Buku Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional
-
Buku Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional
[image: Buku Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional]
Emotional Intelligence - Daniel GolemanBuku ...
Dalam mengerjakan soal yang terkait dengan massa jenis, masih ditemukan kesalahan-kesalahan yang terkait dengan konversi satuannya.
Sebelumnya, kita tuliskan dulu rumus massa jenis. Massa jenis zat (ρ) merupakan perbandingan antara massa jenis dan volumenya.
r = massa jenis zat (kg/m3)
m = massa zat (kg)
v = volume (m3)
Satuan lain yang juga dipakai adalah g/cm3.
Berikut cara mengkonversi satuan kg/m3 menjadi g/cm3 atau sebaliknya.
Sebaliknya
Contoh soal :
1. Massa jenis suatu zat adalah 13.600 kg/m3. Tentukan massa jenis tersebut dalam satuan g/cm3?
Penyelesaian :
Atau langsung saja :
2. Massa jenis suatu zat adalah 0,8 g/cm3. Tentukan massa jenis tersebut dalam satuan kg/m3?
Penyelesaian :
Atau langsung saja :
Masalah konversi satuan ini, kadang siswa-siswa terbalik dalam menjawab soal. Apakah harus dikalikan 1000 atau dibagi 1000. Asumsi saya, karena siswa belum memahami benar konsep massa jenis.
Misalnya alumunium memiliki massa jenis 2,7 g/cm3. Artinya alumunium tersebut akan memiliki massa 2,7 gram, ketika ukurannya 1 cm3. Ukuran 1 cm3, yang disebut sebagai volume itu, bisa diartikan alumunium tersebut berukuran 1 cm x 1 cm x 1 cm. (Sangat kecil bukan?).
Ketika diubah menjadi satuan kg/m3. Yang secara sederhananya, ukuran alumunium tersebut 1 m x 1 m x 1 m, tentunya tidak mungkin jika dibagi 1.000, yaitu menjadi 0,0027 kg/m3 atau setara dengan 2,7 g/m3 (lebih-lebih tidak mungkin). Massa alumunium berukuran 1 m x 1 m x 1 m memiliki massa 2,7 gram??????.
Jadi, logikanya ketika ada alumunium berukuran 1 cm x 1cm x 1cm maka memiliki massa 2,7 gram, ketika ukurannya menjadi 1 m x 1 m x 1m, maka massanya akan menjadi 2700 kg. Dengan kata lain : 2,7 g/cm3 = 2700 kg/m3.
Penjelasan mengenai konversi massa jenis ini mungkin dikatakan muter-muter. Keadaan setiap siswa berbeda-beda, ada yang langsung bisa menggunakan rumus tanpa terbolak-balik harus dibagi 1000 atau dikalikan 1000, tetapi ada juga yang perlu dijelaskan pakai berbagai cara.
Kalau belum jelas, perhatikan gambar berikut.
Mudah-mudahan, para siswa sudah tidak menjadi bingung. Khususnya siswa saya sendiri. Arsyad Riyadi November 11, 2016 New Google SEO Bandung, Indonesia
Sebelumnya, kita tuliskan dulu rumus massa jenis. Massa jenis zat (ρ) merupakan perbandingan antara massa jenis dan volumenya.
r = massa jenis zat (kg/m3)
m = massa zat (kg)
v = volume (m3)
Satuan lain yang juga dipakai adalah g/cm3.
Berikut cara mengkonversi satuan kg/m3 menjadi g/cm3 atau sebaliknya.
Sebaliknya
Contoh soal :
1. Massa jenis suatu zat adalah 13.600 kg/m3. Tentukan massa jenis tersebut dalam satuan g/cm3?
Penyelesaian :
Atau langsung saja :
2. Massa jenis suatu zat adalah 0,8 g/cm3. Tentukan massa jenis tersebut dalam satuan kg/m3?
Penyelesaian :
Atau langsung saja :
Masalah konversi satuan ini, kadang siswa-siswa terbalik dalam menjawab soal. Apakah harus dikalikan 1000 atau dibagi 1000. Asumsi saya, karena siswa belum memahami benar konsep massa jenis.
