Buku Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional
-
Buku Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional
[image: Buku Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional]
Emotional Intelligence - Daniel GolemanBuku ...
Teringat pada buku jadul Olimpiade Fisika karangan Yohanes Surya, yang isinya diawali dengan Bab 0. Bab 0 ini berisi soal-soal matematika. Matematika diperlukan dalam perhitungan fisika. Ujilah kemampuan matematika Anda dengan soal-soal di bawah ini. Begitulah tulisan di buku tersebut.
Salah satu kendala yang dihadapi siswa dalam belajar fisika, selain kemampuan memamhami konsep fisika juga ditentukan oleh kemampuan teknis menghitungnya.
Menurut Vany Sugiono dalam bukunya Fisika : Menyongsong OSN SMP, konsep matematika yang perlu dikuasi dalam belajar fisika adalah sebagai berikut :
1. Operasi aljabar
Operasi aljabar secara sederhana dibagi menjadi empat bagian, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Operasi aljabar ini meliputi konsep komutatif, asosiatif dan distributif
2. Variabel matematika
Dikenal ada dua macam, yaitu variabel bebas dan variabel terikat (yang nilainya tergantung dari variabel bebas).
3. Fungsi dan grafik fungsi
Fungsi ini berkaitan erat dengan variabel bebas dan variabel terikat.
4. Persamaan kuadrat
5. Deret bilangan.
Dikenal ada dua macam deret bilangan, yaitu deret aritmatik dan deret geometri
6. Trigonometri
Trigonometri adalah ilmu yang mempelajari tentang sudut dan segitiga.
7. Logaritma
Logaritma diartikan sebagai alat yang digunakan untuk mencari nilai pangkat dari sebuah persamaan matematika.
Bagaimana, sudahkah ke-7 kemampuan dasar matematika tersebut telah dikuasai dengan baik.
Berikut contoh-contoh soal, yang dituliskan dalam buku Olimpiade Fisika dari Yohanes Surya :
1. 12 -4 = ?
2. -12 + 4 = ?
3. -12 - (-4) = ?
4. 4 - (-12) = ?
5. 4 + (-12) = ?
6. 8 x (-6) = ?
7. (-8) x (-6) = ?
8. -10/2 = ?
9. -10/-2 = ?
dst.
Ya....diawali dari soal-soal yang sederhana dulu..hehehe Arsyad Riyadi Desember 14, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia
Salah satu kendala yang dihadapi siswa dalam belajar fisika, selain kemampuan memamhami konsep fisika juga ditentukan oleh kemampuan teknis menghitungnya.
Menurut Vany Sugiono dalam bukunya Fisika : Menyongsong OSN SMP, konsep matematika yang perlu dikuasi dalam belajar fisika adalah sebagai berikut :
1. Operasi aljabar
Operasi aljabar secara sederhana dibagi menjadi empat bagian, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Operasi aljabar ini meliputi konsep komutatif, asosiatif dan distributif
2. Variabel matematika
Dikenal ada dua macam, yaitu variabel bebas dan variabel terikat (yang nilainya tergantung dari variabel bebas).
3. Fungsi dan grafik fungsi
Fungsi ini berkaitan erat dengan variabel bebas dan variabel terikat.
4. Persamaan kuadrat
5. Deret bilangan.
Dikenal ada dua macam deret bilangan, yaitu deret aritmatik dan deret geometri
6. Trigonometri
Trigonometri adalah ilmu yang mempelajari tentang sudut dan segitiga.
7. Logaritma
Logaritma diartikan sebagai alat yang digunakan untuk mencari nilai pangkat dari sebuah persamaan matematika.
Bagaimana, sudahkah ke-7 kemampuan dasar matematika tersebut telah dikuasai dengan baik.
Berikut contoh-contoh soal, yang dituliskan dalam buku Olimpiade Fisika dari Yohanes Surya :
1. 12 -4 = ?
2. -12 + 4 = ?
3. -12 - (-4) = ?
4. 4 - (-12) = ?
5. 4 + (-12) = ?
6. 8 x (-6) = ?
7. (-8) x (-6) = ?
8. -10/2 = ?
9. -10/-2 = ?
dst.
