen (udara).
Ketiga faktor tersebut dikenal sebagai segitiga api.
Segitiga api
Untuk dapat menanggulangi kebakaran yang kecil, maka kita perlu menyiapkan alat-alat sebagai berikut :
1. Aliran air atau bak berisi air.
2. Ember berisi pasir dengan skopnya.
3. Selimut, bila mungkin yang terbuat dari bahan tahan api.
4. Tabung pemadam kebakaran.
Alat atau bahan yang digunakan untuk memadamkan kebakaran tergantung pada jenis kebakaran yang terjadi.
a. Pemadam kebakaran jenis air
b. Pemadam kebakaran jenis karbon dioksida
c. Pemadam kebakaran jenis busa
d. Pemadam kebakaran jenis zat cair yang menguap
e. Pemadam kebakaran jenis serbuk
f. Pemadam kebakaran jenis selimut
Pemadam kebakaran jenis air
Pemadam kebakaran jenis karbon dioksida
Pemadam kebakaran jenis serbuk
Pemadam kebakaran mana yang sesuai untuk digunakan tergantung pada jenis kebakarannya.
Kebakaran dapat digolongkan menjadi empat jenis.
1. Jenis A, yaitu kebakaran yang disebabkan oleh bahan-bahan yang mudah terbakar, seperti kertas, kayu, dan plastik.
Kebakaran jenis A, sebaiknya dipadamkan dengan menggunakan air.
2. Jenis B, yaitu kebakaran yang disebabkan oleh zat cair yang mudah terbakar, seperti minyak tanah, bensin, alkohol, dan eter.
Kebakaran jenis B, tergantung pada besar dan letak kebakaran itu. Jenis pemadam kebakaran yang dapat digunakan :
1) Selimut
2) Pemadam jenis karbon dioksida, atau jenis zat cair yang menguap
3) Pemadam jenis busa, dengan cara mengarahkan semprot busa ke belakang api kemudian maju ke depan api, ke arah pemadam
4) Pemadam jenis serbuk, sebaiknya dimulai dari pinggir api, berkeliling makin lama makin ke tengah.
Peringatan : jangan sekali-kali menggunakan air untuk kebakaran jenis B.
3. Jenis C, yaitu kebakaran yang diakibatkan oleh arus listrik.
Pada kebakaran jenis ini, yang pertama dilakukan ialah memutuskan arus listrik yang menimbulkan kebakaran itu. Setelah itu dapat menggunakan pemadam jenis karbon dioksida atau jenis cair menguap.
4. Jenis D, yaitu kebakaran yang disebabkan oleh logam terbakar.
Kebakaran jenis ini menggunakan pemadam kebakaran jenis serbuk
Demikian uraian mengenai kebakaran dan alat pemadam kebakaran yang mungkin dijumpai dalam laboratorium IPA kita.
Bacaan lebih lanjut
Kebakaran dalam laboratorium dapat terjadi jika ada tiga faktor di bawah ini :
1. Bahan yang terbakar, yang berupa zat padat, cair dan gas.
2. Panas yang cukup untuk menaikkan suhu bahan sampai ke titik bakarnya.
3. Oksigen (udara).
Ketiga faktor tersebut dikenal sebagai segitiga api.
Segitiga api
Untuk dapat menanggulangi kebakaran yang kecil, maka kita perlu menyiapkan alat-alat sebagai berikut :
1. Aliran air atau bak berisi air.
2. Ember berisi pasir dengan skopnya.
3. Selimut, bila mungkin yang terbuat dari bahan tahan api.
4. Tabung pemadam kebakaran.
Alat atau bahan yang digunakan untuk memadamkan kebakaran tergantung pada jenis kebakaran yang terjadi.
a. Pemadam kebakaran jenis air
b. Pemadam kebakaran jenis karbon dioksida
c. Pemadam kebakaran jenis busa
d. Pemadam kebakaran jenis zat cair yang menguap
e. Pemadam kebakaran jenis serbuk
f. Pemadam kebakaran jenis selimut
Pemadam kebakaran jenis air
Pemadam kebakaran jenis karbon dioksida
Pemadam kebakaran jenis serbuk
Pemadam kebakaran mana yang sesuai untuk digunakan tergantung pada jenis kebakarannya.
Kebakaran dapat digolongkan menjadi empat jenis.
1. Jenis A, yaitu kebakaran yang disebabkan oleh bahan-bahan yang mudah terbakar, seperti kertas, kayu, dan plastik.
Kebakaran jenis A, sebaiknya dipadamkan dengan menggunakan air.
2. Jenis B, yaitu kebakaran yang disebabkan oleh zat cair yang mudah terbakar, seperti minyak tanah, bensin, alkohol, dan eter.
Kebakaran jenis B, tergantung pada besar dan letak kebakaran itu. Jenis pemadam kebakaran yang dapat digunakan :
1) Selimut
2) Pemadam jenis karbon dioksida, atau jenis zat cair yang menguap
3) Pemadam jenis busa, dengan cara mengarahkan semprot busa ke belakang api kemudian maju ke depan api, ke arah pemadam
4) Pemadam jenis serbuk, sebaiknya dimulai dari pinggir api, berkeliling makin lama makin ke tengah.
Peringatan : jangan sekali-kali menggunakan air untuk kebakaran jenis B.
3. Jenis C, yaitu kebakaran yang diakibatkan oleh arus listrik.
Pada kebakaran jenis ini, yang pertama dilakukan ialah memutuskan arus listrik yang menimbulkan kebakaran itu. Setelah itu dapat menggunakan pemadam jenis karbon dioksida atau jenis cair menguap.
4. Jenis D, yaitu kebakaran yang disebabkan oleh logam terbakar.
Kebakaran jenis ini menggunakan pemadam kebakaran jenis serbuk
Demikian uraian mengenai kebakaran dan alat pemadam kebakaran yang mungkin dijumpai dalam laboratorium IPA kita.
Bacaan lebih lanjut
Purwadi,
Sarosa. 1981. Pengelolaan Laboratorium
IPA. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Lubis,
M. Muhsin. 1993. Materi Pokok
Laboratorium IPA; 1-9; PGPA3930/3 SKS; Modul 1 – 9. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan
Arsyad Riyadi
November 26, 2016
New Google SEO
Bandung, Indonesia
Dalam pembuangan limbah kimia tentunya memperhatikan berbagai faktor. Jangan sampai membuang limbah kimia malah akhirnya menimbulkan masalah baru.
Limbah kimia yang dimaksud di sini kimia adalah bahan sisa pakai dari suatu eksperimen atau bahan kimia yang rusak (tidak dapat dipakai lagi).
Ada beberapa cara untuk membuang limbah kimia laboratorium, yaitu :
a. Ditimbun dalam tanah
b. Dituang dalam saluran air
c. Diuapkan dalam lemari asap atau di udara terbuka
d. Dilarutkan dalam suatu pelarut
e. Dibakar
Limbah cair
- Asam dan basa, sebelum dibuang dinetralkan lebih dulu. Asam dinetralkan dengan larutan NaOH atau air kapur, sedangkan basa dinetralkan dengan larutan HCl encer. Setelah itu diencerkan dengan air banyak kemudian dibuang ke tempat pembuangan air.