Misalnya alumunium memiliki massa jenis 2,7 g/cm3. Artinya alumunium tersebut akan memiliki massa 2,7 gram, ketika ukurannya 1 cm3. Ukuran 1 cm3, yang disebut sebagai volume itu, bisa diartikan alumunium tersebut berukuran 1 cm x 1 cm x 1 cm. (Sangat kecil bukan?).
Ketika diubah menjadi satuan kg/m3. Yang secara sederhananya, ukuran alumunium tersebut 1 m x 1 m x 1 m, tentunya tidak mungkin jika dibagi 1.000, yaitu menjadi 0,0027 kg/m3 atau setara dengan 2,7 g/m3 (lebih-lebih tidak mungkin). Massa alumunium berukuran 1 m x 1 m x 1 m memiliki massa 2,7 gram??????.
Jadi, logikanya ketika ada alumunium berukuran 1 cm x 1cm x 1cm maka memiliki massa 2,7 gram, ketika ukurannya menjadi 1 m x 1 m x 1m, maka massanya akan menjadi 2700 kg. Dengan kata lain : 2,7 g/cm3 = 2700 kg/m3.
Penjelasan mengenai konversi massa jenis ini mungkin dikatakan muter-muter. Keadaan setiap siswa berbeda-beda, ada yang langsung bisa menggunakan rumus tanpa terbolak-balik harus dibagi 1000 atau dikalikan 1000, tetapi ada juga yang perlu dijelaskan pakai berbagai cara.
Kalau belum jelas, perhatikan gambar berikut.
Mudah-mudahan, para siswa sudah tidak menjadi bingung. Khususnya siswa saya sendiri. Arsyad Riyadi November 11, 2016 New Google SEO Bandung, Indonesia
Dalam sebuah bincang-bincang dengan siswa saya mengenai pelajaran fisika baru aku menyadari bahwa dalam banyak hal banyak konsep dari mereka yang tidak sesuai dengan konsep yang ada.
Kesalahan ini boleh jadi, karena dalam mengajarkan kurang berhati-hati atau terlalu menganggap materi yang diajarkan cukup mudah. Atau terlalu fokus pada rumus, sehingga hal yang mendasar terlewatkan.
Seperti saat membahas bidang miring.
Karena terlalu fokus pada gambar, rumus, hubungan antara panjang bidang miring, tinggi bidang miring, rumus keuntungan mekanis malah keliru dalam menafsirkan soal yang sederhana. Hal ini baru saya sadari ketika mereka harus memilih bidang miring mana yang memberikan keuntungan mekanis lebih besar (seperti gambar berikut).
Dalam satu kelas, tidak semua sepakat kalau bidang miring yang sebelah kanan memiliki keuntungan mekanis yang lebih besar.
Terutama siswa laki-laki atau siswa yang merasa memiliki kekuatan yang lebih. Mereka memilih gambar yang sebelah kanan, karena yang sebelah kanan lebih cepat untuk menaikan beban ke atas.
Ya, dipikir-pikir benar juga. Itu kalau bebannya ringan ya mendingan pakai yang kedua. Bahkan kalau perlu ndak usah pakai bidang miring.
Yang keliru dalam pikiran mereka adalah karena memisalkan bebannya kecil dan bidang miringnya hanya untuk menaikan beban yang tidak terlalu tinggi.
Atau secara ringkasnya rancu antara pengertian keuntungan mekanik dengan kecepatan melakukan usaha. Semakin pendek lintasan maka semakin untung. Tanpa memikirkan bebannya berat atau tidak.
Baru setelah dicontohkan kasus mereka harus menaikan beban yang cukup berat barulah tersadar bahwa dengan ketinggian yang sama, akan lebih nyaman menggunakan tangga/bidang miring yang lintasannya lebih panjang.
Tak terbayangkan juga kan, ketika bus mau mencapai puncak gunung dengan cara langsung tancap gas naik tanpa mau menggunakan jalanan yang melingkar. Dijamin gak bakal bus tersebut naik..bisa-bisa ngguling..masuk jurang...penumpangnya entah pergi ke alam lain yang mana.
Kebetulan di sekolah ada 2 tangga, yang satu lebih landai karena menghadap lapangan..dan satunya memang cukup curam karena keterbatasan lahan. Ya dari kedua tangga tersebut..siswa-siswa secara umum menganggap tangga yang landai (yang menghadap lapangan) lebih nyaman buat naik ketimbang tangga yang satunya. Nah lo...