Ya....diawali dari soal-soal yang sederhana dulu..hehehe Arsyad Riyadi Desember 14, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia
Operasi aljabar secara umum dibagi empat, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Aturan dalam operasi angka penting adalah sebagai berikut :
1. Penjumlahan atau pengurangan dua bilangan penting atau lebih akan memiliki hasil dengan banyak angka penting terkecil.
Contoh :
Sebuah pengukuran 112,4 + 1234,5 = 1346,9. Jika menggunakan aturan angka penting diperoleh hasil 1347 (pembulatan dari 1346,9)
112,4( 4 angka penting)
1234,5 (5 angka penting)
Maka hasil penjumlahannya dari keduanya :
1347 (4 angka penting)
2. Perkalian atau pembagian dua bilangan penting atau lebih akan menghasilkan hasil dengan banyak angka penting terkecil.
Contoh :
Sebuah pengukuran 1,23 x 4,5 = 5,535. Jika menggunakan aturan angka penting maka dihasilkan 5,5.
1,23 ( 3 angka penting)
4,5 ( 2 angka penting)
Operasi perkalian keduanya akan menghasilkan :
5,5 (2 angka penting)
Tentunya aturan angka penting ini selalu dipegang, terutama dalam pengukuran.
Misalnya kita menggunakan penggaris untuk mengukur panjang dan lebar sebuah kertas, ternyata dihasilkan panjang = 21,4 cm dan lebar = 14,1 cm. Ditanyakan berapa luas kertas tersebut?
Dengan mudah diketahui bahwa luas kertas tersebut = panjang x lebar = 21,4 cm x 14,1 cm = 301,74 cm2.
Namun kalau dilihat dari aturan angka penting hasil ini tidak bisa diterima :
Bagaimana mungkin bilangan dengan 3 angka penting dikalikan dengan 3 angka penting, akan menghasilkan bilangan dengan angka penting sebanyak 5?
Dilihat dari alatnya, yaitu penggaris/mistar tidaklah mungkin menghasilkan angka penting dengan dua desimal dibelakang angkanya.
Di sinilah konsep kejujuran diterapkan. Telitilah dalam pengukuran, tetapi tidak boleh menambah tingkat ketelitian yang tidak sesuai dengan alat yang digunakan.
Arsyad Riyadi Desember 12, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia
Aturan dalam operasi angka penting adalah sebagai berikut :
1. Penjumlahan atau pengurangan dua bilangan penting atau lebih akan memiliki hasil dengan banyak angka penting terkecil.
Contoh :
Sebuah pengukuran 112,4 + 1234,5 = 1346,9. Jika menggunakan aturan angka penting diperoleh hasil 1347 (pembulatan dari 1346,9)
112,4( 4 angka penting)
1234,5 (5 angka penting)
Maka hasil penjumlahannya dari keduanya :
1347 (4 angka penting)
2. Perkalian atau pembagian dua bilangan penting atau lebih akan menghasilkan hasil dengan banyak angka penting terkecil.
Contoh :
Sebuah pengukuran 1,23 x 4,5 = 5,535. Jika menggunakan aturan angka penting maka dihasilkan 5,5.
1,23 ( 3 angka penting)
4,5 ( 2 angka penting)
Operasi perkalian keduanya akan menghasilkan :
5,5 (2 angka penting)
Tentunya aturan angka penting ini selalu dipegang, terutama dalam pengukuran.
Misalnya kita menggunakan penggaris untuk mengukur panjang dan lebar sebuah kertas, ternyata dihasilkan panjang = 21,4 cm dan lebar = 14,1 cm. Ditanyakan berapa luas kertas tersebut?
Dengan mudah diketahui bahwa luas kertas tersebut = panjang x lebar = 21,4 cm x 14,1 cm = 301,74 cm2.
Namun kalau dilihat dari aturan angka penting hasil ini tidak bisa diterima :
Bagaimana mungkin bilangan dengan 3 angka penting dikalikan dengan 3 angka penting, akan menghasilkan bilangan dengan angka penting sebanyak 5?
Dilihat dari alatnya, yaitu penggaris/mistar tidaklah mungkin menghasilkan angka penting dengan dua desimal dibelakang angkanya.