- Larutan logam berat, seperti senyawa raksa, barium, kadmium, arsen, timbal, perak, dan tembaga. Senyawa-senyawa ini beracun. Pembuangannya ditampung di tempat khusus, kemudian ditimbun dalam tanah. Cara ini juga dilakukan untuk senyawa yang padat.
- Pelarut organik. Pelarut organik biasanya mudah sekali terbakar. Jika jumlahnya sedikit dapat dibakar di tempat terbuka sedikit-demi sedikit. Jika jumlah cukup banyak ditimbun dalam tanah.
Limbah padat
- Limbah padat mudah terbakar, seperti natrium dan fosfor. Dibakar sedikit demi sedikit di tempat terbuka.
- Limbah padat organik. Ditampung dalam wadah khusus, kemudian dibakar. Tetapi bila nantinya menghasilkan uap atau asap yang berbahaya, ditimbun dalam tanah.
- Limbah padat yang larut dalam air. Dilarutkan lebih dahulu dalam air, diencerkan, kemudian dibuang di pembuangan air.
- Limbah padat yang tidak larut dalam air. Dikumpulkan dalam wadah khusus, kemudian ditimbun dalam tanah.
Limbah radioaktif
Dikumpulkan pada tempat yang khusus, kemudian dikembalikan kepada tempat pemasok.
Bacaan lebih lanjut.
Sumber gambar
http://m.greenpeace.org/seasia/id/ReSizes/MobileHighTierFullscreen/PageFiles/648578/limbah%20citarum2.jpg Arsyad Riyadi November 25, 2016 New Google SEO Bandung, Indonesia
Limbah kimia yang dimaksud di sini kimia adalah bahan sisa pakai dari suatu eksperimen atau bahan kimia yang rusak (tidak dapat dipakai lagi).
Ada beberapa cara untuk membuang limbah kimia laboratorium, yaitu :
a. Ditimbun dalam tanah
b. Dituang dalam saluran air
c. Diuapkan dalam lemari asap atau di udara terbuka
d. Dilarutkan dalam suatu pelarut
e. Dibakar
Limbah cair
- Asam dan basa, sebelum dibuang dinetralkan lebih dulu. Asam dinetralkan dengan larutan NaOH atau air kapur, sedangkan basa dinetralkan dengan larutan HCl encer. Setelah itu diencerkan dengan air banyak kemudian dibuang ke tempat pembuangan air.
- Larutan logam berat, seperti senyawa raksa, barium, kadmium, arsen, timbal, perak, dan tembaga. Senyawa-senyawa ini beracun. Pembuangannya ditampung di tempat khusus, kemudian ditimbun dalam tanah. Cara ini juga dilakukan untuk senyawa yang padat.
- Pelarut organik. Pelarut organik biasanya mudah sekali terbakar. Jika jumlahnya sedikit dapat dibakar di tempat terbuka sedikit-demi sedikit. Jika jumlah cukup banyak ditimbun dalam tanah.
Limbah padat
- Limbah padat mudah terbakar, seperti natrium dan fosfor. Dibakar sedikit demi sedikit di tempat terbuka.
- Limbah padat organik. Ditampung dalam wadah khusus, kemudian dibakar. Tetapi bila nantinya menghasilkan uap atau asap yang berbahaya, ditimbun dalam tanah.
- Limbah padat yang larut dalam air. Dilarutkan lebih dahulu dalam air, diencerkan, kemudian dibuang di pembuangan air.
- Limbah padat yang tidak larut dalam air. Dikumpulkan dalam wadah khusus, kemudian ditimbun dalam tanah.
Limbah radioaktif
Dikumpulkan pada tempat yang khusus, kemudian dikembalikan kepada tempat pemasok.
Bacaan lebih lanjut.
Purwadi,
Sarosa. 1981. Pengelolaan Laboratorium
IPA. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Lubis,
M. Muhsin. 1993. Materi Pokok
Laboratorium IPA; 1-9; PGPA3930/3 SKS; Modul 1 – 9. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan
http://m.greenpeace.org/seasia/id/ReSizes/MobileHighTierFullscreen/PageFiles/648578/limbah%20citarum2.jpg Arsyad Riyadi November 25, 2016 New Google SEO Bandung, Indonesia
Tata Letak Laboratorium IPA
1. Letak Laboratorium
a. Laboratorium tidak terletak di arah angin
b. Letak laboratorium mempunyai jarak cukup jauh dari sumber air
c. Laboratorium harus mempunyai saluran pembuangan sendiri
d. Letak laboratorium mempunyai jarak yang cukup jauh terhadap bangunan lain
e. Letak laboratorium pada bagian bagian yang mudah dikontrol dalam kompleks sekolah
2. Luas Laboratorium
Sesuai dengan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007 tanggal 28 Juni 2007 mengenai Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/madrasah Pendidikan Umum, pengertian ruang laboratorium adalah adalah ruang untuk pembelajaran secara praktek yang memerlukan peralatan khusus. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa rasio minimum luas ruang laboratorium IPA 2,4 m2/peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2. Lebar minimum ruang laboratorium IPA 5 m.
Pengaturan ruang dalam laboratorium meliputi :
a. Ruang untuk kegiatan belajar-mengajar
b. Ruang persiapan
c. Ruang gudang
d. Ruang gelap
e. Ruang timbang
f. Ruang kaca
g. Pintu, jendela, dan lantai
3. Peralatan Laboratorium
a. Meja
- Meja kerja untuk siswa
- Meja kerja untuk guru
- Meja demontrasi
- Meja dinding
b. Lemari
- Lemari untuk menyimpan
- Lemari gantung
- Lemari bawah meja
- Lemari asap
c. Bak cuci
d. Listrik
e. Gas
f. Papan tulis
4. Tata Ruang Laboratorium
Untuk mengatur tata ruang ditentukan hal-hal sebagai berikut :
a. Jenis laboratorium
- Laboratorium Biologi
- Laboratorium Fisika
- Laboratorium Kimia
- Laboratorium General Science (IPA)
b. Penggunaan laboratorium
- Untuk kegiatan siswa secara individual
- Untuk kegiatan siswa secara kelompok
- Untuk kegiatan diskusi
- Untuk kegiatan demontrasi/pengajaran
Arsyad Riyadi November 04, 2016 New Google SEO Bandung, Indonesia
1. Letak Laboratorium
a. Laboratorium tidak terletak di arah angin
b. Letak laboratorium mempunyai jarak cukup jauh dari sumber air
c. Laboratorium harus mempunyai saluran pembuangan sendiri
d. Letak laboratorium mempunyai jarak yang cukup jauh terhadap bangunan lain
e. Letak laboratorium pada bagian bagian yang mudah dikontrol dalam kompleks sekolah
2. Luas Laboratorium
Sesuai dengan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007 tanggal 28 Juni 2007 mengenai Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/madrasah Pendidikan Umum, pengertian ruang laboratorium adalah adalah ruang untuk pembelajaran secara praktek yang memerlukan peralatan khusus. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa rasio minimum luas ruang laboratorium IPA 2,4 m2/peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2. Lebar minimum ruang laboratorium IPA 5 m.