Itulah keuntungan mekanis murid-murid
Arsyad Riyadi Oktober 21, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Kesalahan ini boleh jadi, karena dalam mengajarkan kurang berhati-hati atau terlalu menganggap materi yang diajarkan cukup mudah. Atau terlalu fokus pada rumus, sehingga hal yang mendasar terlewatkan.
Seperti saat membahas bidang miring.
Karena terlalu fokus pada gambar, rumus, hubungan antara panjang bidang miring, tinggi bidang miring, rumus keuntungan mekanis malah keliru dalam menafsirkan soal yang sederhana. Hal ini baru saya sadari ketika mereka harus memilih bidang miring mana yang memberikan keuntungan mekanis lebih besar (seperti gambar berikut).
Dalam satu kelas, tidak semua sepakat kalau bidang miring yang sebelah kanan memiliki keuntungan mekanis yang lebih besar.
Terutama siswa laki-laki atau siswa yang merasa memiliki kekuatan yang lebih. Mereka memilih gambar yang sebelah kanan, karena yang sebelah kanan lebih cepat untuk menaikan beban ke atas.
Ya, dipikir-pikir benar juga. Itu kalau bebannya ringan ya mendingan pakai yang kedua. Bahkan kalau perlu ndak usah pakai bidang miring.
Yang keliru dalam pikiran mereka adalah karena memisalkan bebannya kecil dan bidang miringnya hanya untuk menaikan beban yang tidak terlalu tinggi.
Atau secara ringkasnya rancu antara pengertian keuntungan mekanik dengan kecepatan melakukan usaha. Semakin pendek lintasan maka semakin untung. Tanpa memikirkan bebannya berat atau tidak.
Baru setelah dicontohkan kasus mereka harus menaikan beban yang cukup berat barulah tersadar bahwa dengan ketinggian yang sama, akan lebih nyaman menggunakan tangga/bidang miring yang lintasannya lebih panjang.
Tak terbayangkan juga kan, ketika bus mau mencapai puncak gunung dengan cara langsung tancap gas naik tanpa mau menggunakan jalanan yang melingkar. Dijamin gak bakal bus tersebut naik..bisa-bisa ngguling..masuk jurang...penumpangnya entah pergi ke alam lain yang mana.
Kebetulan di sekolah ada 2 tangga, yang satu lebih landai karena menghadap lapangan..dan satunya memang cukup curam karena keterbatasan lahan. Ya dari kedua tangga tersebut..siswa-siswa secara umum menganggap tangga yang landai (yang menghadap lapangan) lebih nyaman buat naik ketimbang tangga yang satunya. Nah lo...
Itulah keuntungan mekanis murid-murid
Arsyad Riyadi Oktober 21, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Hipotesa Asal Usul Bulan
Sumber : http://id.wikipedia.org/ |
Membaca buku Persiapan Menghadapi Olimpiade Fisika yang ditulis oleh Yohanes Surya, membuat aku terhenti sejenak ketika membaca judul hipotesa asal-usul bulan.
Selama ini, saya dengarnya asal-asul pembentukan tata surya atau jagat raya. Ternyata bulan pun ada teorinya...(katrok alias gaptek ternyata).
Ada 4 hipotesa yang terkenal, yaitu :
- hipotesa pemecahan (fission hypothesis)
- hipotesa penangkapan (capture hypothesis)
- hipotesa pengumpulan (accretion hypothesis)
- hipotesa benturan besar (giant impact hypotesis)
Hipotesa pemecahan, dikemukakan oleh G. Darwin tahun 1879, menganggap bahwa pada saat bumi masih muda, bumi berputar cepat pada sumbunya sehingga ada bagian material yang terlepas. Bagian yang terlepas itu mengorbit ke bumi dan menjadi bulan.
Hipotesa penangkapan menganggap bahwa bulan berasal dari suatu tempat di luar angkas. Karena oleh suatu sebab, bulan bergerak dekat bumi dan mengorbit.