Di sinilah konsep kejujuran diterapkan. Telitilah dalam pengukuran, tetapi tidak boleh menambah tingkat ketelitian yang tidak sesuai dengan alat yang digunakan.
Arsyad Riyadi Desember 12, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia
Dalam suatu pengukuran, dihasilkan angka-angka yang diyakini nilainya. Angka-angka ini dinamakan angka penting. Angka penting ini meliputi angka pasti dan angka taksiran (diragukan).
Berikut ini adalah aturan-aturan dalam penulisan angka penting.
1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting.
Contoh :
5,64 cm memiliki 3 angka penting
12,25 kg memiliki 4 angka penting
2. Semua angka nol yang terletak di antara angka bukan nol merupakan angka penting
Contoh :
1105 m memiliki 4 angka penting
1,0544 km memiliki 5 angka penting
3. Semua angka nol yang menunjukkan perpangkatan sepuluh bukan merupakan angka penting, kecuali diberi tanda khusus, misalnya diberi tanda garis bawah
Contoh :
0,00234 memiliki 3 angka penting
0,2145000 memiliki 7 angka penting (semua angka nol dibelakang angka 5 dianggap angka penting)
0,245000 memiliki 4 angka penting (angka nol yang dianggap angka penting hanya yang persis di belakang angka 5)
Sehingga jika ada angka 20000 bisa mempunyai angka penting sebanyak 1, 2, 3, 4 bahkan 5 kecuali ada penjelasan lain.
Agar kebingungan tidak terjadi, maka penulisan angka di atas menggunakan bentuk pangkat : 2 x 104 (1 angka penting), 2,0 x 104 (2 angka penting), 2,00 x 104 (3 angka penting) dan seterusnya.
Sumber :
Foster, Bob. 2004. Terpadu Fisika SMA Jilid 1A untuk kelas X. Erlangga
Surya, Yohanes. 1996. Olimpiade Fisika : Teori dan Latihan Fisika Menghadapi Masa Depan Sekolah Menengah Umum Catur Wulan Pertama Kelas 1. PT Primatika Cipta Ilmu
Arsyad Riyadi Desember 10, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia
Berikut ini adalah aturan-aturan dalam penulisan angka penting.
1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting.
Contoh :
5,64 cm memiliki 3 angka penting
12,25 kg memiliki 4 angka penting
2. Semua angka nol yang terletak di antara angka bukan nol merupakan angka penting
Contoh :
1105 m memiliki 4 angka penting
1,0544 km memiliki 5 angka penting
3. Semua angka nol yang menunjukkan perpangkatan sepuluh bukan merupakan angka penting, kecuali diberi tanda khusus, misalnya diberi tanda garis bawah
Contoh :
0,00234 memiliki 3 angka penting
0,2145000 memiliki 7 angka penting (semua angka nol dibelakang angka 5 dianggap angka penting)
0,245000 memiliki 4 angka penting (angka nol yang dianggap angka penting hanya yang persis di belakang angka 5)
Sehingga jika ada angka 20000 bisa mempunyai angka penting sebanyak 1, 2, 3, 4 bahkan 5 kecuali ada penjelasan lain.
Agar kebingungan tidak terjadi, maka penulisan angka di atas menggunakan bentuk pangkat : 2 x 104 (1 angka penting), 2,0 x 104 (2 angka penting), 2,00 x 104 (3 angka penting) dan seterusnya.
Sumber :
Foster, Bob. 2004. Terpadu Fisika SMA Jilid 1A untuk kelas X. Erlangga
Surya, Yohanes. 1996. Olimpiade Fisika : Teori dan Latihan Fisika Menghadapi Masa Depan Sekolah Menengah Umum Catur Wulan Pertama Kelas 1. PT Primatika Cipta Ilmu
Arsyad Riyadi Desember 10, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia
Pernahkan kita benar-benar memperhatikan angka yang didapat dari hasil pengukuran.
Arsyad Riyadi
Desember 10, 2014
New Google SEO
Bandung, Indonesia
Misalnya, ketika menggunakan mistar, kita dapatkan angka 2,4 cm atau 24 mm saat mengukur panjang suatu buku.