Pengaturan ruang dalam laboratorium meliputi :
a. Ruang untuk kegiatan belajar-mengajar
b. Ruang persiapan
c. Ruang gudang
d. Ruang gelap
e. Ruang timbang
f. Ruang kaca
g. Pintu, jendela, dan lantai
3. Peralatan Laboratorium
a. Meja
- Meja kerja untuk siswa
- Meja kerja untuk guru
- Meja demontrasi
- Meja dinding
b. Lemari
- Lemari untuk menyimpan
- Lemari gantung
- Lemari bawah meja
- Lemari asap
c. Bak cuci
d. Listrik
e. Gas
f. Papan tulis
4. Tata Ruang Laboratorium
Untuk mengatur tata ruang ditentukan hal-hal sebagai berikut :
a. Jenis laboratorium
- Laboratorium Biologi
- Laboratorium Fisika
- Laboratorium Kimia
- Laboratorium General Science (IPA)
b. Penggunaan laboratorium
- Untuk kegiatan siswa secara individual
- Untuk kegiatan siswa secara kelompok
- Untuk kegiatan diskusi
- Untuk kegiatan demontrasi/pengajaran
Arsyad Riyadi November 04, 2016 New Google SEO Bandung, Indonesia
Pengantar
Penilaian Kinerja Guru dilakukan untuk meningkatkan profesionalitas guru dalam menjalankan tugasnya. Di samping itu penilaian kinerja guru juga berdampak pada pembinaan karir, peningkatan kompetensi serta pada pemberian tunjangan profesi.
Berdasarkan Permendiknas No. 26 tahun 2008, disebutkan bahwa kepala laboratorium memiliki pendidikan minimal sarjan (S1) yang telah berpengalaman minimal 3 tahun dalam mengelola praktikum. Di samping itu, kepala laboratorium juga harus memiliki sertifikat sebagai kepala laboratorium dari perguruan tinggi maupun lembaga lain yang ditetapkan pemerintah.
Penilaian Kinerja Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala laboratorium (dan juga kepala bengkel) terdiri dari 7 komponen dengan 46 kriteria kinerja dan 184 indikator/bukti sesuai dengan tugas sebagai kepala laboratorium/bengkel.
Fungsi Utama Penilaian Kinerja Guru
Penilaian Kinerja guru ini memiliki 2 fungsi utama, yaitu :
1. Untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi dan keterampilan yang diperlukan pada proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
2. Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang dilakukan pada tahun tersebut.
Aspek Penilaian Kinerja
Aspek yang dinilai pada Penilaian Kinerja Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala laboratorium/bengkel meliputi :
1. Komponen Kepribadian
2. Kompionen Sosial
3. Komponen Pengorganisasian Guru, Laboran/Teknisi
4. Komponen Pengelolaan Program dan Administrasi
5. Komponen Pengelolaan, Pemantauan dan Evaluasi
6. Komponen Pengembangan dan Inovasi
7. Komponen Pengelolaan Lingkungan dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Jenis Penilaian Kinerja
Penilaian yang dilakukan dalam penilaian kinerja guru dengan tugas tambahan kepala laboratorium/bengkel meliputi evaluasi diri, formatif dan sumatif.
Evaluasi diri dilakukan pada awal tahun pelajaran. Evaluasi diri ini digunakan untuk memetakan kompetensi serta penyusunan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Pada akhir tahun pelajaran, dilakukan penilaian sumatif yang merupakan penilaian kinerja guru tersebut. Hasil penilaian sumatif ini, akan dijadikan acuan untuk memetakan kembali program PKB di tahun berikutnya. Jika pada akhir tahun ajaran (sumatif), akumulai nilai yang diperlukan untuk kenaikan pangkat sudah tercapai, maka guru tersebut dapat mengajukan usulan kenaikan pangkatnya.
Sumber : Pedoman Penilaian Kinerja Guru dengan Tugas Tambahan Kepala Laboratorium/Bengkel Sekolah/Madrasah, 2012.
Untuk Pedoman Penilaian Kinerja Guru dengan Tugas Tambahan Kepala Laboratorium/Bengkel bisa download di sini.
Arsyad Riyadi Maret 07, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Penilaian Kinerja Guru dilakukan untuk meningkatkan profesionalitas guru dalam menjalankan tugasnya. Di samping itu penilaian kinerja guru juga berdampak pada pembinaan karir, peningkatan kompetensi serta pada pemberian tunjangan profesi.
Berdasarkan Permendiknas No. 26 tahun 2008, disebutkan bahwa kepala laboratorium memiliki pendidikan minimal sarjan (S1) yang telah berpengalaman minimal 3 tahun dalam mengelola praktikum. Di samping itu, kepala laboratorium juga harus memiliki sertifikat sebagai kepala laboratorium dari perguruan tinggi maupun lembaga lain yang ditetapkan pemerintah.
Penilaian Kinerja Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala laboratorium (dan juga kepala bengkel) terdiri dari 7 komponen dengan 46 kriteria kinerja dan 184 indikator/bukti sesuai dengan tugas sebagai kepala laboratorium/bengkel.
Fungsi Utama Penilaian Kinerja Guru
Penilaian Kinerja guru ini memiliki 2 fungsi utama, yaitu :
1. Untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi dan keterampilan yang diperlukan pada proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
2. Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang dilakukan pada tahun tersebut.
Aspek Penilaian Kinerja
Aspek yang dinilai pada Penilaian Kinerja Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala laboratorium/bengkel meliputi :
1. Komponen Kepribadian
2. Kompionen Sosial
3. Komponen Pengorganisasian Guru, Laboran/Teknisi
4. Komponen Pengelolaan Program dan Administrasi
5. Komponen Pengelolaan, Pemantauan dan Evaluasi
6. Komponen Pengembangan dan Inovasi
7. Komponen Pengelolaan Lingkungan dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Jenis Penilaian Kinerja
Penilaian yang dilakukan dalam penilaian kinerja guru dengan tugas tambahan kepala laboratorium/bengkel meliputi evaluasi diri, formatif dan sumatif.
Evaluasi diri dilakukan pada awal tahun pelajaran. Evaluasi diri ini digunakan untuk memetakan kompetensi serta penyusunan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Pada akhir tahun pelajaran, dilakukan penilaian sumatif yang merupakan penilaian kinerja guru tersebut. Hasil penilaian sumatif ini, akan dijadikan acuan untuk memetakan kembali program PKB di tahun berikutnya. Jika pada akhir tahun ajaran (sumatif), akumulai nilai yang diperlukan untuk kenaikan pangkat sudah tercapai, maka guru tersebut dapat mengajukan usulan kenaikan pangkatnya.
Sumber : Pedoman Penilaian Kinerja Guru dengan Tugas Tambahan Kepala Laboratorium/Bengkel Sekolah/Madrasah, 2012.