Hipotesa pengumpulan, menganggap bulan berasal dari debu-debu dan kepingan materi yang beterbangan di sekitar bumi. Benda-benda tersebut makin lama makin menyatu dan membentuk benda yang besar, yaitu bulan.
Hipotesa benturan besar. Menurut hipotesa ini, ketika bumi masih muda (mengalami proses kondensasi), bumi mengalami benturan dengan benda langit lain, yaitu Mars. Akibat benturan tersebut, material di kedua benda yang berbenturan saling terpental (sebagian ada yang menguap). Sebagaian pentalan ini ada yang berkumpul kembali dan mengorbit menjadi bulan. Jadi bulan terdiri dari material bumi dan sebagian dari material benda lain yang menumbuk.
Teori benturan ini yang banyak diterima orang.
Pertama, hipotesa ini mampu menjelaskan mengenai sedikitnya unsur besi di bulan.
Kedua, hipotesa ini mampu menjelaskan asal-usul keberadaan material di permukaan bumi, seperti emas dan platina yang diduga berasal dari planet yang menumbuk bumi. Padahal emas dan platina memiliki massa jenis besar, seharusnya berada di pusat bumi.
Salah satu kegiatan pembelajaran sains fisika yang disukai anak-anak adalah ketika berada di dalam laboratorium. Di sana mereka lebih aktif, banyak tertawa, riang gembira. Sembari memperkerjakan seluruh tubuhnya, bukan sekedar otaknya saja maka belajar akan lebih menyenangkan. Dan lembar kerja pun diselesaikan dengan riang. Saling berdiskusi.
Dalam kegiatan kali ini, para siswa akan melaksanakan praktikum/percobaan listrik statis. Bagaimana membuat benda menjadi bermuatan, dan bagaimana interaksi antara benda bermuatan.
Berikut adalah contoh videonya, meski agak bergoyang
Dan berikut inilah lembar kerja dari Praktikum Mengenai Gejala Listrik Statis pada Benda.
A. Tujuan Percobaan
Menyelidiki gejala listrik statis pada benda
B. Alat dan Bahan
1. Plastik/mika
2. Potongan kertas
C. Langkah Kerja
1. Dekatkan plastik/mika pada potongan kertas. Amati apa yang terjadi.
2. Dekatkan plastik/mika pada plastik/mika yang lain. Amati apa yang terjadi.
3. Dekatkan plastik/mika pada tembok. Amati apa yang terjadi.
4. Gosokkan plastik/mika pada rambut yang kering.
5. Ulangi langkah 1 – 3. Amati apa yang terjadi. (Catatan : dalam mengulangi langkah 2, kedua plastik/mika digosok)
6. Catat hasil pengamatan pada tabel berikut.
D. Pertanyaan
1. Apakah ada perbedaan antara plastik/mika yang belum digosok dengan setelah digosok dengan rambut kering?
2. Apa yang terjadi ketika plastik/mika yang sudah digosok didekatkan pada potongan kertas kecil. Jelaskan!
3. Apa yang terjadi ketika plastik/mika yang sudah digosok didekatkan pada plastik/mika lain yang juga digosok. Jelaskan!
4. Apa yang terjadi ketika plastik/mika yang sudah digosok didekatkan pada tembok. Jelaskan!
E. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Bagaimana kesimpulan yang bisa diambil? Arsyad Riyadi Januari 21, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Dalam kegiatan kali ini, para siswa akan melaksanakan praktikum/percobaan listrik statis. Bagaimana membuat benda menjadi bermuatan, dan bagaimana interaksi antara benda bermuatan.
Berikut adalah contoh videonya, meski agak bergoyang
Dan berikut inilah lembar kerja dari Praktikum Mengenai Gejala Listrik Statis pada Benda.
