Buku Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional
-
Buku Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional
[image: Buku Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional]
Emotional Intelligence - Daniel GolemanBuku ...
Tidak sengaja menemukan buku berjudul The Science of Luck : 12 Rahasia Menciptakan Keberuntungan Secara Ilmiah. Buku ini ditulis oleh Bong Chandra, seorang enterpreneur muda yang sukses di bidang properti sebagai developer.
Sebenarnya, gak yakin juga akan mampu melahap buku ini dengan cepat. Cuma kok, judulnya bikin penasaran. Saya kira, pembahasan sains atau IPA hanya sebatas pada ilmu fisika, kimia, biologi. Mungkin dipecah lagi ada astronomi, ilmu kebumian dan cabang sains lainnya.
Tetapi di sampul depan maupun belakang ada testimonial dari orang-orang hebat, seperti Ippho Santosa, Andrie Wongso, Merry Riana, dan James Gwee yang bisa memberi jaminan jika keberuntungan bisa dicapai secara ilmiah (baca : saintifik).
Ilmiah berarti bisa dipelajari. Artinya keberuntungan bukan sekedar kebetulan atau takdir, tetapi ada ilmunya sendiri yang bisa dipelajari oleh semua orang. Setelah dipelajari, tentunya ilmu tentang keberuntungan ini benar-benar diterapkan agar keberuntungan itu datang.
Keberuntungan adalah fakta, persiapan, dan tindakan yang membawa kita menuju tempat yang diharapkan. Begitu kata penulisnya.
Artinya dari awal memang harus ada perencanaan matang, ada perubahan pola pikir atau “mindset” dan tentunya ada tindakan nyata untuk mencapainya. Arsyad Riyadi Desember 24, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia
Sebenarnya, gak yakin juga akan mampu melahap buku ini dengan cepat. Cuma kok, judulnya bikin penasaran. Saya kira, pembahasan sains atau IPA hanya sebatas pada ilmu fisika, kimia, biologi. Mungkin dipecah lagi ada astronomi, ilmu kebumian dan cabang sains lainnya.
Tetapi di sampul depan maupun belakang ada testimonial dari orang-orang hebat, seperti Ippho Santosa, Andrie Wongso, Merry Riana, dan James Gwee yang bisa memberi jaminan jika keberuntungan bisa dicapai secara ilmiah (baca : saintifik).
Ilmiah berarti bisa dipelajari. Artinya keberuntungan bukan sekedar kebetulan atau takdir, tetapi ada ilmunya sendiri yang bisa dipelajari oleh semua orang. Setelah dipelajari, tentunya ilmu tentang keberuntungan ini benar-benar diterapkan agar keberuntungan itu datang.
Keberuntungan adalah fakta, persiapan, dan tindakan yang membawa kita menuju tempat yang diharapkan. Begitu kata penulisnya.
Artinya dari awal memang harus ada perencanaan matang, ada perubahan pola pikir atau “mindset” dan tentunya ada tindakan nyata untuk mencapainya. Arsyad Riyadi Desember 24, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia
Jika batu apung dimasukkan ke dalam gelas tersebut, apakah air di dalamnya akan tumpah. Prediksikan, praktekan dan beri penjelasan |
1. Prediction atau membuat prediksi, yaitu membuat dugaan terhadap peristiwa fisika
2. Observation atau melakukan penelitiian, yaitu melakukan pengamatan tentang apa yang terjadi
3. Explanation atau membuat penjelasan, yaitu melalukan penjelasan terutama tentang kesesuaian antara dugaan dengan apa yang terjadi
Dalam melakukan dugaan, siswa berpikir secara leluasa. Dengan banyaknya dugaan yang muncul, dapat diketahui seberapa jauh penguasaan siswa terhadap persoalan yang akan dibahas. Di sini juga bisa diketahui adanya miskonsepsi atau salah konsep yang dialami siswa.
Dalam tahap observasi, siswa melakukan eksperimen atau percobaan untuk membuktikan dugaannya benar atau tidak. Di sini siswa harus benar-benar mengamati hasil percobaan dan menghubungkan dengan pengetahuan yang diyakininya. Dalam langkah ini, siswa dapat melihat apakah dugaannya sesuai atau tidak dengan hasil eksperimen.
Dalam tahap membuat penjelasan siswa sebelumnya melihat apakah hasil dugaannya sesuai dengan percobaannya. Jika dugaannya benar, maka siswa akan semakin mantap dengan konsep yang diyakininya. Siswa tersebut tinggal melengkapi pengetahuannya agar lebih lebih lengkap lagi. Sebaliknya, jika dugaannya berbeda dengan eksperimen/percobaan yang dilakukan, siswa dibantu untuk memahami mengapa dugaannya keliru. Mungkin saja ada yang salah dalam pemahaman konsepnya. Bila ini terjadi, maka siswa dapat mengalami perubahan konsep dari yang keliru menuju konsep yang benar.
Model ini dapat digabungkan dengan diskusi agar semua siswa menjadi lebih aktif dan lebih matang lagi pemahamannya. Inilah salah satu model yang bersifat konstruktivistik, karena siswa berusaha mencari pengetahuannya sendiri melalui dugaan, melakukan praktek dan membuat penjelasan.
Untuk kupasan lebih lanjut bisa melihat pada buku Metode Pembelajaran Fisika karangan Paul Suparno. Arsyad Riyadi Desember 21, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia
Model anomali, ini saya dapatkan dari buku Metodologi Pembelajaran Fisika : Konstruktivistik dan Menyenangkan, karangan Paul Suparno.
Anomali sendiri berasal dari bahasa latin, anomalia, yaitu kekecualian. Misalnya, ketika di kelas sejumlah siswa rata-rata kulitnya sawo matang, khas kulit Indonesia. Ketika ada seseorang yang ternyata berkulit putih bersih, maka anak tersebut masuk dalam perkecualian. Bahkan mungkin bukan dianggap orang Indonesia asli.
Mengamati hal yang aneh, sesuatu yang berbeda menjadi daya tarik tersendiri dalam pembelajaran Fisika.
Dalam pembelajaran model anomali ini, siswa dihadapkan pada kejadian yang berbeda seperti yang diyakini oleh siswa secara kebanyakan.
Misalnya, air yang dipanaskan ternyata tidak memuai. Hal ini tidak sesuai dengan keyakinan siswa bahwa suatu benda yang dipanaskan akan memuai.
Ternyata, ada kasus khusus pada air, yaitu ketika dipanaskan dari suhu 0 - 40C malah menyusut. Peristiwa penyusutan ini, akan membuat siswa bertanya-tanya dan berpikir lebih mendalam, "mengapa hal ini terjadi?"
Model anomali ini sangat baik untuk membantu siswa melakukan perubahan konsep serta memperbaiki konsep yang selama ini kurang tepat atau tidak benar. Dengan konsep anomali ini, siswa menjadi sadar bahwa konsep yang selama ini mereka ketahui ternyata masih ada yang salah.
Bagaimana langka pembelajaran Anomali?
Paul Suparno dalam bukunya tersebut menuliskan sebagai berikut.
yang harus dipersiapkan :
Bila es mencair semua, apakah air di dalam gelas akan tumpah?
Arsyad Riyadi Desember 20, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia
Anomali sendiri berasal dari bahasa latin, anomalia, yaitu kekecualian. Misalnya, ketika di kelas sejumlah siswa rata-rata kulitnya sawo matang, khas kulit Indonesia. Ketika ada seseorang yang ternyata berkulit putih bersih, maka anak tersebut masuk dalam perkecualian. Bahkan mungkin bukan dianggap orang Indonesia asli.
Mengamati hal yang aneh, sesuatu yang berbeda menjadi daya tarik tersendiri dalam pembelajaran Fisika.
Dalam pembelajaran model anomali ini, siswa dihadapkan pada kejadian yang berbeda seperti yang diyakini oleh siswa secara kebanyakan.
Misalnya, air yang dipanaskan ternyata tidak memuai. Hal ini tidak sesuai dengan keyakinan siswa bahwa suatu benda yang dipanaskan akan memuai.
Ternyata, ada kasus khusus pada air, yaitu ketika dipanaskan dari suhu 0 - 40C malah menyusut. Peristiwa penyusutan ini, akan membuat siswa bertanya-tanya dan berpikir lebih mendalam, "mengapa hal ini terjadi?"
Model anomali ini sangat baik untuk membantu siswa melakukan perubahan konsep serta memperbaiki konsep yang selama ini kurang tepat atau tidak benar. Dengan konsep anomali ini, siswa menjadi sadar bahwa konsep yang selama ini mereka ketahui ternyata masih ada yang salah.