Untuk Pedoman Penilaian Kinerja Guru dengan Tugas Tambahan Kepala Laboratorium/Bengkel bisa download di sini.
Arsyad Riyadi Maret 07, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Keselamatan kerja di laboratorium harus diperhatikan oleh pengelola, dalam hal kepala laboratorium, laboran, teknisi, guru pengampu maupun siswa sebagai pengguna utama laboratorium.
Semua yang terlibat dalam pemanfaatan laboratorium harus memahami sumber-sumber bahaya yang mengancam keamanan dan keselamatan selama mereka bekerja di sana, Selain itu, memahami cara pencegahan terhadap faktor-faktor yang mengancam keamanan dan keselamatan kerja mereka juga harus dipahami dengan baik.
Berikut adalah sumber bahaya dan cara pencegahan agar keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium terjamin dengan baik.
1. Pengaturan Alat
- Alat-alat yang tidak akan segera dipakai supaya disimpian di gudang atau dalam lemari
- Bahan yang mudah terbakar atau berbahaya jangan diletakkan di dekat jalan ke luar.
- Botol-botol yang berisi bahan kimia tidak disimpan pada tempat yang terkena cahaya matahari
- Membawa botol-botol besar yang berisi bahan kimia jangan pada leher botolnya
- Jika ada gelas/botol yang pecah, segera dibersihkan. Bisa menggunakan plastisin (jangan pakai tangan).
- Gunakan pipet untuk mengambil atau memindahkan zat cair dengan jumlah tepat.
- Jika memasukkan pipa kaca ke dalam lubang sumbat karet lakukan sesuai dengan caranya, yaitu basahi pipa kaca dengan air, pegang pipa dengan beralaskan kain dan masukkan pipa sedikit-sedikit sambil di putar.
- Segera bersihkan larutan/zat cair yang tumpah di lantai/meja. Sebelum dibersihkan , asam-asam pekat dinetralkan lebih dulu dengan serbuk natrium karbonat kemudian disiram dengan banyak air. Sebelum larutan pekat akan dibuang dalam bak cuci, lebih dahulu harus diencerkan dengan banyak air, kemudian disiram lagi dengan air.
- Jangan mengarahkan tabung reaksi yang sedang dipanaskan ke arah orang lain.
- Jangan melihat zat yang sedang dicampurkan atau dipanasi melalui mulut tabung reaksi mulut labu. Lihatlah campuran zat itu yang melalui dinding tabung.
- Jika akan membau zat ayau gas yang leluar dari tabung rekasi atau botol jangan langsung pada mulutnya. Kibas-kibaskan tangan di atas mulut tabung atau botol
Berikut ini adalah daftar zat-zat beracun :
Gas : Karbon monoksida (CO), Hidrogen sulfida (H2S), Nitrogen dioksida (NO2), Dinitrogen tetra oksida (N2O), Karbon disulfida (CS2), Klor (Cl2), Uap Brom, Uap raksa
Senyawa : Berilium, Raksa, Kadmium, Timbal, Antimon, Arsen, Barium, Sianida, Nitrobenzena, Benzena, Hidrogen fluorida, dan Karbon tetraklorida.
- Usahakan untuk kemasukan zat-zat beracun (melalui hidung, mulut, dan kulit) dengan cara tidak menghirup, cuci tangan sebelum makan, dan menutup luka ketika bekerja di laboratorium.
- Pada waktu menggunakan kasa asbes untuk memanasi suatu zat, usahakan debunya tidak terhirup masuk ke dalam tubuh.
- Bahan-bahan berikut berbahaya, karena kuatnya reaksi kimia yang dihasilkan.
1) Asam kuat dan basa kuat
2) Zat oksidator dengan serbuk logam atau dengan zat reduktor
3) Logam alkali, alkali tanah dengan air, asam dan pelarut menggunakan klor
4) Hibrida logam hidrokarbon dengan halogen, Asam kromat atau dengan Natrium peroksida
5) Asam nitrat dan alkohol
4. Listrik
- Putuskan arus listrik sebelum memperbaiki atau menyambung kabel.
- Putuskan segera sumber arus jika ada yang terkena kejutan listrik baru menolong orang yang terkena.
- Jangan memegang kabel atau kontak listrik dengan tangan basah.
- Jangan biarkan kabel-kabel bergantungan atau berserakan di lantai. Kawat pada ujung kabel harus terikat erat dengan terminalnya.
- Pada penggunaan kapasitor, buang dulu muatannya dengan cara membuat arus pendek setelah selesai digunakan.
- Periksa semua alat baru sebelum digunakan.
5. Silinder (tabung) gas
- Letakkan silinder gas dalam keadaan berdiri (vertikal) dan diikat pada alasnya, atau ditidurkan dengan diberi ganjal agar tidak tergulir.
- Kembalikan klep silinder yang bocor pada agen/penjualnya.
- Pasanglah regulator pada klepnya untuk mengatur tekanan gas keluar dari silinder.
- Selalu periksa saluran gas karena beresiko tinggi keracunan dan kebakaran ketika bocor.
- Tandai masing-masing silinder dengan berbagai isi yang berbeda (elpiji, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Karbon dioksida, Klor,dan Astilen).
6. Hewan Percobaan
- Hati-hati dengan hewan percobaan karena bisa menyebabkan infeksi (salmonellosis, cacing gelang, dll). Infeksi bisa lewat gigitan, cakaran, atau dari pisau bedah yang digunakan.
- Bawalah hewan percobaan yang sehat.
- Hati-hati dengan bulu atau debu kulit hewan yang bisa menyebabkan orang alergi.
7. Mikroorganisme
- Pembenihan kultur organisme harus dilakukan dengan teknik yang benar, karena dimungkinkan terkontaminasi organisme patogen.
- Sterilkan alat-alat yang akan digunakan atau dibungkus dulu dengan kertas saring yang telah ditetesi formalin secukupnya.
- Sebelum kultur dibuang, musnahkan terlebih dahulu dalam otoklaf atau dengan disinfektan.
8. Api
- Perlakukan api dengan hati-hati. Api dan benda panas lainnya, selain menyebabkan bahaya kebakaran juga menyebabkan luka bakar.
- Jauhkan zat yang mudah terbakar (etil, alkohol, metanol, aseton, asetalhida, benzena, eter, petroleum eter, dan karbondioksida) dari sumber bahaya kebakaran (pembakar spritus, pembakar bensi, percikan listrik, benda panas, dan zat pengoksidan).
- Simpanlah zat yang mudah terbakar tidak melebihi 500 ml.
- Jangan membuang benda panas, benda terbakar, atau bahan kimia yang sangat reaktif di tempat sampah.
- Jangan memanasi zat cair yang mudah menguap dan mudah terbakar dengan api telanjang, panaskan dengan pemanas air. Awasi terus-menerus percobaan yang menggunakan sumber panas.
- Setelah selesai percobaaan, pastikan untuk mematikan semua api, menutup kran gas dan air, mencabut kontak listrik dan memadamkan lampu.