Beda halnya, ketika kita menggunakan jangka sorong untuk mengukur diameter tabung, misalnya didapatkan hasil 6,85 cm atau 68,5 mm.
Hasil yang berbeda, kita dapatkan ketika menggunakan mikrometer sekrup untuk mengukur tebal sebuah pelat, misalnya 6,33 mm.
Persamaan dari ketiga hasil pengukuran itu apa? Mungkin ada yang mengatakan angka awalnya bisa sama jika ketiganya mengukur benda yang sama. Cuma angka berikutnya akan berbeda. Dikatakan bahwa mikrometer sekrup lebih teliti dibanding dengan jangka sorong maupun mistar.
Okelah. Apapun persamaan dan perbedaaannya, yang jelas hasil pengukuran ketiga alat itu merupakan angka penting pengukuran.
Okelah. Apapun persamaan dan perbedaaannya, yang jelas hasil pengukuran ketiga alat itu merupakan angka penting pengukuran.
Pengukuran mistar (2,4 cm) memiliki 2 angka penting.
Pengukuran jangka sorong ( 6,85 cm) memiliki 3 angka penting.
Pengukuran mikrometer sekrup (6,33 mm) memiliki 3 angka penting.
Dalam pengukuran, yang kita laporkan dalam lembar data tentunya hasil apa adanya alias fakta, Bukan opini, perasaan atau pendapat kita sendiri. Jadi misalnya, penggaris yang kita pakai ternyata hanya mampu mengukur sampai 1 desimal di belakang angka (misalnya 2,4 cm), tidak boleh dituliskan dengan 2,45 cm misalnya. Dengan asumsi benda yang kita ukur ternyata berada di antara skala 2,4 - 2, 5 cm, sehingga kita tuliskan 2,45 cm.
Mungkin ada yang mengatakan, ya nggak apa-apalah, toh selisihnya sedikit...hehehhehe.
Tetapi, itulah bedanya ilmu pengukuran dengan ilmu perdagangan. Tahu kan, kalau di pasar, misalnya beli daging 1 kg belum tentu 1 kg tetapi ada unsur kira-kiranya lumayan tinggi dibanding mengukur di laboratorium. Bisa-bisa dimarahi pembelinya karenan kelamaan dalam menimbang.
Jujur dan teliti. Itulah kunci dari pengukuran.
Terkait dengan itu, tentunya ada aturan-aturan mengenai angka penting. Dalam postingan mendatang, akan kita pelajari lebih lanjut aturan-aturan penulisan angka penting dan pengoperasiannya.
Terkait dengan itu, tentunya ada aturan-aturan mengenai angka penting. Dalam postingan mendatang, akan kita pelajari lebih lanjut aturan-aturan penulisan angka penting dan pengoperasiannya.
Ketidakpastian dalam Pengukuran
http://matematikbest.blogspot.com/2011/01/apa-itu-ukuran.html |
Kegiatan pengukuran merupakan hal yang biasa dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dan sebagai makhluk sosial, pengukuran tersebut dilakukan sebagai salah satu bentuk interaksi dengan orang lain. Misalnya kita mau mengecat rumah. Dengan memperhitungkan luas permukaan yang dicat, kita akan menghubungkan antara hitungan yang kita buat dengan takaran cat yang tersedia.
Contoh lain, kita akan membuat meja. Setelah dihitung kita dapat memperkirakan jumlah kayu yang dibutuhkan. Lagi-lagi hal ini pun terkait dengan ukuran kayu yang tersedia.
Bisa bayangkan, jika pengukuran yang kita lakukan berbeda dengan bahan-bahan yang tersedia, maka dipastikan perhitungan kita akan meleset.
Terkait dengan kegiatan pengukuran yang akan kita lakukan, timbul pertanyaan :
1. Bagaimana cara melaporkan hasil pengukuran itu?
2. Apakah jaminan hasil pengukuran itu tidak salah?
3. Jika kurang tepat, berapa simpangannya?
4. Sampai berapa jauh, hasil itu dapat dipercaya?
Dalam fisika dikenal ada dua satuan, yaitu satuan yang baku dan tidak baku. Contoh satuan tidak baku adalah jengkal dan depa. Satuan seperti ini tentunya tidak dapat digunakan dengan baik. Sekali lagi, kegiatan pengukuran akan berguna jika bisa dikomunikasikan dengan orang lain. Meter adalah contoh satuan yang baku. Ketika kita menginginkan kayu sepanjang 3 meter, dan pengukuran itu diberikan pada tukang kayu. Dapat dipastikan kita akan mendapatkan kayu seperti yang kita inginkan. Meskipun, kita kadang sedikit mengeluhkan, karena ada selisih beberapa mili meter. It's no big matter, khan?