Bagaimana langka pembelajaran Anomali?
Paul Suparno dalam bukunya tersebut menuliskan sebagai berikut.
- Persoalan yang sering menimbulkan gagasan tidak benar atau miskonsepsi dalam fisika diungkapkan olehh guru
- Siswa diminta mengungkapkan gagasan mereka tentang persoalan itu
- Peristiwa atau kejadian anomali yang bertentangan dengan gagasan siswa ditunjukkan atau dipresentasikan pada siswa
- Siswa diminta mengamati, meneliti, kejadian itu dalam-dalam
- Siswa dapat diberi pertanyaan:"Apakah gejaka itu salah? Apakah benar? Kalau benar mengapa demikian?"
- Siswa diminta untuk mengungkapkan lagi jawaban mereka tentang pertanyaan awal, apakah sudah berubah atau masih tetap sama.
- Siswa dibantu oleh guru mencoba menyimpulkann gagasan atau konsep yang baru berdasarkan peristiwa anomali tersebut.
- Catatan : model ini dapat digabung dengan model diskusi
yang harus dipersiapkan :
- Guru harus mengerti gagasan siswa yang sering kurang tepat atau salah.
- Guru perlu memilih peristiwa atau kejadian yang berlawanan dengan gagasan umum siswa secara teliti
- Ujilah peristiwa anomali tersebut sebelum ditunjukkan ke siswa
- Kadang yang ditemukan sebagai anomal, sebenarnya bukanlah anomali tetapi hanya karena aneh atau tidak biasa bagi siswa, Di sini tugas guru untuk menjelaskan.
Bila es mencair semua, apakah air di dalam gelas akan tumpah?
Sumber : http://pangeranmenulis.blogspot.com/2013/09/es-teh-manis.html |
Arsyad Riyadi Desember 20, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia
Turut menyukseskan Hari Anti Korupsi Sedunia yang diperingati tiap 9 Desember, kami mecoba menulis dengan tema Anti Korupsi dan Kurikulum 2013.
Beberapa waktu lalu pendidikan karakter telah banyak disosialisakan untuk diterapkan di sekolah, dari pendidikan dasar sampai perguruan tingga. Muncullah gagasan pendidikan yang berbasis karakter. Setelah itu, muncul juga pendidikan anti korupsi. Tidak berbeda jauh dengan pendidikan karakter, meskipun dengan nada yang "lebih ganas", pendidikan anti korupsi ini pun tidak sepenuhnya masuk ke lingkungan sekolah. Adem ayem lah.
Gagasan-gagasan Sekolah Masa Depan : Sekolah Bebas Korupsi seolah-olah hanya khayalan semata.
Penerapan kurikulum 2013 yang menegaskan kembali peranan pendidikan karakter membawa angin segar bagi terwujudnya generasiemas penerus bangsa.
Jelas, dalam kurikulum 2013, ada tiga jenis ranah penilaian, yaitu penilaian sikap (sosial dan spiritual), pengetahuan dan ketrampilan. Ketiga ranah ini, saling melengkapi tetapi penilaian diberikan terpisah. Ketiga ranah tersebut itu setara, tidak ada ranah yang lebih baik dibanding dengan ranah lainnya. Ranah sikap, pengetahuan dan ketrampilan memiliki proporsi yang sama.
Nilai-nilai anti korupsi diintegrasikan dalam pembelajaran di sekolah-sekolah dengan harapan untuk memutus mata rantai korupsi di negeri ini. Nilai-nilai anti korupsi yang dimaksud meliputi kerjasama, keadilan, tanggung jawab, kepedulian, kejujuran, kedisiplinan, keberanian, kegigihan, dan kesederhanaan.
Tentunya ada benang merah nilai-nilai anti korupsi ini dengan nilai sikap (spiritual dan sosial) yang ada di kurikulum 2013.
Menjadi tantangan tersendiri bagi guru untuk mengintegrasikan nilai-nilai anti korupsi atau sikap tersebut dalam pembelajaran. Nilai-nilai ini bukan saja diterapkan pada mata pelajaran agama maupun Pkn, tetapi semua pelajaran. Selain ini, nilai-nilai ini juga diintegrasikan melalui kegiatan ekstrakurikuler, misalnya pada pramuka.
Bagi guru IPA, menjadi tantangan sendiri untuk menghubungkan materi pelajaran dengan nilai-nilai tersebut. Misalnya, dalam pembelajaran di laboratorium. Peserta didik dituntut untuk melaporkan hasil pengukuran maupun pengamatan seperti yang dilakukannya. Hasil pengukuran/pengamatan ini tentunya tidak boleh dirubah/dimanipulasi. Selain hasilnya menjadi tidak valid, juga tindakan memanipulasi data ini bertentangan dengan nilai-nilai anti korupsi maupun sikap, yaitu kejujuran.
Kerja sama dalam kelompok juga harus terus digalakkan. Antar teman di kelas tidaklah saling menjatuhkan maupun menganggap teman yang lain sebagai saingan. Proses pembelajaran di sekolah bukanlah pertandingan dengan adanya satu pemenang. Pembelajaran merupakan proses agar semuanya berhasil mencapai tujuan. Semuanya harus menjadi juara, atau menang semua.
Untuk itu, kolaborasi dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk menjembatani antara peserta didik yang "lemah" dengan peserta didik yang "kuat". Peserta didik yang "lemah" akan terbantu dan termotivasi oleh teman sekelompoknya yang lebih "kuat". Sedang yang "kuat" rela hati membagikan ilmunya kepada yang lebih "lemah". Dengan harapan dia akan semakin "kuat", semakin maju wawasannya. Pahamkan kepada golongan yang "high" atau "kuat" tadi, bahwa tidak ada yang hilang ketika berbagi ilmu. Yang ada malah pemahaman atas suatu pengetahuan akan semakin mantap. Dan kepercayaan diri pun akan meningkat.
Demikianlah, semoga dengan diterapkannya kurikulum 2013, maka pendidikan karakter maupun pendidikan anti korupsi akan menjiwai setiap mata pelajaran.
Arsyad Riyadi Desember 12, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia
Beberapa waktu lalu pendidikan karakter telah banyak disosialisakan untuk diterapkan di sekolah, dari pendidikan dasar sampai perguruan tingga. Muncullah gagasan pendidikan yang berbasis karakter. Setelah itu, muncul juga pendidikan anti korupsi. Tidak berbeda jauh dengan pendidikan karakter, meskipun dengan nada yang "lebih ganas", pendidikan anti korupsi ini pun tidak sepenuhnya masuk ke lingkungan sekolah. Adem ayem lah.
Gagasan-gagasan Sekolah Masa Depan : Sekolah Bebas Korupsi seolah-olah hanya khayalan semata.
Penerapan kurikulum 2013 yang menegaskan kembali peranan pendidikan karakter membawa angin segar bagi terwujudnya generasiemas penerus bangsa.
Jelas, dalam kurikulum 2013, ada tiga jenis ranah penilaian, yaitu penilaian sikap (sosial dan spiritual), pengetahuan dan ketrampilan. Ketiga ranah ini, saling melengkapi tetapi penilaian diberikan terpisah. Ketiga ranah tersebut itu setara, tidak ada ranah yang lebih baik dibanding dengan ranah lainnya. Ranah sikap, pengetahuan dan ketrampilan memiliki proporsi yang sama.
Nilai-nilai anti korupsi diintegrasikan dalam pembelajaran di sekolah-sekolah dengan harapan untuk memutus mata rantai korupsi di negeri ini. Nilai-nilai anti korupsi yang dimaksud meliputi kerjasama, keadilan, tanggung jawab, kepedulian, kejujuran, kedisiplinan, keberanian, kegigihan, dan kesederhanaan.
Tentunya ada benang merah nilai-nilai anti korupsi ini dengan nilai sikap (spiritual dan sosial) yang ada di kurikulum 2013.
Menjadi tantangan tersendiri bagi guru untuk mengintegrasikan nilai-nilai anti korupsi atau sikap tersebut dalam pembelajaran. Nilai-nilai ini bukan saja diterapkan pada mata pelajaran agama maupun Pkn, tetapi semua pelajaran. Selain ini, nilai-nilai ini juga diintegrasikan melalui kegiatan ekstrakurikuler, misalnya pada pramuka.