Sumber : aboutlabkes.wordpress.com |
Sebelum lebih jauh membahas mengenai keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium, kita identifikasi awal berbagai sumber, berbagai akibat dan perkiraan fasilitas yang diperlukan.
Arsyad Riyadi
Februari 28, 2015
New Google SEO
Bandung, Indonesia
Sumber Bahaya di laboratorium
a. Pengaturan Alat
b. Alat-alat dari kaca (gelas)
c. Bahan Kimia
d. Listrik
e. Silinder (tabung) gas
f. Hewan Percobaan
g. Mikroorganisme
h. Api
Akibat dari kegiatan di laboratoriumb. Alat-alat dari kaca (gelas)
c. Bahan Kimia
d. Listrik
e. Silinder (tabung) gas
f. Hewan Percobaan
g. Mikroorganisme
h. Api
Hal-hal berbahaya yang diakibatkan dari kegiatan di laboratorium antara lain meliputi :
1. Luka
2. Terkena cairan korosif
3. Tertelan zat yang beracun
4. Pingsan
5. Terkena kejutan listrik
6. Gigitan hewan percobaan
7. Kemasukan bakteri patogen
2. Terkena cairan korosif
3. Tertelan zat yang beracun
4. Pingsan
5. Terkena kejutan listrik
6. Gigitan hewan percobaan
7. Kemasukan bakteri patogen
8. Kebakaran
Fasilitas di Laboratorium
Bahaya atau kecelakaan yang mungkin terjadi dalam laboratorium di atas dapat dihilangkan atau dikurangi terjadinya jika fasilitas laboratorium mencukupi kebutuhan.
1. Laboratorium cukup luas
2. Terdapat lorong-lorong yang cukup lebar
3. Tidak ada alat-alat yang menonjol ke lorong-lorong
4. Laboratorium memiliki lemari asap
5. Ventilasi cukup
6. Ada dua pintu keluar dan dapat dikunci dengan baik
7. Pipa air, pipa gas, dan kabel listrik dalam keadaan baik dan teratur pemasangannya
8. Menggunakan kabel listrik yang besarnya sesuai dengan arus yang melaluinya
9. Stop kontak tidak tersembunyi dan mudah diraih
10. Terjadinya fasilitas air yang cukup
11. Tersedianya tempat yang cukup untuk menyimpan alat dan bahan
12. Tersedianya kotak P3K dan alat/bahan untuk memadamkan kebakaran
Untuk penjelasan secara mendetail mengenai keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium sekolah, khususnya laboratorium IPA akan dibahas pada postingan yang akan datang.
2. Terdapat lorong-lorong yang cukup lebar
3. Tidak ada alat-alat yang menonjol ke lorong-lorong
4. Laboratorium memiliki lemari asap
5. Ventilasi cukup
6. Ada dua pintu keluar dan dapat dikunci dengan baik
7. Pipa air, pipa gas, dan kabel listrik dalam keadaan baik dan teratur pemasangannya
8. Menggunakan kabel listrik yang besarnya sesuai dengan arus yang melaluinya
9. Stop kontak tidak tersembunyi dan mudah diraih
10. Terjadinya fasilitas air yang cukup
11. Tersedianya tempat yang cukup untuk menyimpan alat dan bahan
12. Tersedianya kotak P3K dan alat/bahan untuk memadamkan kebakaran
Untuk penjelasan secara mendetail mengenai keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium sekolah, khususnya laboratorium IPA akan dibahas pada postingan yang akan datang.
Ketika mempelajari zat adiktif dan psikotropika ada beberapa kendala yang dihadapi sehingga pembelajaran cenderung diberikan secara teoritis. Paling pool kita mencari berbagai informasi baik melalui televisi, surat kabar, majalah maupun internet mengumpulkan beerbagai kasus penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika kemudian menganalisanya.
Zat adiktif sendiri bisa dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (1) zat adiktif bukan narkotika dan psikotropika, (2) zat adiktif narkotika, dan (3) zat adiktif psikotropika.
Contoh zat adiktif bukan narkotika dan psikotropika adalah teh, kopi, rokok, minuman beralkohol, inhalan (lem, aerosol, pengharum ruangan, dan gas), obat bius, dan lain-lain. Contoh zat adiktif kelompok narkotika adalah candu, heroin, kokain, morfin, lisesic acid diethylamid, dan ganja. Contoh zat adiktif psikotropika adalah ekstasi, sabu-sabu, diazepam, dan LSD (Lysergic Acid Diethylaimide).
Menghadirkan zat-zat tersebut bagi saya sangat sulit, kecuali yang kategori pertama. Kalau sudah menemukan barangnya, lantas bagaimana mengujinya?
Saya baru menemukan satu buah praktikum mengenai zat adiktif, yaitu sebatas menguji adanya TAR pada rokok. Mudah-mudahan para pembaca ada yang mau berbagi informasi pengujian zat-zat lain. Tentunya zat yang mudah didapatkan.
Berikut praktikum yang dimaksud.
Tujuan : Mengetahui adanya TAR pada rokok
Alat dan Bahan :
1. Botol plastik
2. Pipa plastik
3. Kapas
4. Rokok putih, rokok kretek berfilter dan rokok kretek tanpa filter
Langka kerja
1. Susunlah perangkat percobaan seperti gambar berikut ini
2. Bakar/nyalakan rokoknya
3. Tekan botol hingga kempes, kemudian pasangkan rokok pada pipa dan lepaskan tekanan sehingga rokok terisap (lihat gambar). Lakuka beberapa kali kemudian amati perubahan warna kapas dan catat pada tabel
4. Lakukan kegiatan tersebut pada ketiga jenis rokok tersebut dan gantilah masing-masing jenis rokok
Tabel Pengamatan
+ = sedikit
++ = banyak
+++ = sangat banyak
Sumber praktikum: Penyusun, Tim. Panduan Kinerja Ilmiah IPA SMP. Wardhana
Sumber bacaan : Zubaidah, Siti, dkk. 2014. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SMP/MTs Kelas VIII Semester 1. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Arsyad Riyadi Januari 22, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Zat adiktif sendiri bisa dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (1) zat adiktif bukan narkotika dan psikotropika, (2) zat adiktif narkotika, dan (3) zat adiktif psikotropika.
Contoh zat adiktif bukan narkotika dan psikotropika adalah teh, kopi, rokok, minuman beralkohol, inhalan (lem, aerosol, pengharum ruangan, dan gas), obat bius, dan lain-lain. Contoh zat adiktif kelompok narkotika adalah candu, heroin, kokain, morfin, lisesic acid diethylamid, dan ganja. Contoh zat adiktif psikotropika adalah ekstasi, sabu-sabu, diazepam, dan LSD (Lysergic Acid Diethylaimide).
Menghadirkan zat-zat tersebut bagi saya sangat sulit, kecuali yang kategori pertama. Kalau sudah menemukan barangnya, lantas bagaimana mengujinya?