WOW, tapi belum tentu ya? Jika perbedaan sekian mili meter, membuat bangun yang kita buat menjadi tidak tepat siku 900.
Menjawab pertanyaan pertama, bagaimana cara melaporkan pengukuran tersebut? Dalam Satuan Internasional (SI), misalnya kita akan melaporkan hasil pengukuran panjang meja sebesar 1,20 cm. Dengan 1,20 menunjukkan hasil pengukuran dan m sebagai satuannya.
Yang menjadi masalah adalah ketika pengukuran diulangi ternyata, diperoleh hasil yang berbeda sedikit, misalnya 1,21 m. Ketika diulangi lagi malah menjadi 1,19 m. Ini belum lagi, jika yang melakukan pengukuran orang lain. Dapat dipastikan hasilnya juga berbeda. Perbedaan hasil ini menjadi dasar adanya ketidakpastian dalam pengukuran.
Apakah penyebab dari ketidakpastian dari pengukuran tersebut? Pertama, yang melakukan pengukuran adalah manusia yang tidak sempurna. Kedua, alat ukur yang digunakan juga buatan manusa, jadinya tidak sempurna juga.
Tapi kita tidak perlu khawatir atau "lebay", dengan menganggap melakukan pengukuran adalah percuma. Toh tidak tepat 100 persen. Padahal di sinilah seninya pengukuran dalam fisika, khususnya. Yang lebih penting dari itu sebenarnya, bagaimana agar pengukuran yang kita lakukan ada toleransi kesalahannya. Artinya ada simpangan yang masih dianggap wajar.
"Pengukuran kok masalah wajar dan tidak wajar?" seseorang dengan sengitnya memprotes, Hehehehe.....menimbang beras 5 kg, kalau diulangi ternyata menjadi 5,5 kg bahkan 6 kg tentunya tidak wajar bukan? Tetapi kalau diulangi menjadi 5,05 kg bahkan 5,000005 kg tentunya tidak kentara..(tapi ngawur kayaknya..timbangan macam apa yang bisa kayak gitu).
Lanjut, berikut ini adalah beberapa jenis ketidakpastian dalam pengukuran yang biasa dijumpai.
Ketidakpastian bersistem
1. Kesalahan kalibrasi
2. Kesalahan titik nol
3. Kelelahan komponen alat
4. Gesekan
5. Paralak
6. Keadaan saat bekerja
Ketidakpastian rambang
1. Gerak Brown molekul udara
2. Fluktuasi pada tegangan jarum listrik
3. Landasan yang bergetar
4. Bising
5. Radiasi latar-belakang
Sudah dulu ya, nanti dilanjutkan lagi agar lebih jelas lagi pembahasan masalah pengukuran.
Sumber bacaan : Djonoputro, B. Darmawan. 1984. Teori Ketidakpastian. Bandung : Penerbit ITB
Arsyad Riyadi Oktober 20, 2013 New Google SEO Bandung, Indonesia
Kepala berdenyut-denyut membaca buku Dasar-Dasar Teori Fisika yang ditulis oleh Pantur Silaban, Ph. D. Betapa tidak, buku tipis setebal 70 halaman tak terbayangkan isinya materi-materi yang diluar perkiraan.
Dalam pengantar disebutkan, bahwa dalam mempelajari fisika diperlukan dasar pengetahuan matematika agar kita dapat menginterpretasi yang tepat terhadap persamaan-persamaan fisis. Jadi teringat pada buku-buku referensi saat kuliah, yaitu A Unified Language of Mathematics Physics atau Mathematical Methods in the Physical Sciences atau mata kuliah Fisika Matematika alias Fismat dari episode Fismat 1, Fismat 2, Fismat 3, dan Fismat 4. Bikin rambut keriting dan wajah panen jerawat (apa hubungannya coba…hehehe).
Di antara pengetahuan matematika, yang banyak dipakai diantaranya adalah ruang vektor, aljabar dan grup. Setiap sistem fisis selalu boleh dinyatakan dengan sebuah vektor tertentu yang memiliki sifat aljabar tertentu. Sifat-sifat simetri yang dimiliki sistem fisis tersebut kemudian akan dirumuskan dengan menggunakan teori grup. Nah, dalam buku ini akan dibahas mengenai grup Lorentz bersama penggunaannya.
Aljabar lagi akhirnya..begitu pentingnya dalam fisika. Tak salah jika David Hestenes, menguprek-uprek aljabar Clifford dalam bentuk aljabar ruang waktu. Terima kasih atas karya-karyanya, sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi waktu kuliah dulu. Skripsiku dulu yang berjudul “Penyelesaian Persamaan Gelombang Relativistik untuk Elektron”, merujuk pada aljabar ruang-waktunya Hestenes.
Teringat juga dulu mengkopi buku Lie Groups Theory yang tidak mudeng sampai sekarang. Pernah juga mengikuti kuliah umum (atau seminar..entah lupa) mengenai simetri fisika yang diberikan oleh Prof.Drs. Muslim Ph.D (almarhum). Waktu itu sih ada paham-pahamnya, karena materi simetri dibahas dari hal yang sederhana.
Kembali ke isi buku Dasar-Dasar Fisika Teori dari Pantur Silaban. Pada bagian awal dibahas tentang grup Lorentz Homogen. Transformasi Lorentz merupakan transformasi yang menghubungkan dua sifat inersial yang sebarang dan dinyatakan dalam persamaan :
Dengan n, p = 0, 1, 2, 3 dan lnp adalah matrix-matrix yang tak singulir, sedangkan
x0 = ct, x1 = x, x2 = y, x3 = z.
Himpunan dari semua transformasi Lorentz yang membuat bentuk
R2 = x02 – x12 – x22 – x32
Invariant, yakni
x02 – x12 – x22 – x32 = (x01)2 – (x11)2 – (x21)2 – (x31)2
Bagaimana? Mulai bingung ya? Herannya dulu ketika mengambil mata kuliah Relativitas bisa mendapatkan nilai lumayan (kalo gak B ya AB..hehehehe).
Sampai sekian dulu. Untuk penjelasan berikutnya yakni pembahasan lebih lanjut mengenai transformasi Lorentz, sifat invariant persamaan medan boson vektor netral tak bermassa terhadap grup Lorentz homogen, penerapan dalam teori hamburan (scattering theory), pengantar teori kuantisasi kedua, beserta contoh-contoh soalnya akan dibahas selanjutnya. Tentunya menunggu otak ini mampu mencerna materi-materi tersebut.
Arsyad Riyadi Agustus 05, 2013 New Google SEO Bandung, Indonesia
Ketika kita membicarakan sesuatu dalam keseharian, banyak hal yang berkaitan dengan 3 besaran pokok dalam fisika, yaitu panjang, massa, dan waktu.
Misalnya :
Berapa tinggi badan kamu?
Yang berarti menggunakan besaran panjang (satuan cm atau m).
Berapa berat badan kamu?
Yang berarti menanyakan massa (satuan kilogram). Meskipun di sini ada kesalahan penggunaan besaran berat dengan massa.
Atau ketika ada yang menanyakan, "Sekarang jam berapa?"
Pertanyaan ini pun tidak jauh-jauh dari penggunaan besaran waktu.
Dalam fisika, ada dua jenis besaran yaitu besaran pokok dan besaran turunan.
1. Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah didefinisikan.
Berikut disajikan 7 besaran pokok, dan satuannya dalam SI (Satuan Internasional) beserta alat ukur yang bisa digunakan.
2. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari besaran pokok.
Contoh :
- kecepatan = perpindahan dibagi waktu
Yang berarti satuan luas diturunkan dari besaran pokok panjang (perpindahan) dan waktu.
Sehingga satuan kecepatan dalam SI adalah m/s
- luas = panjang x lebar = m x m = m2
- volume = panjang x lebar x tinggi = m x m x m = m3
- massa jenis = massa/volume = kg/m3
Untuk lengkapnya erhatikan tabel berikut.
Awalan-awalan satuan yang dipakai, ditetapkan oleh Komite Internasional pada tahun 1960 - 1975, yaitu :
Referensi : Surya, Yohanes. 2004. Persiapan Menghadapi Olimpiade Fisika Tingkat SMP. Jakarta Selatan: PT Bina Sumber Daya MIPA Arsyad Riyadi Juni 24, 2012 New Google SEO Bandung, Indonesia
Misalnya :
Berapa tinggi badan kamu?
Yang berarti menggunakan besaran panjang (satuan cm atau m).
Berapa berat badan kamu?
Yang berarti menanyakan massa (satuan kilogram). Meskipun di sini ada kesalahan penggunaan besaran berat dengan massa.
Atau ketika ada yang menanyakan, "Sekarang jam berapa?"
Pertanyaan ini pun tidak jauh-jauh dari penggunaan besaran waktu.
Dalam fisika, ada dua jenis besaran yaitu besaran pokok dan besaran turunan.
1. Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah didefinisikan.
Berikut disajikan 7 besaran pokok, dan satuannya dalam SI (Satuan Internasional) beserta alat ukur yang bisa digunakan.
NO
|
NAMA BESARAN
|
SATUAN dalam SI
|
ALAT UKUR
|
1
|
Panjang
|
Meter (m)
|
Mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup
|
2
|
Massa
|
Kilogram (kg)
|
Neraca dua lengan, neraca tiga lengan
|
3
|
Waktu
|
Sekon (s)
|
Stopwatch
|
4
|
Kuat arus listrik
|
Ampere (A)
|
Amperemeter
|
5
|
Suhu
|
Kelvin (K)
|
Termometer
|
6
|
Intensitas cahaya
|
Kandela (Cd)
| |
7
|
Jumlah zat
|
Mole (mol)
|
2. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari besaran pokok.
Contoh :
- kecepatan = perpindahan dibagi waktu
Yang berarti satuan luas diturunkan dari besaran pokok panjang (perpindahan) dan waktu.
Sehingga satuan kecepatan dalam SI adalah m/s
- luas = panjang x lebar = m x m = m2
- volume = panjang x lebar x tinggi = m x m x m = m3
- massa jenis = massa/volume = kg/m3
Untuk lengkapnya erhatikan tabel berikut.
NO
|
NAMA BESARAN
|
SATUAN dalam SI
|
ALAT UKUR
|
1
|
volume
|
m3
|
Gelas ukur
|
2
|
Massa jenis
|
kg/m3
|
Hidrometer
|
3
|
Kecepatan
|
m/s
|
Velocimeter
|
4
|
Kelajuan
|
m/s
|
Spedometer
|
5
|
Gaya
|
N, kg m/s2
|
Neraca pegas atau dinamometer
|
6
|
Berat
|
N
|
Neraca pegas atau dinamometer
|
7
|
Tekanan
|
Pa, N/m2
|
Barometer atau manometer
|
8.
|
Energi
|
J, kg m2/s2
|
Awalan-awalan satuan yang dipakai, ditetapkan oleh Komite Internasional pada tahun 1960 - 1975, yaitu :
Faktor
|
Awalan
|
Simbol
|
1018
|
eksa-
|
E
|
1015
|
peta-
|
P
|
1012
|
tera-
|
T
|
109
|
giga-
|
G
|
106
|
mega-
|
M
|
103
|
kilo-
|
k
|
102
|
hekto-
|
h
|
101
|
deka-
|
da
|
10-1
|
desi-
|
d
|
10-2
|
senti-
|
c
|
10-3
|
mili-
|
m
|
10-6
|
mikro-
|
µ
|
10-9
|
nano-
|
n
|
10-12
|
piko-
|
p
|
10-15
|
femto-
|
f
|
10-18
|
atto-
|
a
|
Referensi : Surya, Yohanes. 2004. Persiapan Menghadapi Olimpiade Fisika Tingkat SMP. Jakarta Selatan: PT Bina Sumber Daya MIPA Arsyad Riyadi Juni 24, 2012 New Google SEO Bandung, Indonesia
Sejarah Pengukuran dan Desain Peralatan
Mikrometer sekrup |
Membaca buku Ensiklopedi Fisika 3 tentang Sejarah Pengukuran dan Desain Peralatan, yang ditulis oleh Dr. Siti Zulaikah dan diterbitkan oleh Republika dan Sarana Panca Karya Nusa, saya baru tahu ternyata banyak sekali berbagai peralatan yang digunakan dalam fisika dan bidang-bidang lain yang sejenis.
Ringkasnya adalah sebagai berikut :
1. Ammeter atau Amperemeter, untuk mengukur kuat arus listrik
2. Anemometer, untuk mengukur kecepatan dan tekanan angin
Jenis anemometer yang lain, yaitu :
Anemoscope, untuk mengukur dan memprediksi arah angin.
Weather vane, untuk mengindikasikan arah angin.
Windsock, untuk mengukur kecepatan dan arah angin.
3. Barometer, untuk mengukur tekanan udara
4. Demagnetizer, untuk mendemagnetisasi atau menghapus ulang pengaruh magnet
5. Densitometer, untuk mengukur densitas (tingkat kegelapan pada negatif film atau hasil cetakannya)
6. Galvanometer, untuk mendeteksi ada tidaknya arus listrik dan sekaligus mengukur besarnya arus listrik tersebut.
7. Goniometer, untuk mengukur sudut atau merotasi obyek pada posisi angular yang tepat
8. Gravitometer, untuk mengukur medan gravitasi total atau perubahan medan gravitasi
9. Hidrometer, untuk menentukan berat spesifik atau densitas dari suatu zat cair atau liquid
10. Higrometer, untuk mengukur kelembaban udara atau gas.
11. Interferometer, untuk membuat interferensi gelombang.
12. Jam
13. Jangka sorong, yaitu alat ukur panjang yang memiliki ketelitian 0,01 mm. Digunakan untuk mengukur bagian luar benda dengan cara diapit dan bagian dalam lubang.
14. Kalkulator
15. Kalorimeter, digunakan untuk mengukur panas akibat adanya reaksi kimia atau perubahan fisika yang timbul pada suatu sistem.
16. Kamera
17. Kompas
18. Lup (kaca pembesar)
19. Magnetometer, alat pengukur magnetisasi
20. Manometer, untuk mengukur perbedaan tekanan
21. Mikrometer, untuk mengukur besaran panjang dengan ketelitian hingga 0,001 mm.
22. Mikroskop
23. Multimeter, untuk pengukuran besaran listrik seperti kuat arus, tegangan dan hambatan listrik
24. Odometer, untuk mencatat jarak tempuh suatu perjalanan
25. Ohmmeter, untuk mengukur hambatan listrik
26. Osiloskop, untuk melihat dinamika besaran sebagai fungsi waktu secara visual
27. Polarimeter, untuk mendeteksi berbagai sudut bias berbagai zat.
28. Refraktometer, untuk menentukan indeks bias dari suatu bahan atau beberapa sifat fisika bahan yang berhubungan dengan indeks bias bahan tersebut.
29. Speedometer, untuk mengukur kecepatan kendaraan
30. Spektrometer, untuk mengukur sudut simpangan (deviasi) suatu berkas cahaya akibat adanya pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi dan hamburan
31. Spektroradiometer, untuk mengukur kekuatan spektral dari sebuah penerangan dalam rangka mengevaluasi atau mengategorikan pencahayaan pada alat optik
32. Stopwatch
33. Susceptibilitimeter, untuk mengukur kerentanan magnetik atau atau susceptibilitas magnetik suatu bahan.
34. Teleskop, untuk melihat benda-benda yang sangat jauh sehingga tampak lebih dekat dan lebih besar.
35. Termokopel, digunakan sebagai sensor suhu. Termokopel dapat juga digunakan untuk mengubah beda potensial panas menjadi beda potensial listrik.
36. Termometer
37. Transformator, digunakan untuk menaikkan/menurunkan besarnya tegangan listrik
38. Voltmeter, digunakan untukk mengukur beda tegangan listrik. Arsyad Riyadi Februari 27, 2012 New Google SEO Bandung, Indonesia