Bagi guru IPA, menjadi tantangan sendiri untuk menghubungkan materi pelajaran dengan nilai-nilai tersebut. Misalnya, dalam pembelajaran di laboratorium. Peserta didik dituntut untuk melaporkan hasil pengukuran maupun pengamatan seperti yang dilakukannya. Hasil pengukuran/pengamatan ini tentunya tidak boleh dirubah/dimanipulasi. Selain hasilnya menjadi tidak valid, juga tindakan memanipulasi data ini bertentangan dengan nilai-nilai anti korupsi maupun sikap, yaitu kejujuran.
Kerja sama dalam kelompok juga harus terus digalakkan. Antar teman di kelas tidaklah saling menjatuhkan maupun menganggap teman yang lain sebagai saingan. Proses pembelajaran di sekolah bukanlah pertandingan dengan adanya satu pemenang. Pembelajaran merupakan proses agar semuanya berhasil mencapai tujuan. Semuanya harus menjadi juara, atau menang semua.
Untuk itu, kolaborasi dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk menjembatani antara peserta didik yang "lemah" dengan peserta didik yang "kuat". Peserta didik yang "lemah" akan terbantu dan termotivasi oleh teman sekelompoknya yang lebih "kuat". Sedang yang "kuat" rela hati membagikan ilmunya kepada yang lebih "lemah". Dengan harapan dia akan semakin "kuat", semakin maju wawasannya. Pahamkan kepada golongan yang "high" atau "kuat" tadi, bahwa tidak ada yang hilang ketika berbagi ilmu. Yang ada malah pemahaman atas suatu pengetahuan akan semakin mantap. Dan kepercayaan diri pun akan meningkat.
Demikianlah, semoga dengan diterapkannya kurikulum 2013, maka pendidikan karakter maupun pendidikan anti korupsi akan menjiwai setiap mata pelajaran.
Arsyad Riyadi Desember 12, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia
Tidak ada yang berubah kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan adalah keniscayaan.
Banyak orang yang mendambakan kemapanan. Sehingga ketika ada perubahan, maka reaksi mereka pun bermacam-macam. Sebagian menerima, sebagian menolak, dan sebagian lainnya acuh tak acuh.
Yang menerima pun bermacam-macam jenisnya. Ada yang benar-benar menerima dengan segala konsekwensinya (misalnya dengan belajar banyak hal) ataupun asal menerima. Demikian juga yang menolak, ada yang asal menolak karena tidak menyukai perubahan. Ada juga yang menolak karena merasa apa yang sudah ada masih layak untuk dipakai.
Demikianlah, berbagai tanggapan pro kontra terjadi ketika kurikulum 2013 akan diterapkan.
Dalam tulisan ini, kita akan menelisik ke belakang bagaimana kurikulum di Indonesia terus menerus mengalami perubahan.
(Imas Kurniasih, 2014) membagi kurikulum di Indonesia menjadi 3 kelompok, yaitu rencana pelajaran, kurikulum berbasis tujuan, dan kurikulum berorientasi kompetensi).
1. Kurikulum Rencana Pelajaran (1947 – 1968)
Meliputi kurikulum 1947, 1952, 1964, dan 1968.
2. Kurikulum Berorientasi Pencapaian Tujuan (1975 – 1994)
Meliputi perubahan kurikulum 1975, 1984, dan kurikulum 1994.
3. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004
4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
5. Kurikulum 2013
Kalau dihitung, sekurang-kurangnya, sejak kemerdekaan, Indonesia telah mengalami 10 kali perubahan kurikulum. Perubahan-perubahan ini didasarkan pada situasi kondisi berupa tantangan-tantangan yang dihadapi Indonesia saat itu.
Pada kurikulum 1947 (Rencana Pelajaran 1947), tujuannya lebih menekankan kepada pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
Pada kurikulum 1952 (Rencana Pelajaran Terurai 1952), harus memperhatikan hal-hal berikut : pendidikan pikiran harus dikurangi, isi pelajaran harus dihubungkan terhadap kesenian, pendidikan watak, pendidikan jasmani serta kewarganegaraan dan masyarakat.
Pada kurikulum 1964 (Rencana Pendidikan 1964), menitikberatkan pada pengembangan cipta rasa, karsa, karya dan moral, yang kemudian dikenal dengan Pancawardhana.
Pada kurikulum 1968, pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila yang sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan ketrampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Pada prinsipnya kelahiran kurikulum ini sangat bersifat politis, yaitu menggantu rencana pendidikan 1964 yang dicitrakan dengan produk orde lama.
Pada kurikulum 1975, untuk pertama kalinya terlihat dengan jelas tujuan pendidikan. Dari tujuan tersebut diuraikan tujuan-tujuan yang akan dicapai seperti tujuan instruksional umum, tujuan instruksional khusus, dan berbagai rincian lainnya.
Pada kurikulum 1984, terjadi penyempurnaan dari kurikulum 1975. Hal yang menonjol pada kurikulum 1984 adalah adanya CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dan Sistem Spiral. Di sini pembelajaran mulai bergeser dari teacher oriented ke student oriented. Dan dengan sistem spiral, maka semakin tinggi jenjang pendidikannya, materi yang diberikan makin dalam dan detil.
Pada Kurikulum 1994, pembelajaran lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat. Dan dalam pelaksanannya, guru menggunakan strategi yang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, mencakup beberapa kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.
Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, guru dan sekolah lebih memiliki otoritas dalam mengembangkan kurikulum secara bebas dengan memperhatikan karakteristik siswa dan lingkungan di sekolah masing-masing.
Pada kurikulum 2013, menurut Mendikbud, lebih menekankan pada kompetensi berbasis sikap, ketrampilan, dan ketrampilan. Salah satu ciri pada kurikulum ini adalah guru dituntut untuk berpengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa lebih leluasa dalam mengakses berbagai informasi melalui perkembangan ICT/TIK.
Guru sebagai salah satu komponen penting penggerak kurikulum dituntut untuk mampu menerapkannya dalam rencana pembelajaran di kelas-kelas. Tentunya, ada yang siap dan ada yang tidak. Ada yang menerima dan ada yang menolak. Ada yang proaktif dan ada yang reaktif.
Belajar dari sejarah perkembangan kurikulum di atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan kurikulum adalah keniscayaan. Tantangan setiap zaman berubah.
Dari dunia luar, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi begitu pesat. Berbagai tayangan lewat media televisi, majalah/surat kabar, internet yang begitu menarik menjadi saingan tersendiri bagi para siswa, ketimbang membaca buku-buku/LKS yang begitu-begitu saja. Untuk itulah sudah saatnya guru, bukan lagi belajar menggunakan komputer tetapi sudah sampai tahap memanfaatkan komputer untuk mendukung pembelajaran. Buatlah konten yang menarik, berupa video, animasi, simulasi, dan konten-konten lain yang sarat multimedia dan interaktif. Nah di sinilah guru dituntut untuk terus belajar. Belajar sepanjang hayat.. life long education..bisa menjadi jargon untuk mau dan mampu mengimplementasikan kurikulum 2013.
Demikian juga, adanya tantangan dari dalam pendidikan sendiri. Pendidikan sudah mengalami pergeseran, dari berorientasi guru ke arah berorientasi siswa. Kita sudah belajar tersebut sejak tahun 2004 melalui CBSA sampai sekarang. Tidak lagi saatnya menjadikan diri sebagai guru yang “menakutkan”. Menginginkan kelas yang “sunyi senyap”..kelas yang “tenang”. Dan ini tantangannya. Bagaimana mengembalikan kelas kepada situasi yang membuat siswa senang dan nyaman, sementara pembelajaran yang dilakukan juga bisa mencapai tujuannya.
“Masuklah ke dunia anak, baru perkenalkan dunia kita kepada mereka”. Inilah asas dari Quantum Teaching, yang bisa kita gunakan.
Hal ini senada dengan, “Mencoba mengerti dulu baru dimengerti”, sebagai kunci menjalin hubungan, seperti yang dikatakan oleh Stephen R. Covey.
Akhirnya, mari kita sambut kurikulum 2013 dengan terus-menerus memperbaharui diri. Sebuah filosofi Tao yang bagus, yang mengatakan “banyak melakukan tetapi tidak merasa melakukan”.
No losing of hope menyikapi perubahan-perubahan yang seringkapi tidak sesuai keinginan. Arsyad Riyadi Juli 30, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia
Banyak orang yang mendambakan kemapanan. Sehingga ketika ada perubahan, maka reaksi mereka pun bermacam-macam. Sebagian menerima, sebagian menolak, dan sebagian lainnya acuh tak acuh.