Saya baru menemukan satu buah praktikum mengenai zat adiktif, yaitu sebatas menguji adanya TAR pada rokok. Mudah-mudahan para pembaca ada yang mau berbagi informasi pengujian zat-zat lain. Tentunya zat yang mudah didapatkan.
Berikut praktikum yang dimaksud.
Tujuan : Mengetahui adanya TAR pada rokok
Alat dan Bahan :
1. Botol plastik
2. Pipa plastik
3. Kapas
4. Rokok putih, rokok kretek berfilter dan rokok kretek tanpa filter
Langka kerja
1. Susunlah perangkat percobaan seperti gambar berikut ini
2. Bakar/nyalakan rokoknya
3. Tekan botol hingga kempes, kemudian pasangkan rokok pada pipa dan lepaskan tekanan sehingga rokok terisap (lihat gambar). Lakuka beberapa kali kemudian amati perubahan warna kapas dan catat pada tabel
4. Lakukan kegiatan tersebut pada ketiga jenis rokok tersebut dan gantilah masing-masing jenis rokok
Tabel Pengamatan
JENIS ROKOK | WARNA COKELAT PADA KAPAS |
Rokok Putih | |
Rokok kretek berfilter | |
Rokok kretek tanpa filter |
+ = sedikit
++ = banyak
+++ = sangat banyak
Sumber praktikum: Penyusun, Tim. Panduan Kinerja Ilmiah IPA SMP. Wardhana
Sumber bacaan : Zubaidah, Siti, dkk. 2014. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SMP/MTs Kelas VIII Semester 1. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Arsyad Riyadi Januari 22, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Dalam pengembangan laboratorium, khususnya IPA, banyak sekali permasalahan-permasalahan yang perlu diinventaris dari awal, sebagai pijakan untuk mengambil langkah selanjutnya.
Permasalahan-permasalahan tersebut secara ringkas bisa dilihat dalam skema berikut.
Sekarang mari kita bahas satu persatu ke-5 faktor di atas, yaitu :
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang dimaksud adalah sumber daya pengelola laboratorium, yang terdiri dari kepala laboratorium, teknisi, dan laboran. Tugas dan wewenang ketiganya mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 24 Tahun 2007, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 26 Tahun 2008, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya dan .Pedoman PK Guru dengan Tugas Tambahan Kepala Laboratorium/Bengkel Sekolah/Madrasah.
Di lapangan, banyak terjadi kepala laboratorium masih melakukan banyak tugas lain. Padahal untuk kepala laboratorium sendiri sudah dihargai 12 jam. Berdasarkan pengalaman, kalau dihitung 12 jam tersebut tidaklah cukup. Apalagi untuk menyiapkan perangkat-perangkat laboratorium yang sebelumnya belum ada.
Demikian juga, jika tenaga laboran atau teknisi sekedar diambilkan dari staff TU, misalnya. Seringnya akan terjadi bentrok tugas di antara sebagai laboran atau teknisi dengan sebagai staff TU.
2. Keterbatasan sarana dan prasarana
Adanya bantuan berupa gedung laboratorium maupun peralatannya bukan berarti tidak ada masalah yang timbul. Misalnya, jika kondisi gedungnya jauh dari pusat sekolah akan rawan pencurian.
Demikian juga bantuan alat dan bahan yang yang biasanya terbatas jumlahnya harus dicari pemecahannya.
3. Lemahnya Administrasi
Masalah administrasi terkait langsung dengan ketersediaan tenaga administrasi di laboratorium, khususnya kepala laboratorium. Dengan pengangkatan kepala laboratorium yang dihargai setara dengan 12 jam mengajar, diharapkan administrasi laboratorium dapat disusun dengan rapi dan lengkap. Tetapi sayangnya, referensi mengenai perangkat laboratorium yang sesuai tuntutan PK Guru dengan tugas tambahan kepala laboratorium sangatlah terbatas. Yang banyak ditemukan, ya perangkat standarnya saja.
4. Lemahnya dukungan sekolah
Seringkali laboratorium dijadikan alternatif ruang pertemuan bagi sekolah. Ketimbang membongkar pembatas kelas atau menggunakan sebuah kelas, lebih mudah menggunakan ruang laboratorium yang relatif luas. Demikian juga, ketika laboratorium, masih dianggap sebelah mata oleh sekolah, maka alokasi dana yang ke arah pengembangan laboratorium sangat terbatas bahkan mungkin tidak ada.
5. Perkembangan ICT
Perkembangan ICT sangat pesat. Hal ini bisa ditandai dengan merebaknya konten-konten multimedia yang begitu menarik, baik melalui internet, iklan, surat kabar, majalah, bahkan iklan-iklan di pinggir jalan.
Dengan begitu banyaknya konten seperti itu, perlu dipertanyakan kembali apakah sumber belajar (buku, lks) masih relevan pada saat sekarang. Dipungkiri atau tidak, sebagai guru atau pemerhati pendidikan seharusnya bukan sekedar melarang siswanya mengakses konten-konten “sampah”, terutama melalui internet. Tetapi, mari bersama-sama membuat konten-konten “tandingan” yang akan membuat siswa lebih tertarik pada konten yang kita buat. Konten tersebut bisa dalam bentuk presentasi pembelajaran, multimedia pembelajaran, e-book interaktif, game edukasi dan lain-lain.
Kembali ke fungsi laboratorium sebagai pusat pembelajaran IPA khususnya, perlu dipertimbangkan kembali untuk mewujudkan laboratorium yang berbasis teknologi informasi. Selain untuk menghadapi tantangan dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, juga banyaknya sumber-sumber daya di internet yang dapat digunakan untuk kepentingan pendidikan maupun riset.
Bagaimana solusinya? Tunggu postingan berikutnya.
Luar biasa mata ini. Waktu menunjukkan jam 03.08 dini hari.
Sumber : Laporan OJL Penulis Arsyad Riyadi Januari 21, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Permasalahan-permasalahan tersebut secara ringkas bisa dilihat dalam skema berikut.
Sekarang mari kita bahas satu persatu ke-5 faktor di atas, yaitu :
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang dimaksud adalah sumber daya pengelola laboratorium, yang terdiri dari kepala laboratorium, teknisi, dan laboran. Tugas dan wewenang ketiganya mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 24 Tahun 2007, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 26 Tahun 2008, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya dan .Pedoman PK Guru dengan Tugas Tambahan Kepala Laboratorium/Bengkel Sekolah/Madrasah.
Di lapangan, banyak terjadi kepala laboratorium masih melakukan banyak tugas lain. Padahal untuk kepala laboratorium sendiri sudah dihargai 12 jam. Berdasarkan pengalaman, kalau dihitung 12 jam tersebut tidaklah cukup. Apalagi untuk menyiapkan perangkat-perangkat laboratorium yang sebelumnya belum ada.
Demikian juga, jika tenaga laboran atau teknisi sekedar diambilkan dari staff TU, misalnya. Seringnya akan terjadi bentrok tugas di antara sebagai laboran atau teknisi dengan sebagai staff TU.