A. Tujuan Percobaan
Menyelidiki gejala listrik statis pada benda
B. Alat dan Bahan
1. Plastik/mika
2. Potongan kertas
C. Langkah Kerja
1. Dekatkan plastik/mika pada potongan kertas. Amati apa yang terjadi.
2. Dekatkan plastik/mika pada plastik/mika yang lain. Amati apa yang terjadi.
3. Dekatkan plastik/mika pada tembok. Amati apa yang terjadi.
4. Gosokkan plastik/mika pada rambut yang kering.
5. Ulangi langkah 1 – 3. Amati apa yang terjadi. (Catatan : dalam mengulangi langkah 2, kedua plastik/mika digosok)
6. Catat hasil pengamatan pada tabel berikut.
Percobaan | Sebelum digosok | Setelah digosok |
Didekatkan pada potongan kertas | ||
Didekatkan pada plastik/mika lain | ||
Didekatkan pada tembok |
D. Pertanyaan
1. Apakah ada perbedaan antara plastik/mika yang belum digosok dengan setelah digosok dengan rambut kering?
2. Apa yang terjadi ketika plastik/mika yang sudah digosok didekatkan pada potongan kertas kecil. Jelaskan!
3. Apa yang terjadi ketika plastik/mika yang sudah digosok didekatkan pada plastik/mika lain yang juga digosok. Jelaskan!
4. Apa yang terjadi ketika plastik/mika yang sudah digosok didekatkan pada tembok. Jelaskan!
E. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Bagaimana kesimpulan yang bisa diambil? Arsyad Riyadi Januari 21, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Blog Fisika Multimedia ini berisi pembelajaran IPA fisika untuk SMP Kelas VII, VIII dan IX.
Secara garis besar, sebenarnya materi IPA Fisikla dapat dikelompokkan dalam 6 (enam) bagian, yaitu :
1. Mekanika (kelas VII dan VIII)
2. Panas (kelas VII dan VIII)
3. Getaran, Gelombang, dan Bunyi (Kelas VIII)
4. Optik (Kelas VIII)
5. Listrik Magnet (Kelas IX)
6. Tata Surya (Kelas IX)
Dalam prakteknya, keenam kelompok materi itu dipecah-pecah lagi dengan perincian sebagai berikut :
Materi Kelas VII
1. Besaran, Satuan dan Pengukurannya
2. Wujud Zat dan Massa Jenis
3. Pemuaian
4. Kalor
5. Gerak
Materi Kelas VIII
1. Gaya dan Hukum Newton
2. Energi, Usaha, dan Daya
3. Pesawat Sederhana
4. Tekanan
5. Getaran, Gelombang, dan Bunyi
6. Optik dan Alat Optik
Materi Kelas VIII
1. Listrik Statik
2. Listrik Dinamis
3. Kemagnetan
4. Induksi Elektromagnetik
5. Tata Surya
Pemetaan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk IPA (memuat fisika, kimia dan biologi) dapat didownload pada link berikut :
1. Pemetaan SK dan KD IPA Fisika Kelas VII
2. Pemetaan SK dan KD IPA Fisika Kelas VIII
3. Pemetaan SK dan KD IPA Fisika Kelas IX
Arsyad Riyadi
Agustus 11, 2011
New Google SEO
Bandung, IndonesiaSecara garis besar, sebenarnya materi IPA Fisikla dapat dikelompokkan dalam 6 (enam) bagian, yaitu :
1. Mekanika (kelas VII dan VIII)
2. Panas (kelas VII dan VIII)
3. Getaran, Gelombang, dan Bunyi (Kelas VIII)
4. Optik (Kelas VIII)
5. Listrik Magnet (Kelas IX)
6. Tata Surya (Kelas IX)
Dalam prakteknya, keenam kelompok materi itu dipecah-pecah lagi dengan perincian sebagai berikut :
Materi Kelas VII
1. Besaran, Satuan dan Pengukurannya
2. Wujud Zat dan Massa Jenis
3. Pemuaian
4. Kalor
5. Gerak
Materi Kelas VIII
1. Gaya dan Hukum Newton
2. Energi, Usaha, dan Daya
3. Pesawat Sederhana
4. Tekanan
5. Getaran, Gelombang, dan Bunyi
6. Optik dan Alat Optik
Materi Kelas VIII
1. Listrik Statik
2. Listrik Dinamis
3. Kemagnetan
4. Induksi Elektromagnetik
5. Tata Surya
Pemetaan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk IPA (memuat fisika, kimia dan biologi) dapat didownload pada link berikut :
1. Pemetaan SK dan KD IPA Fisika Kelas VII
2. Pemetaan SK dan KD IPA Fisika Kelas VIII
3. Pemetaan SK dan KD IPA Fisika Kelas IX