Yang menerima pun bermacam-macam jenisnya. Ada yang benar-benar menerima dengan segala konsekwensinya (misalnya dengan belajar banyak hal) ataupun asal menerima. Demikian juga yang menolak, ada yang asal menolak karena tidak menyukai perubahan. Ada juga yang menolak karena merasa apa yang sudah ada masih layak untuk dipakai.
Demikianlah, berbagai tanggapan pro kontra terjadi ketika kurikulum 2013 akan diterapkan.
Dalam tulisan ini, kita akan menelisik ke belakang bagaimana kurikulum di Indonesia terus menerus mengalami perubahan.
(Imas Kurniasih, 2014) membagi kurikulum di Indonesia menjadi 3 kelompok, yaitu rencana pelajaran, kurikulum berbasis tujuan, dan kurikulum berorientasi kompetensi).
1. Kurikulum Rencana Pelajaran (1947 – 1968)
Meliputi kurikulum 1947, 1952, 1964, dan 1968.
2. Kurikulum Berorientasi Pencapaian Tujuan (1975 – 1994)
Meliputi perubahan kurikulum 1975, 1984, dan kurikulum 1994.
3. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004
4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
5. Kurikulum 2013
Kalau dihitung, sekurang-kurangnya, sejak kemerdekaan, Indonesia telah mengalami 10 kali perubahan kurikulum. Perubahan-perubahan ini didasarkan pada situasi kondisi berupa tantangan-tantangan yang dihadapi Indonesia saat itu.
Pada kurikulum 1947 (Rencana Pelajaran 1947), tujuannya lebih menekankan kepada pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
Pada kurikulum 1952 (Rencana Pelajaran Terurai 1952), harus memperhatikan hal-hal berikut : pendidikan pikiran harus dikurangi, isi pelajaran harus dihubungkan terhadap kesenian, pendidikan watak, pendidikan jasmani serta kewarganegaraan dan masyarakat.
Pada kurikulum 1964 (Rencana Pendidikan 1964), menitikberatkan pada pengembangan cipta rasa, karsa, karya dan moral, yang kemudian dikenal dengan Pancawardhana.
Pada kurikulum 1968, pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila yang sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan ketrampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Pada prinsipnya kelahiran kurikulum ini sangat bersifat politis, yaitu menggantu rencana pendidikan 1964 yang dicitrakan dengan produk orde lama.
Pada kurikulum 1975, untuk pertama kalinya terlihat dengan jelas tujuan pendidikan. Dari tujuan tersebut diuraikan tujuan-tujuan yang akan dicapai seperti tujuan instruksional umum, tujuan instruksional khusus, dan berbagai rincian lainnya.
Pada kurikulum 1984, terjadi penyempurnaan dari kurikulum 1975. Hal yang menonjol pada kurikulum 1984 adalah adanya CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dan Sistem Spiral. Di sini pembelajaran mulai bergeser dari teacher oriented ke student oriented. Dan dengan sistem spiral, maka semakin tinggi jenjang pendidikannya, materi yang diberikan makin dalam dan detil.
Pada Kurikulum 1994, pembelajaran lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat. Dan dalam pelaksanannya, guru menggunakan strategi yang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, mencakup beberapa kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.
Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, guru dan sekolah lebih memiliki otoritas dalam mengembangkan kurikulum secara bebas dengan memperhatikan karakteristik siswa dan lingkungan di sekolah masing-masing.
Pada kurikulum 2013, menurut Mendikbud, lebih menekankan pada kompetensi berbasis sikap, ketrampilan, dan ketrampilan. Salah satu ciri pada kurikulum ini adalah guru dituntut untuk berpengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa lebih leluasa dalam mengakses berbagai informasi melalui perkembangan ICT/TIK.
Guru sebagai salah satu komponen penting penggerak kurikulum dituntut untuk mampu menerapkannya dalam rencana pembelajaran di kelas-kelas. Tentunya, ada yang siap dan ada yang tidak. Ada yang menerima dan ada yang menolak. Ada yang proaktif dan ada yang reaktif.
Belajar dari sejarah perkembangan kurikulum di atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan kurikulum adalah keniscayaan. Tantangan setiap zaman berubah.
Dari dunia luar, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi begitu pesat. Berbagai tayangan lewat media televisi, majalah/surat kabar, internet yang begitu menarik menjadi saingan tersendiri bagi para siswa, ketimbang membaca buku-buku/LKS yang begitu-begitu saja. Untuk itulah sudah saatnya guru, bukan lagi belajar menggunakan komputer tetapi sudah sampai tahap memanfaatkan komputer untuk mendukung pembelajaran. Buatlah konten yang menarik, berupa video, animasi, simulasi, dan konten-konten lain yang sarat multimedia dan interaktif. Nah di sinilah guru dituntut untuk terus belajar. Belajar sepanjang hayat.. life long education..bisa menjadi jargon untuk mau dan mampu mengimplementasikan kurikulum 2013.
Demikian juga, adanya tantangan dari dalam pendidikan sendiri. Pendidikan sudah mengalami pergeseran, dari berorientasi guru ke arah berorientasi siswa. Kita sudah belajar tersebut sejak tahun 2004 melalui CBSA sampai sekarang. Tidak lagi saatnya menjadikan diri sebagai guru yang “menakutkan”. Menginginkan kelas yang “sunyi senyap”..kelas yang “tenang”. Dan ini tantangannya. Bagaimana mengembalikan kelas kepada situasi yang membuat siswa senang dan nyaman, sementara pembelajaran yang dilakukan juga bisa mencapai tujuannya.
“Masuklah ke dunia anak, baru perkenalkan dunia kita kepada mereka”. Inilah asas dari Quantum Teaching, yang bisa kita gunakan.
Hal ini senada dengan, “Mencoba mengerti dulu baru dimengerti”, sebagai kunci menjalin hubungan, seperti yang dikatakan oleh Stephen R. Covey.
Akhirnya, mari kita sambut kurikulum 2013 dengan terus-menerus memperbaharui diri. Sebuah filosofi Tao yang bagus, yang mengatakan “banyak melakukan tetapi tidak merasa melakukan”.
No losing of hope menyikapi perubahan-perubahan yang seringkapi tidak sesuai keinginan. Arsyad Riyadi Juli 30, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia
Teringat ketika, saya masih SMP. Waktu itu memasuki kelas 2. Ada seorang guru perempuan yang katanya “killer”, meskipun di sisi lain kami merasa dekat dan merasa sedih ketika beliau pindah sekolah. Beliau cantik tetapi kalah kecantikannnya dengan kegalakannya. Ini menurut saya loh.
Waktu itu ada tugas mengerjakan PR dari buku paket. Tak terbayangkan saya hanya kekurangan 2 soal dari 20 soal, berakibat saya harus mengulangi mengerjakan PR tersebut sebanyak sepuluh kali. Seingat saya ini adalah soal pilihan ganda yang cara mengerjakannya, baik soal maupun jawaban harus ditulis lagi.
Usut punya usut, ternyata buku yang saya pakai adalah buku edisi lama. Sedangkan yang dipakai saat itu adalah buku revisi.
Kedua saat saya SMA. Ceritanya ada tugas meringkas dari buku. Entah perintahnya tidak jelas atau teman-teman yang tidak sempat (baca : agak malas), maka seminggu berikutnya hanya 2 orang yang menyelesaikan ringkasannya. Termasuk saya, yang mendapat nilai 90 dari sebuah ringkasan. Kesamaan dengan cerita “salah buku di SMP” adalah saya masih menggunakan buku edisi lama. Perbedaannya adalah di SMA saya sukses pakai buku edisi lama.
Apa yang menarik dari cerita di atas?
Waktu itu jelas, saya tidak memahami apa itu kurikulum. Tidak pernah guru-guru bercerita, kurikulum apa yang dipakai. Saya masuk SMP pada tahun 1990, berarti saat itu yang dipakai kurikulum 1984. Wajar dalam kurun waktu tersebut buku-buku terus direvisi. Baru ganti buku saya sudah merepotkan, apalagi ganti kurikulum.
Saya ingat betul, bahwa buku-buku yang saya pakai dari awal sekolah (MI), kemudian melanjutkan ke SMP dan SMA lebih banyak menggunakan buku-buku sisa peninggalan kakak saya. Dari yang selisih sekolahnya 10 tahun sampai yang 2 tingkat di atas saya. Dalam banyak hal saya mempunyai bahan bacaan yang berbeda dari teman-teman sekelas. Di sisi lain terasa merepotkan, karena harus juga menyesuaikan dengan referensi yang dipakai saat itu. Hal ini terasa bermasalah ketika pelajaran-pelajaran non eksak.
Tambahan sana-sini pada buku revisi harus ditulis, baik di buku saya yang lama maupun dalam catatan.
Penggunaan buku-buku lama tersebut terus berulang. Bahkan sampai mau UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan sampai sekarang jadi guru. Sejak tahun 2004 – 2014, buku-buku kurikulum 1994.
Dan saya tidak menemukan masalah yang berarti, ketika harus memakai buku-buku lama tersebut. Misalnya ketika dulu mengajar di SMA/SMK tahun 2004, saya masih setia dengan buku-buku Olimpiade Fisika-nya Yohanes Surya yang diterbitkan tahun 1996. Olimpiade sendiri singkatan dari TeOri dan Latihan Fisika Menghadapi Masa Depan. Termasuk buku Fisika-nya Nyoman Kertiasa yang diterbitkan pertama kali tahun 1993 oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bahkan seingat saya , buku Fisika waktu saya SMA (karangan Yohanes Surya yang diterbitkan oleh Intan Pariwara tahun 1986) juga masih dipakai.
Demikian juga ketika kurikulum 2004, 2006 dan sekarang kurikulum 2013. Buku-buku edisi lama pun masih bertengger dengan manisnya. Selalu siap menjadi salah satu referensi dalam mengajar.
Mungkin ada yang bertanya..Anda kan guru, bisa mengambil materi dari buku sana-sini. Bagaimana dengan para siswa?
Jawaban saya sederhana.
Apapun kurikulumnya, gurunya tetap. Perubahan apapun dalam kurikulum tidak serta merta mengorbankan apa yang telah dipunya sebelumnya.
Di perpustakaan banyak sekali buku-buku yang menumpuk. Siapa yang akan pakai? Yakinkah kita, kalau siswa-siswa mau meminjam buku-buku lama tersebut, kalau kita sebagai guru tidak mau memakainya. Padahal di banyak hal. Materi-materi di buku-buku terbaru masih banyak yang termuat di buku-buku lama tersebut. Bahkan beberapa isinya jauh lebih lengkap. Hitungannya sederhana. Ketika satu buku (misalnya buku BSE dan buku siswa kurikulum 2013) dipakai untuk 2 semester, yang memuat Fisika, Biologi dan Kimia untuk IPA SMP. Kita bandingkan dengan buku edisi lama, dengan 1 buku memuat 1 semester dan untuk 1 bidang saja (misalnya Fisika), tentunya buku yang lama relatif lebih lengkap isinya.
Dari gambaran tersebut, akan mengurangi anggapan adanya keharusan ganti buku saat ada pergantian kurikulum. Jangan sampai dengan ketersediaan buku-buku oleh pemerintah (dalam bentuk BSE, buku siswa maupun buku guru), membuat kita kehilangan kesempatan mendapatkan pengetahuan-pengetahuan tambahan karena segan untuk mencari informasi-informasi dari buku-buku lain. Arsyad Riyadi Juli 30, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia
Merindukan Kurikulum 2013
Guru yang mengajar hanya dengan metode ceramah atau
mengandalkan presentasi adalah guru yang dholim.
Kata-kata dari salah satu instruktur pada diklat PLPG beberapa waktu lalu terus menghantui pikiranku. Jujur saja selama ini, saya belum "ngeh", dengan adanya kurikulum 2013. Pertama, karena sekolah tempatku mengajar belum melaksanakan. Kedua, kurang pekanya diri saya terhadap perkembangan dunia pendidikan di Indonesia.
Tetapi, setelah mendengar kata-kata tersebut, sontak kesadaranku bangkit (moga-moga selamanya..hehehehe). Aku mengaca pada diriku sendiri, yang selama ini sudah merasa cukup dengan mengajar pakai gaya sendiri. Yang penting aku enjoy dan siswa bisa menikmati.
Ternyata itu tidak cukup. Buktinya apa?
Kita bisa melihat output dari siswa kita, apakah sudah memiliki karakter yang baik. Disiplin, santun, jujur, obyektif, menghargai orang lain dan sebagainya. Inisiatif, kreatif, inovatif, dan nilai-nilai karakter lain sudahkah terbentuk?
Dulu ketika saya mengajar, satu hal yang sering kukatakan pada siswa.
"Nak, mengajar fisika itu gampang.
Tetapi, membuat kamu belajar tanpa diperintah itu yang sulit."
Selalu dan selalu itu yang kukatakan.
Ternyata hal itu tidak cukup.
Perlu adanya aksi nyata dalam melaksanakan pembelajaran, salah satunya dengan mulai menerapkan kurikulum 2013. Perubahan-perubahan yang nampak pada standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses maupun standar penilaian perlulah dicermati sehingga target pelaksanaan kurikulum ini akan tercapai.
Kompetensi lulusan dari jenjang SD, SMP, SMA, SMK bisa kita lihat ternyata sama, yaitu adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kedudukan mata pelajaran (ISI), yaitu kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Kompetensi dikembangkan melalui: Tematik terpadu dalam semua mata pelajaran (SD), mata pelajaran (SMP, SMA) dan vokasinal (SMK).
Dalam proses pembelajaran :
- Standar Proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
- Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat
- Guru bukan satu-satunya sumber belajar.
- Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan
- Penilaian berbasis kompetensi
- Pergeseran dari penilaian melalui tes [mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja], menuju penilaian otentik [mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil]
- Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal)
- Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL
- Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama
penilaian
Dalam pelaksanaan pembelajaran digunakan pendekatan saintifik dan kontekstual melalu kegiatan : observing (mengamati), questioning (menanya), associating (menalar), experimenting (mencoba), dan networking (Membentuk jejaring). Demikian juga dalam proses penilaian menggunakan penilain otentik, yaitu : penilaian berbasis portofolio, pertanyaan yang tidak memiliki jawaban tunggal, memberi nilai bagi jawaban nyeleneh, menilai proses pengerjaannya bukan hanya hasilnya, penilaian spontanitas/ekspresif, dan lain-lain.
Model pembelajaran yang diterapkan mengacu pada teori konstruktivisme, yang memandang bahwa ilmu pengetahuan harus dibangun oleh siswa. Dalam hal ini siswalah yang membangun dan menemukan sendiri pengetahuannya. Model pembelajaran yang dimaksud meliputi discovery learning (pembelajaran penemuan), problem based learning (pembelajaran berbasis masalah), dan project based learning (pembelajaran berbasis proyek).
Dengan menerapkan kurikulum 2013, diharapkan tidak terjadi lagi pembelajaran yang dholim lagi. Kesemuanya mengarah kepada kompetensi religiusitas sebagai kompetensi pertama dan tujuan dari pendidikan.
Arsyad Riyadi Oktober 10, 2013 New Google SEO Bandung, Indonesia
PRAMUKA DAN ANTI KORUPSI
Tema pramuka dan anti korupsi menjadi pilihan penulis, ketika mengisi materi Persami bagi siswa baru, yang dilaksankan tanggal 31 Agustus 2013.Memang, waktu itu saya ditugaskan untuk mengisi materi Dasa Dharma Pramuka. Dalam waktu yang singkat, penulis berinisiatif menghubungkan nilai-nilai dalam dasa dharma pramuka dengan nilai anti korupsi. Bukan apa-apa, karena saat itu, penulis sedang banyak riset mengenai pendidikan anti korupsi.
Apalagi, waktu itu pendidikan anti korupsi banyak disosialisasikan jenjang mulai pendidikan dari pendidikan dini sampai tingkat perguruan tinggi.
Dengan bersumber dari web pramuka.or.id, penulis memulai materi ini dengan menjelaskan visi, misi, dan tujuan pramuka.
Menurut visinya, gerakan pramuka merupakan wadah yang bisa menjadi pilihan utama sekaligus menjadi solusi yang tepat/handal bagi para remaja (baca : kaum muda).
Dalam misinya disebutkan bahwa gerakan pramuka akan mempramukakan kaum muda, Gerakan pramuka akan membina anggotanya berjiwa dan berwatak pramuka dengan berlandaskan kepa imtaq dan selalu mengaikuti perkembangan iptek. Gerakan pramuka juga bertekad untuk membentuk kader bangsa patriot pembangunan yang memiliki jiwa bela negara, Terakhir gerakan pramuka akan menggerakan anggota dan organisasi agar peduli dan tanggap terhadap masalah kemasyarakatan.
Sesuai dengan tujuan gerakan pramuka, maka kaum muda Indonesia harus mempunyai kepribadian dan akhlak yang mulia. Kaum muda Indonesia harus memiliki semangat kebangsaan, cinta tanah airm dan bela negara. Kaum muda Indonesia juga harus menjadi manusia yang terampil. Siap menjadi anggota masyarakat yang berguna, patriot dan pejuang yang tangguh serta menjadi calon pemimpin yang handal.
Anggoya pramuka harus berpegang pada prinsip dasar gerakan pramuka, yaitu iman dan taqwa kepada Tuhan yang Maja Esa, peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam. Peduli terhadap diri pribadi serta mentaati kode kehormatan pramuka.
Membaca visi, misi, tujuan, dan prinsip dasar kepramukaan sejalan sekali dengan nilai-nilai antikorupsi seperti yang telah dikenalkan oleh KPK melalui Buku Dongeng Antikorupsi. Nilai-nilai yang dimaksud, meliputi : kerjasama, keadilan, tanggung jawab, kepedulian, kejujuran, kedisiplinan, keberanian, kegigihan, dan kesederhanaan.
Menurut visinya, gerakan pramuka merupakan wadah yang bisa menjadi pilihan utama sekaligus menjadi solusi yang tepat/handal bagi para remaja (baca : kaum muda).
Dalam misinya disebutkan bahwa gerakan pramuka akan mempramukakan kaum muda, Gerakan pramuka akan membina anggotanya berjiwa dan berwatak pramuka dengan berlandaskan kepa imtaq dan selalu mengaikuti perkembangan iptek. Gerakan pramuka juga bertekad untuk membentuk kader bangsa patriot pembangunan yang memiliki jiwa bela negara, Terakhir gerakan pramuka akan menggerakan anggota dan organisasi agar peduli dan tanggap terhadap masalah kemasyarakatan.
Sesuai dengan tujuan gerakan pramuka, maka kaum muda Indonesia harus mempunyai kepribadian dan akhlak yang mulia. Kaum muda Indonesia harus memiliki semangat kebangsaan, cinta tanah airm dan bela negara. Kaum muda Indonesia juga harus menjadi manusia yang terampil. Siap menjadi anggota masyarakat yang berguna, patriot dan pejuang yang tangguh serta menjadi calon pemimpin yang handal.
Anggoya pramuka harus berpegang pada prinsip dasar gerakan pramuka, yaitu iman dan taqwa kepada Tuhan yang Maja Esa, peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam. Peduli terhadap diri pribadi serta mentaati kode kehormatan pramuka.
Membaca visi, misi, tujuan, dan prinsip dasar kepramukaan sejalan sekali dengan nilai-nilai antikorupsi seperti yang telah dikenalkan oleh KPK melalui Buku Dongeng Antikorupsi. Nilai-nilai yang dimaksud, meliputi : kerjasama, keadilan, tanggung jawab, kepedulian, kejujuran, kedisiplinan, keberanian, kegigihan, dan kesederhanaan.
Dalam kepramukaan, banyak sekali kegiatan yang selaras dengan proses pembelajaran antikorupsi. Misalnya belajar kedisiplinan. Kita tepat waktu berangkat latihan maupun dalam melakukan kegiatan yang lain sampai selesai. Di dalam kelompok/regu/sangga kita juga belajar bekerja sama. Kejujuran juga diperlihatkan ketika melakukan perlombaan dengan kelompok yang lain.
Lebih lanjut, mari kita perhatikan bunyi dasa darma pramuka, yaitu :
Pramuka
itu :
1.
Taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.
Cinta
alam dan kasih sayang sesama manusia
3.
Patriot
yang sopan dan ksatria
4.
Patuh
dan suka bermusyawarah
5.
Rela
Menolong dan tabah
6.
Rajin,
terampil dan gembira
7.
Hemat,
cermat, dan bersahaja
8.
Disiplin,
berani dan setia
9.
Bertanggungjawab
dan dapat dipercaya
10.
Suci
dalam pikiran, perkataan dan perbuatan
|
Perhatikan kata-kata kunci dari dasa darma tersebut. Dari ke-10 dharma tersebut adakah yang bertentangan dengan nilai antikorupsi? Pramuka dan Antikorupsi merupakan 1 paket, Punya visi dan misi yang sama. Seirama dan sejalan. Sebaliknya, kita dengan berani bisa mengatakan pasti antara pramuka dan tidan korupsi pasti saling bertentangan. bertentangan.
Berikut contoh tindakan-tindakan yang dapat dilakukan terkait dengan kesepuluh darma di atas :
1. Tindakan-tindakan yang sesuai dengan darma ke-1, misalnya :
- Beribadah sesuai agama dan kepercayaannya
- Berbakti kepada orang tua dan guru
2. Tindakan-tindakan yang sesuai dengan darma ke-2, misalnya :
- Menjaga kebersihan
- Menjaga kelestarian alam
- Membantu orang miskin
3. Tindakan-tindakan yang sesuai dengan darma ke-3, misalnya :
- Siap melindungi yang lemah
- Aktif dalam masyarakat sekitar
4. Tindakan-tindakan yang sesuai dengan darma ke-4, misalnya :
- Tugas dan kewajiban dilaksanakan dengan baik
- Patuh terhadap orang tua dan guru
5. Tindakan-tindakan yang sesuai dengan darma ke-5, misalnya :
- Ikhlas dalam menolong
- Empati terhadap suatu musibah
6. Tindakan-tindakan yang sesuai dengan darma ke-6, misalnya :
- Anti membolos
- Produktif membuat sesuatu yang berguna
7. Tindakan-tindakan yang sesuai dengan darma ke-7, misalnya :
- Hemat
- Perencanaan matang
8. Tindakan-tindakan yang sesuai dengan darma ke-8, misalnya :
- Tepat waktu
- Kewajiban dulu baru hak
9. Tindakan-tindakan yang sesuai dengan darma ke-9, misalnya :
- Sungguh-sungguh dalam menjalankan tugas
- Bertanggung jawab
10. Tindakan-tindakan yang sesuai dengan darma ke-10, misalnya :
- Jujur dalam segalanya
- Tidak mau menyusahkan orang lain
Arsyad Riyadi September 03, 2013 New Google SEO Bandung, Indonesia
15 Finalis Guraru Award 2012
Setelah penutupan lomba pada 30 September 2012, tim dewan juri mulai bekerja melakukan penyisihan dan penyeleksian dari 359 blog yang masuk berdasarkan kriteria dan persyaratan, hingga diperoleh 15 finalis Guraru Award.
Kelimabelas finalis tersebut adalah:
- Yusrizal Panjaitan, S.Pd
http://www.bjgp-rizal.com/
Yusrizal Panjaitan adalah seorang guru elektronika di SMK Negeri 2 Tanjungbalai. Sebagai guru elektronika, blognya berisikan materi yang berkaitan dengan topik itu. Dilengkapi juga dengan materi atau perangkat pembelajaran sehingga siswa-siswanya dapat mengakses dengan mudah, bank soal untuk latihan, linked dengan blog para siswa, serta modul elektronika karyanya. Profil lengkapnya dapat dilihat di http://sri-zal.blogspot.com/p/introduction-my-self.html
- Slamet Widiantoro,S.Pd
http://guru-ipa-pati.blogspot.com/
Pemilik blog bernama Slamet Widiantoro ini merupakan guru mata pelajaran IPA di SMP N 1 Gabus Pati, Jawa Tengah. Beliau menuangkan berbagai pengalamannya mengajar dalam bentuk tulisan di blog karena hobi menulisnya. Selengkapnya silakan baca di http://guru-ipa-pati.blogspot.com/2011/08/profilku.html
- Iwan Sumantri
http://iwansmtri.blogspot.com
Pak Iwan Sumantri adalah guru matematika yang aktif membagi pengalaman dan pengetahuannya pada blognya, terutama dalam bidang matematika. Mengajar di SMPN 3 Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat, dalam profilnya beliau menuliskan bahwa beliau adalah seorang guru matematika yang selalu ingin lebih maju. Profil lengkapnya dapat dilihat di http://www.blogger.com/profile/14978184262270283822
- Dedi Dwitagama
http://dedidwitagama.wordpress.com/
Pak Dedi Dwitagama adalah Kepala Sekolah SMKN 29, atau yang dahulu terkenal sebagai STM Penerbangan di Jakarta. Berbagai pengalamannya di berbagai sekolah dan organisasi nasional dan internasional dituangkan dalam blognya ini. Profil lengkap kepala sekolah sebuah sekolah menengah yang tadinya terkenal dengan tawuran menjadi berprestasi dapat dilihat di http://dedidwitagama.wordpress.com/my-cv/
- Akhmad Sudrajat
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/
Pak Akhmad Sudrajat ini mengaku seorang praktisi pendidikan, dari daerah Kuningan Jawa Barat. Blognya berisi berbagai macam hal yang terkait dengan pendidikan, mulai dari opini, regulasi, manajemen, kurikulum hingga forum konselor dan pengawas sekolah, juga berita-berita yang terkait pendidikan. Beliau sudah menerbitkan beberapa buku, yang juga terkait pendidikan. Profil lengkapnya dapat dilihat di http://akhmadsudrajat.wordpress.com/about-me/
- Arsyad Riyadi
http://arsyadriyadi.blogspot.com
Pemilik blog bernama Arsyad Riyadi, S.Si adalah guru di SMPN 2 Pengadegan Purbalingga. Lulusan Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Diponegoro, Jawa Tengah, mengajarkan mata pelajaran fisika di sekolahnya. Blognya berisi materi-materi yang terkait dengan fisika. Yang menarik dari blog ini adalah judul yang digunakan, yaitu: Fisika Multimedia, Belajar Tanpa Batas dan E-Learning Virtual Classroom, Belajar Apa Saja dan Di Mana Saja. Profilnya dapat dilihat di http://arsyadriyadi.blogspot.com/p/tentang-saya.html
- Ibnu Fajar,S.Pd
http://ibnufajar75.wordpress.com
Pak Ibnu Fajar adalah guru Matematika di SMAN 1 Pagar Alam, Sumatera Selatan, juga pemilik sebuah lembaga bimbingan belajar Avicenna. Selain matematika, blog ini berisikan berita dan informasi pendidikan, pengalaman-pengalaman serta pemikiran beliau, juga pemanfaatan blog ini sebagai media belajar mengajar. Selengkapnya di http://ibnufajar75.wordpress.com/
- Ayip Miftahuddin
http://ayip7miftah.wordpress.com/
Ayip Miftahuddin, merupakan seorang pengajar muda di sebuah lembaga bimbingan belajar di kota Cirebon, Jawa Barat. Kesukaan dan keahliannya pada bidang fisika dituangkan dalam blognya. Kendati bukan guru di suatu sekolah, isi blognya juga dilengkapi dengan berbagai materi tentang pelajaran fisika yang dapat didownload. Selengkapnya di http://ayip7miftah.wordpress.com/about/
- Agus Dwianto, S.Pd
http://www.indonesiacerdas.web.id/
Pak Agus Dwianto adalah pemilik blog ini. Beliau pengajar mata pelajaran fisika di SMPN 2 Paranggupito, Wonogiri Jawa Tengah. Pak guru dengan berbagai aktifitas ini mengisi blognya dengan berbagai hal. Profil lengkapnya dapat dilihat di http://www.indonesiacerdas.web.id/2012/02/selayang-pandang.html
- Dzulfikar Al-A’la
http://dzulfikaralala.wordpress.com/
Pemuda bernama Dzulfikar Al-A’la ini, adalah pengajar muda yang bersemangat, mengajar di sebuah lembaga bimbingan belajar. Semangatnya tercermin dalam blog miliknya itu, yang mulai ditulisinya sejak Februari 2010. Silakan lihat profil lengkapnya di http://dzulfikaralala.wordpress.com/perihal/
- Mulyadi Tenjo
www.tenjocity.wordpress.com
Mulyadi Tenjo adalah nama pemilik blog ini. Sehari-hari beliau berprofesi sebagai guru TIK di sebuah sekolah di daerah Bogor, Jawa Barat. Selain berisikan berbagai materi pendidikan, dan tutorial berbagai ilmu komputer, beliau membuat page khusus mengenai Panduan Berinternet Untuk Anak. Selengkapnya di http://tenjocity.wordpress.com/taaruf-dengan-mulyadi-tenjo-di-blog-tenjocity/
- Umar Tholib, S. Pd
http://kangmartho.com
Pemilik blog bernama Umar Tholib, SPd ini mengaku seorang guru yang belum profesional, sekarang berdinas di SDN Tegalbangsri 01 di Lumajang. Aktif nge-blog sejak tahun 2008. Profil lengkap dapat dilihat di http://kangmartho.com/tentang-saya/
- Asih Pujiariani
http://artikel-kependidikan.blogspot.com/
Bu Asih Pujiariani adalah seorang guru Sekolah Dasar di Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung. Kendati menjadi guru bukanlah cita-cita awalnya, namun bu Asih ternyata menemukan kecintaannya mengajar. Selengkapnya dapat dilihat di http://artikel-kependidikan.blogspot.com/2011/08/tentang-blog-ini.html
- Wahid Hasyim
http://mrwahid.wordpress.com
Wahid Hasyim, S.Kom. adalah seorang guru di Sekolah Islam Terpadu di Bekasi, Jawa Barat. Lulusan STTIK Meridian Jakarta ini menganggap menjadi pendidik adalah panggilan hati, dan profesi ini menuntutnya untuk terus belajar. Selengkapnya dapat dilihat di http://mrwahid.wordpress.com/about/
- Amiroh
http://amiroh.web.id
Bu Amiroh adalah guru di SMKN 3 Jombang, Jawa Timur. Ibu dua anak yang memiliki hobby beraktifitas di depan komputer ini, benar-benar memanfaatkan IT untuk kemajuan pendidikan. Selengkapnya dapat dibaca di http://amiroh.web.id/gallery/about/
Sumber : http://award.guraru.org/15-finalis-guraru-award-2012/
Pendidikan Anti Korupsi
Pendidikan anti korupsi di sekolah dapat dilaksanakan menggunakan dua jalur. Pertama, disisipkan dalam semua pelajaran. Langkah awal bisa dimulai dari pelajaran pendidikan agama, PKn dan Bahasa Indonesia. Kedua, melalui kegiatan eksrakurikuler, termasuk di dalamnya kampanye anti korupsi, pembuatan majalah dinding (mading), pembagian pamlet, dan penyuluhan-penyuluhan anti korupsi dengan mengundang pakar-pakar bidang hukum maupun politik (misalnya polres, jaksa, maupun pejabat pemerintahan). Kegiatan yang lain bisa dengan menyelenggarakan berbagai lomba, seperti membuat karangan anti korupsi, pidato anti korupsi, puisi anti korupsi, karikatur anti korupsi, cipta lagu anti korupsi dan sejenisnya.
Tujuan dari pendidikan anti korupsi ini adalah menciptakan kesadaran kepada seluruh masyarakat. Dalam pendidikan anti korupsi ini harus melibatkan semua pihak, bukan hanya dari kalangan pendidikan. Sangat tidak mungkin sekolah mengajarkan anti korupsi tapi tidak memahami berbagai bentuk pelayanan masyarakat dari berbagai departemen. Karena tindak korupsi (seperti penyuapan), tentunya banyak terjadi di lembaga-lembaga tersebut.
Pendidikan anti korupsi berkewajiban untuk :
1. Mengenalkan seluk-beluk korupsi, yang meliputi pengertian, bentuk-bentuk, alasan, maupun akibat korupsi.
2. Mendukung ketegasan terhadap tindak korupsi
3. Menujukkan tindakan perang terhadap korupsi
4. Menggagas materi anti korupsi yang akan dimasukkan pada kurikulum sekolah, seperti : a) Nilai-nilai anti korupsi (demokratis, kepekaan sosial, kejujuran, peningkatan pribadi dan sebagainya, b)Memperkuat kemampuan diri (seperti berkomunikasi, berpikir kritis, mampu membuat perencanaan, mengatur waktu, keuangan dan sejenisnya, bertindak kreatif, membuat inisiatif, merdeka, bertanggung jawab, menyelesaikan konflik, kepemimpinan dan sebagainya)
Tujuan akhir pendidikan anti korupsi ini adalah membentuk pribadi yang memiliki kesadaran tinggi melawan tindak korupsi, tidak mentolerir tindak korupsi, dan mampu mengurangi tindak korupsi.
Tema Pendidikan anti korupsi
1. Konsep korupsi. Termasuk di dalamnya membedakan korupsi dengan tindak kejahatan lainnya.
2. Akibat korupsi. Meliputi akibat korupsi dari segi ekonomi, sosial, politik, dan moral. Termasuk di dalamnya bahaya yang tampak dan tersembunyi, serta korban-korban dari kejahatan korupsi.
3. Sejarah korupsi. Berisi perkembangan korupsi dari masa ke masa. Penyebab korupsi dari sisi psikologis, budaya, sosial, dan politik. Termasuk di dalamnya korupsi di ranah demokrasi (misal dalam partai politik, pemilu, dewan, pemerintah, pengadilan dan pejabat lokal lainnya)
4. Perang melawan korupsi. Termasuk di dalamnya peran masyarakat, mass media. Kekuatan perundang-undangan, kode etik, dan aturan-aturan lain. Berbagai strategi dan program untuk mencegah dan mengurangi tindak korupsi.
5. Permasalahan yang muncul dalam perang melawan korupsi.
Dalam pendidikan anti korupsi ini juga ditanamkan nilai-nilai anti korupsi. Nilai-nilai antikorupsi ini sejalan dengan pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. Nilai-nilai antikorupsi juga telah dikenalkan oleh KPK melalui Buku Dongeng Anti Korupsi. Nilai-nilai yang dimaksud, meliputi : kerjasama, keadilan, tanggung jawab, kepedulian, kejujuran, kedisiplinan, keberanian, kegigihan, dan kesederhanaan.
Tunggu apa lagi...
Selamat berjuang..bersama-sama memberantas korupsi di sekitar diri kita terlebih dahulu. Arsyad Riyadi Oktober 14, 2012 New Google SEO Bandung, Indonesia
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI : CIKAL BAKAL KORUPSI DI SEKOLAH
Adakah perilaku korupsi di sekolah? Ataukah adakah tindakan-tindakan yang mengindikasikan perilaku yang menyimpang seperti kecurangan, menyogok dan sebagainya?
Sekarang, coba kita bayangkan peristiwa berikut yang sering terjadi di sekolah.
Kasus pertama
Seorang guru berbicara di depan murid-muridnya. “Sebenarnya banyak dari kalian yang nilainya tidak mencapai standar, tetapi atas baik hatinya saya maka kalian semua lulus.” Mendengar kata-kata sang guru, para murid pun bersorak-sorai. Mereka menganggap bahwa guru tersebut adalah guru yang baik. Sedangkan ada sebagian kecil siswa, yang nilainya baik hanya terdiam.
Bagaimana pendapat tentang kasus pengatrolan nilai seperti di atas? Apakah tergolong tindak kecurangan? Apakah itu bukan bibit-bibit korupsi di negeri ini?
Kasus kedua.
Seorang anak yang mendapat nilai jelek dalam suatu pelajaran. Berharap dapat tambahan nilai, maka anak tersebut berusaha berbuat baik terhadap gurunya. Masih wajar khan? Apakah masih menjadi wajar ketika anak tersebut mendatangi gurunya ke rumah sambil membawa kiriman buah-buahan. Ataupun membawakan hasil panenan (bagi yang di desa) untuk diberikan kepada para gurunya di sekolah. Kemudian dengan alasan, bahwa anak tersebut dianggap sebagai siswa yang baik, maka dengan mudahnya nilai anak tersebut ditambah. Suatu hal yang sering dianggap wajar.
Bagaimana pendapat kamu dalam menghadapi kasus yang kedua?
Banyak pertanyaan yang menyangsikan, apakah korupsi yang sudah menjamur dapat diberantas melalui pendidikan anti korupsi, khususnya di sekolah? Jawabannya bisa ya atau tidak (Suparno, 2005). Bagi yang sudah terlanjur berada di dunia korupsi, baik sebagai pelaku maupun penerima akan pesimis dengan pendidikan anti korupsi. Bisa terjadi pada para orang tua yang biasa menggunakan uangnya untuk memudahkan segala urusan anak-anaknya. Misalnya memasukkan anaknya ke sekolah yang favorit, meminta tolong pada guru anaknya untuk memberikan les, sampai memberikan amplop agar anaknya dapat diterima bekerja. Dengan mengatasnamakan kepentingan seorang anak, orang tua tersebut baik sadar atau tidak telah melakukan tindakan penyuapan, sebagai salah satu bentuk korupsi.
Kasus lain, ada salah satu orang tua kalian seringkali menerima kiriman, baik berupa makanan, barang-barang antik, elektronik, dan sebagainya. Misalnya orang tua kalian mempunyai kedudukan tinggi di suatu instansi pemerintah. Apakah pemberian itu wajar atau ada maksud tersembunyi? Seandainya pemberian itu diterima, orang tua kamu bisa dikatakan menerima suap dalam bentuk barang. Itu belum lagi penerimaan amplop yang di lakukan di kantor atau bahkan di rumah, hanya dengan memberikan beberapa tanda tangan.
Bayangkan jika yang melakukan tindakan tersebut adalah para pejabat tinggi, para pemimpin bangsa ini. Berapa kerugian yang akan ditanggung oleh negara? Bagaimana pengaruhnya pada masyarakat? Yang kaya semakin kaya, yang miskin makin miskin kata Rhoma Irama. Hak-hak orang miskin tidak mungkin dipenuhi dengan keadaan negara yang dipenuhi orang-orang yang korupsi. Arsyad Riyadi Oktober 12, 2012 New Google SEO Bandung, Indonesia
Revolusi Pembelajaran
Pembelajaran merupakan hasil kolaborasi yang baik antara guru, siswa, dan kurikulum. Guru yang berperan sebagai penanggung jawab jalannya pembelajaran (baca : sebagai salah satu sumber belajar maupun sebagai fasilitator), siswa yang berperan sebagai pencari pengetahuan (baca : sebagai pengkonstruk pengetahuan menurut teori konstruktivisme), dan kurikulum sebagai isi dari materi itu sendiri.
Beberapa "penyakit" utama abad ke-19, telah menjangkiti para pendidik, di berbagai belahan dunia. Penyakit yang dimaksud adalah : puritanisme, individualisme, model pabrik, pemikiran ilmiah barat, pemisahan pikiran/tubuh, dominasi pria, dan media cetak.
"Penyakit" tersebut secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut :
PENYAKIT
|
GEJALA
|
OBAT
|
Puritanisme
|
Serius, suram, kering, kaku, dan berpusat pada guru
|
Belajar yang menggembirakan, mengasuh, dan berpusat pada pembelajar
|
Individualisme
|
Persaingan di antara pembelajar. Keterasingan dan putusnya hubungan
|
Kerja sama di antara pembelajar dalam komunitas belajar
|
Model Pabrik
|
Belajar jalur perakitan satu ukuran untuk semua. Berdasarkan waktu dan patuh pada petunjuk
|
Prasmanan berbagai pilihan. Berdasar hasil dan kreatif
|
Pemikiran Ilmiah Barat
|
Pendekatan belajar linier, mekanistik, dan terkotak-kotak
|
Pendekatan belajar holistik, kontekstual, dan saling berkaitan
|
Pemisahan Pikiran/Tubuh
|
Belajar yang kognitif, verbal, menekankan otak-kiri dan pasif secara fisik
|
Belajar yang memanfaatkan seluruh otak, multi-indra, dan aktif secara fisik
|
Dominasi pria
|
Tekanan pada kontrol, kecerdasan rasional, dan proses berurutan
|
Tekanan pada pengasuhan, kecerdasan seluruh otak, dan proses simultan
|
Media Cetak
|
Kata-kata dan konsep abstrak sebagai landasan belajar
|
Gambar dan pengalaman konkret sebagai landasan belajar
|
Sebuah revolusi pembelajaran ditawarkan oleh Program Accelerated Learning. Salah satu pendekatan yang ditawarkan oleh Accelerated Learning adalah belajar melalui pendekatan SAVI.
SAVI singkatan dari (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual).
1. Somatis : belajar dengan bergerak dan berbuat
2. Auditori : belajar dengan berbicara dan mendengar
3. Visual : belajar dengan mengamati dan menggambarkan
4. Intelektual : belajar dengan memecahkan masalah dan merenung
Belajar menjadi optimal jika keempat unsur SAVI terjadi dalam satu kegiatan pembelajaran. Misalnya, orang bisa belajar sedikit dengan menyaksikan presentasi (V), tetapi mereka dapat belajar banyak jika dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (S), membicarakan apa yang sedang mereka pelajari (A) dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam presentasi tersebut pada pekerjaan mereka (I).
Referensi :
Meier, Dave. 2003. The Accelerated Learning Handbook. Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan (terjemahan). Bandung : Kaifa.
Sumber gambar : http://www.tspectrum.com/images/savilogo.jpg Arsyad Riyadi Juni 22, 2012 New Google SEO Bandung, Indonesia