2. Keterbatasan sarana dan prasarana
Adanya bantuan berupa gedung laboratorium maupun peralatannya bukan berarti tidak ada masalah yang timbul. Misalnya, jika kondisi gedungnya jauh dari pusat sekolah akan rawan pencurian.
Demikian juga bantuan alat dan bahan yang yang biasanya terbatas jumlahnya harus dicari pemecahannya.
3. Lemahnya Administrasi
Masalah administrasi terkait langsung dengan ketersediaan tenaga administrasi di laboratorium, khususnya kepala laboratorium. Dengan pengangkatan kepala laboratorium yang dihargai setara dengan 12 jam mengajar, diharapkan administrasi laboratorium dapat disusun dengan rapi dan lengkap. Tetapi sayangnya, referensi mengenai perangkat laboratorium yang sesuai tuntutan PK Guru dengan tugas tambahan kepala laboratorium sangatlah terbatas. Yang banyak ditemukan, ya perangkat standarnya saja.
4. Lemahnya dukungan sekolah
Seringkali laboratorium dijadikan alternatif ruang pertemuan bagi sekolah. Ketimbang membongkar pembatas kelas atau menggunakan sebuah kelas, lebih mudah menggunakan ruang laboratorium yang relatif luas. Demikian juga, ketika laboratorium, masih dianggap sebelah mata oleh sekolah, maka alokasi dana yang ke arah pengembangan laboratorium sangat terbatas bahkan mungkin tidak ada.
5. Perkembangan ICT
Perkembangan ICT sangat pesat. Hal ini bisa ditandai dengan merebaknya konten-konten multimedia yang begitu menarik, baik melalui internet, iklan, surat kabar, majalah, bahkan iklan-iklan di pinggir jalan.
Dengan begitu banyaknya konten seperti itu, perlu dipertanyakan kembali apakah sumber belajar (buku, lks) masih relevan pada saat sekarang. Dipungkiri atau tidak, sebagai guru atau pemerhati pendidikan seharusnya bukan sekedar melarang siswanya mengakses konten-konten “sampah”, terutama melalui internet. Tetapi, mari bersama-sama membuat konten-konten “tandingan” yang akan membuat siswa lebih tertarik pada konten yang kita buat. Konten tersebut bisa dalam bentuk presentasi pembelajaran, multimedia pembelajaran, e-book interaktif, game edukasi dan lain-lain.
Kembali ke fungsi laboratorium sebagai pusat pembelajaran IPA khususnya, perlu dipertimbangkan kembali untuk mewujudkan laboratorium yang berbasis teknologi informasi. Selain untuk menghadapi tantangan dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, juga banyaknya sumber-sumber daya di internet yang dapat digunakan untuk kepentingan pendidikan maupun riset.
Bagaimana solusinya? Tunggu postingan berikutnya.
Luar biasa mata ini. Waktu menunjukkan jam 03.08 dini hari.
Sumber : Laporan OJL Penulis Arsyad Riyadi Januari 21, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Bukan hanya perpustakaan yang menjadi “jantung” sekolah. Laboratorium IPA juga harus bisa menjadi jantung sekolah, khususnya “jantung” pelajaran IPA,
Apa yang harus didapatkan oleh peserta didik, bukan hanya mencapai kompetensi pengetahuan semata, tetapi juga ketrampilan dan sikap. Untuk mencapai ketiga kompetensi tersebut, laboratorium menjadi alternatif yang sangat baik.
Di masa mendatang laboratorim impian saya, adalah bisa menjadi laoratorium yang mampu memberikan berbagai pelayanan, yaitu :
1. Kegiatan praktikum bagi seluruh siswa
2. Kegiatan penelitian bagi siswa
3. Kegiatan penelitian di luar siswa (alumni, siswa sma, mahasiswa, umum)
4. Melayani riset berbasis lab, perpustakaan, maupun internet
Berikut adalah rencana/roadmad yang telah dibuat :
Sebagai gambaran awal, pada saat mendatang laboratorium IPA, memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut:
1. Ruang AC yang dilengkapi LCD, Soundsytem dan tata cahaya yang baik
2. Adanya komputer/laptop/tablet yang terhubung ke internet
3. Referensi yang lengkap, terkait dengan sains, riset, perkembangan teknologi dalam buku cetak maupun dalam bentuk digital (animasi, simulasi, video, game edukasi dan lain-lain)
4. Majalah dinding (mading) baik dalam model klasik maupun digital.
5. Pengembangan Blog/Website/Portal Berbasis Sains
Terakhir, terkait dengan tuntutan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, laboratorium IPA juga mampu menyediakan sumber-sumber bahan ajar dalam bentuk digital :
Sumber : Laporan OJL Penulis Arsyad Riyadi Januari 21, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Apa yang harus didapatkan oleh peserta didik, bukan hanya mencapai kompetensi pengetahuan semata, tetapi juga ketrampilan dan sikap. Untuk mencapai ketiga kompetensi tersebut, laboratorium menjadi alternatif yang sangat baik.
Di masa mendatang laboratorim impian saya, adalah bisa menjadi laoratorium yang mampu memberikan berbagai pelayanan, yaitu :
1. Kegiatan praktikum bagi seluruh siswa
2. Kegiatan penelitian bagi siswa
3. Kegiatan penelitian di luar siswa (alumni, siswa sma, mahasiswa, umum)
4. Melayani riset berbasis lab, perpustakaan, maupun internet
Berikut adalah rencana/roadmad yang telah dibuat :
Road Map Pengembangan Laboratorium IPA |
Sebagai gambaran awal, pada saat mendatang laboratorium IPA, memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut:
1. Ruang AC yang dilengkapi LCD, Soundsytem dan tata cahaya yang baik
2. Adanya komputer/laptop/tablet yang terhubung ke internet
3. Referensi yang lengkap, terkait dengan sains, riset, perkembangan teknologi dalam buku cetak maupun dalam bentuk digital (animasi, simulasi, video, game edukasi dan lain-lain)
4. Majalah dinding (mading) baik dalam model klasik maupun digital.
5. Pengembangan Blog/Website/Portal Berbasis Sains
Terakhir, terkait dengan tuntutan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, laboratorium IPA juga mampu menyediakan sumber-sumber bahan ajar dalam bentuk digital :
1. Presentasi
Pembelajaran Interaktif untuk menunjang kegiatan belajar guru.
2. Multimedia
Pembelajaran Interaktif yang dapat digunakan sebagai bahan ajar yang dapat
dipelajari secara mandiri oleh siswa.
3. Berbagai
ensiklopedi dalam bentuk digital
4. Produk-produk
konten multimedia lain (animasi, simulasi, video, game edukasi dan lain-lain)
Sumber : Laporan OJL Penulis Arsyad Riyadi Januari 21, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
A. Tujuan
Mengidentifikasi Ciri-ciri Serat
B. Alat dan Bahan
- Potongan-potongan kain perca sebanyak 5 macam
- Air
- Korek api
- Wadah
1. Bekerjalah dengan kelompokmu!
2. Kumpulkan 5 macam potongan-potongan kain perca yang terbuat dari bahan serat yang berbeda-beda berukuran lebih kurang 2 X 5 cm.
3. Beri nomor pada potongan bahan serat tersebut.
4. Teliti dan identifikasi sifat fisik bahan tersebut satu per-satu dengan cara berikut.
a. Rabalah potongan-potongan bahan tersebut untuk melihat kehalusan/kelembutan bahan.
b. Perhatikan permukaan potongan-potongan bahan untuk mengidentifikasi kemengkilapannya.
c. Remas-remaslah dengan tanganmu potongan-potongan bahan tersebut untuk melihat kekusutannya.
d. Tarik-tariklah potongan bahan itu untuk melihat elastisitasnya.
e. Celupkan secara pelan-pelan ke dalam gelas berisi air, mulailah dari ujung potongan bahan. Untuk melihat daya serap terhadap air, hitunglah waktu yang diperlukan untuk membasahi potongan kain sepanjang 2 cm.
f. Tarik-tariklah potongan bahan yang basah untuk melihat kekuatannya.
5. Catat data yang kamu peroleh ke dalam Tabel 1 dengan memberi tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan sifat fisiknya.
Tabel 1 Sifat-sifat Fisik Bahan dari Serat Alam dan Sintetis
6. Perhatikan bila gurumu melakukan demonstrasi membakar potongan-potongan bahan serat di atas nyala lilin. Bagaimanakah bau dan bentuk sisa pembakaran?
7. Catat data yang kamu peroleh ke dalam Tabel 2 dengan memberi tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan sifat fisiknya.
Tabel 2 Sifat-Sifat Bahan dari Serat Alam dan Sintetis Apabila Dibakar
Berdasarkan data pada Tabel 2, kerjakan tugas berikut.
1. Kelompokkan bahan-bahan yang termasuk serat alami dari selulosa.
2. Tuliskanlah sifat-sifat fisik produk dari serat alami (kapas).
3. Kelompokkan bahan-bahan yang termasuk serat alami dari sutera atau wol.
4. Tuliskanlah sifat-sifat fisik produk dari serat alami (wol dan sutera).
5. Kelompokkan bahan-bahan yang termasuk serat sintetis dari nilon dan
polyester.
6. Tuliskanlah sifat-sifat fisik produk dari serat sintetis (nilon dan polyester).
D. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan tuliskan kesimpulannya. Arsyad Riyadi Desember 16, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia
A. Tujuan Percobaan
1. Menyebutkan organ-organ dalam sistem pencernaan manusia
2. Menjelaskan fungsi-fungsi organ pencernaan
3. Menjelaskan proses pencernaan dalam tubuh manusia
4. Mengidentifikasi peristiwa fisika pada organ pencernaan.
B. Alat dan Bahan
Poster/gambar sistem pencernaan
C. Dasar Teori
Pencernaan makanan terbagi atas dua macam, yaitu pencernaan mekanik dan pencernaan kimiawi. Pencernaan mekanik terjadi ketika makanan dikunyah, dicampur, dan diremas. Pencernaan mekanik contoh terjadi di dalam mulut, yaitu pada saat makanan dihancurkan oleh gigi. Pencernaan kimia terjadi ketika reaksi kimia yang menguraikan molekul besar makanan menjadi molekul yang lebih kecil. Pencernaan kimiawi pada proses pencernaan biasanya dilakukan dan dibantu oleh enzim-enzim pencernaan, seperti enzim amilase yang terdapat pada mulut.
Urutan jalur pencernaan makanan pada manusia diawali dari mulut, selanjutnya melewati kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan terakhir anus.
Proses fisika yang terjadi pada sistem pencernaaan makanan, meliputi gaya dan percepatan; energi/ kalor dan tekanan.
D. Langkah Kerja
1. Amati poster/gambar sistem pencernaan.
2. Diskusikan bersama teman sekelompokmu.
3. Isilah tabel berikut.
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
*) berilah tanda centang (Ö) pada pilihan yang sesuai
E. Pertanyaan
1. Jelakan proses pencernaan dalam tubuh manusia?
2. Di bagian manakah, sistem gaya dan gerak dapat diterapkan pada sistem pencernaan manusia? Jelaskan.
3. Di bagian manakah, perubahan energi dapat diterapkan pada sistem pencernaan manusia? Jelaskan.
4. Di bagian manakah, sistem tekanan dapat diterapkan pada sistem pencernaan manusia? Jelaskan.
F. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Bagaimana kesimpulan yang bisa diambil? Arsyad Riyadi Desember 16, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia
1. Menyebutkan organ-organ dalam sistem pencernaan manusia
2. Menjelaskan fungsi-fungsi organ pencernaan
3. Menjelaskan proses pencernaan dalam tubuh manusia
4. Mengidentifikasi peristiwa fisika pada organ pencernaan.
B. Alat dan Bahan
Poster/gambar sistem pencernaan
C. Dasar Teori
Pencernaan makanan terbagi atas dua macam, yaitu pencernaan mekanik dan pencernaan kimiawi. Pencernaan mekanik terjadi ketika makanan dikunyah, dicampur, dan diremas. Pencernaan mekanik contoh terjadi di dalam mulut, yaitu pada saat makanan dihancurkan oleh gigi. Pencernaan kimia terjadi ketika reaksi kimia yang menguraikan molekul besar makanan menjadi molekul yang lebih kecil. Pencernaan kimiawi pada proses pencernaan biasanya dilakukan dan dibantu oleh enzim-enzim pencernaan, seperti enzim amilase yang terdapat pada mulut.
Urutan jalur pencernaan makanan pada manusia diawali dari mulut, selanjutnya melewati kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan terakhir anus.
Proses fisika yang terjadi pada sistem pencernaaan makanan, meliputi gaya dan percepatan; energi/ kalor dan tekanan.
D. Langkah Kerja
1. Amati poster/gambar sistem pencernaan.
2. Diskusikan bersama teman sekelompokmu.
3. Isilah tabel berikut.
Tabel 1
No | Nama Organ Pencernaan | Fungsi | |
Tabel 2
No | Nama Organ Pencernaan | Pencernaan Kimiawi | Keterangan | |
Enzim yang dihasilkan | Fungsi Enzim | |||
Tabel 3
No | Nama Organ Pencernaan | Prinsip Fisika *) | Keterangan | ||
Gaya dan Percepatan | Perubahan Energi | Tekanan | |||
*) berilah tanda centang (Ö) pada pilihan yang sesuai
E. Pertanyaan
1. Jelakan proses pencernaan dalam tubuh manusia?
2. Di bagian manakah, sistem gaya dan gerak dapat diterapkan pada sistem pencernaan manusia? Jelaskan.
3. Di bagian manakah, perubahan energi dapat diterapkan pada sistem pencernaan manusia? Jelaskan.
4. Di bagian manakah, sistem tekanan dapat diterapkan pada sistem pencernaan manusia? Jelaskan.
F. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Bagaimana kesimpulan yang bisa diambil? Arsyad Riyadi Desember 16, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia