Dalam postingan kali ini, khusus hanya membahas mengenai jenis kacamata beserta ukuran lensa yang diperlukan oleh penderita cacat mata baik miopi maupun hipermetropi.
1. Seorang penderita miopi memiliki titik jauh 80 cm. Tentukan jenis kacamata dan ukuran lensa yang diperlukan agar dapat melihat seperti orang yang normal?
Penyelesaian :
Diketahui :
s = ~
s’ = - 80 cm
Ditanya :
Jenis kacamata dan ukuran lensa yang digunakan?
Jawab :
Kekuatan lensa :
Atau menggunakan rumus :
Dengan PR = -s’ = 80 cm = 0,8 m
2. Titik dekat mata seorang 50 cm. Ia ingin membaca pada jarak normal 25 cm, berapa ukuran lensa kacamata yang digunakan?
Diketahui :
s = sn = 25 cm
s’ = -50 cm
Ditanya :
P
Jawab :
f = 50 cm
Atau dengan menggunakan rumus :
Serta dengan menuliskan PP = -s’ = 50 cm
3. Seorang penderita hipermetropi dapat membaca dengan jelas pada jarak 100 cm. Berapa ukuran lensa kacamata yang diperlukan agar orang tersebut dapat membaca pada jarak 30 cm?
Penyelesaian :
Diketahui :
s' = 120 cm
s = 30 cm
Ditanya :
P
Jawab :
Kekuatan lensa :
Latihan :
1. Seseorang hanya mampu melihat benda terjauh dengan jelas pada jarak 200 cm. Berapa kekuatan lensa yang dibutuhkan?
2. Seorang penderita dekat dapat membaca jelas pada jarak 40 cm. Berapa ukuran lensa kacamata yang diperlukan agar orang tersebut dapat membaca pada jarak 30 cm?
3. Seorang penderita dekat dapat membaca jelas pada jarak 80 cm. Berapa ukuran lensa kacamata yang diperlukan agar orang tersebut dapat membaca pada jarak baca normal (25 cm)?
Arsyad Riyadi Maret 28, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
1. Tata Surya adalah suatu sistem dengan matahari sebagai pusat dikitari planet dan benda-benda antar planet seperti asteroid, komet, dan meteroid
2. Planet yang dapat dilihat dengan mata telanjang : Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus
3. Pengelompokan planet :
a. Bumi sebagai pembatas
1) Planet inferior : Merkurius dan Venus
2) Planet superior : Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto
b. Lintasan asteroid (terletak antara planet Mars dan Jupiter) sebagai pembatas
1) Planet dalam (inner planet) : Merkurius, Venus, Bumi, Mars
2) Planet luar (outer planet) : Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto
c. Ukuran dan komposisi bahan penyusunnya
1) Planet terrestial (kebumian) : Merkurius, Venus, Bumi, Mars
2) Planet Jovian (raksasa) : Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus
4. Hukum I Keppler : “Setiap planet bergerak dalam orbit ellips mengelilingi matahari, dengan matahari berada di salah satu titik fokusnya.”
Posisi pada orbit planet ketika planet berada pada posisi paling dekat dengan matahari disebut perihelium.
Posisi pada orbit planet ketika planet berada pada posisi paling jauh dengan matahari disebut aphelium.
5. Hukum II Keppler :”Garis penghubung planet ke matahari menyapu luas daerah yang sama dalam selang waktu yang sama.”
Kelajuan gerak planet-planet pada orbitnya bertambah besar ketika mendekati matahari dan bertambah kecil ketika menjauhi matahari.
6. Hukum III Keppler :”Pangkat dua periode planet mengelilingi matahari sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-rata planet tersebut ke matahari.”
7. Gerak sebuah planet dalam orbitnya mengelilingi matahari disebut revolusi. Perputaran planet mengitari porosnya disebut rotasi.
8. Satelit adalah suatu planet kecil yang mengitari sebuah planet sebagai pengiring.
9. Asteroid adalah benda antar planet berupa bongkahan batu, yang terletak antara sabuk Mars dan Jupiter.
10. Komet adalah benda antarplanet berupa bongkahan es dan debu, yang meluncur sangat cepat melintasi tata surya.
Komet tampat paling terang dengan ekor paling panjang ketika berada di perihelium (titik terdekat dengan matahari).
11. Meteor adalah benda angkasa yang bergerak dengan cepat dan lintasannya tidak beraturan. Meteor yang sampai ke bumi disebut bintang jatuh atau meteroid.
12. Matahari mengandung 75% unsur hidrogen,20% unsur helium dan 2% unsur yang lebih berat (oksigen, karbon, dan neon)
Bumi Sebagai Planet
1. Bentuk bumi tidak bulat sempurna, tetapi agak pepat di kedua kutubnya dan agak mengembang di sekitar khatulistiwa.
2. Bumi berotasi satu kali mengitari porosnya dalam waktu 1 hari (23 jam 56 menit 4,09 detik) dengan arah “timur” yaitu dari barat ke timur dan berlawanan dengan arah perputaran jarum jam.
Akibat rotasi bumi :
a. pergantian siang dan malam
b. gerak semu harian benda langit
c. penggembungan di khatulistiwa dan pemepatan pada kedua kutub bumi
d. perbedaan waktu untuk tempat-tempat yang berbeda derajat bujurnya.
Setiap 10 berbeda 4 menit atau setiap 150 berbeda 1 jam.
3. Bumi berevolusi satu kali mengitari matahari dalam waktu 365 ¼ hari (tepatnya 365 hari 6 jam 9 menit 20 detik).
Akibat revolusi bumi :
a. pergantian musim
b. perubahan lamanya siang dan malam
c. gerak semu tahunan matahari
d. terjadinya rasi bintang yang berbeda dari bulan ke bulan
4. Kalender Masehi atau kalender surya didasarkan pada perhitungan revolusi bumi.
5. Bulan sebagai satelit bumi.
Bulan tidak memiliki atmosfer sehingga :
a. suhu di permukaan bulan dapat berubah dengan cepat
b. bunyi tidak dapat merambat
c. langit di bulan tampak hitam kelam
d. di bulan tidak ada kehidupan
Bentuk bulan yang berbeda-beda oleh pengamat di bumi disebabkan oleh perbedaan bagian sinar matahari yang mengenai separoh muka bulan yang menghadap bumi.
6. Tahun Hijriah atau tahun komariah didasarkan pada waktu yang diperlukan bulan atau keadaan bulan baru kembali ke keadaan bulan baru lagi.
7. Peristiwa terhalangnya sinar matahari menuju bulan oleh bumi disebut gerhana bulan.
Gerhana bulan terjadi malam hari saat bulan purnama.
8. Peristiwa terhalangnya sinar matahari menuju bumi oleh bulan ddisebut gerhana matahari.
Gerhana matahari terjadi siang hari saat bulan baru/perbani.
9. Penyebab utama pasang surut air laut adalah gravitasi bulan, disamping pengaruh gravitasi matahari.
Pasang besar terjadi pada saat bulan purnama atau bulan baru. Pasang kecil terjadi ketika bulan pada saat kuartir awal dan kuartir akhir.
10. Satelit buatan adalah pesawat antariksa tak berawak buatan manusia yang diluncurkan pada ketinggian tertentu untuk mengorbit mengitari sebuah planet dengan misi tertentu.
Berdasarkan fungsinya : satelit komunikasi, cuaca, navigasi, penelitian sumber bumi, penelitian dan militer.
Arsyad Riyadi Maret 28, 2015 New Google SEO Bandung, IndonesiaAlat optik yang akan dibahas meliputi mata, kamera, lup, mikroskop dan teleskop. Pada postingan kali akan diawali dengan pembahasan mengenai mata.
Bagian-bagian mata
Mata merupakan alat optik yang cukup kompleks. Mata ini terdiri dari kornea, pupil, iris, lensa, aqueous humour, vitreous humour, retina, dan otot siliar.
Kornea merupakan lapisan luar bola mata yang tidak berwarna (bening). Kornea ini berfungsi melindungi bagian-bagian mata yang ada di dalamnya. Kornea juga berfungsi sebagai penerima rangsang cahaya dan meneruskan ke bagian mata yang lebih dalam.
Pupil atau anak mata merupakan celah bundar yang berada di tengah iris. Pupil ini sebagai tempat lewatnya cahaya yang menuju ke retina.
Iris merupakan lapisan di depan lensa mata yang berwarna. Warna iris inilah yang menentukan warna mata seseorang. Iris berfungsi untuk mengatur lebar pupil sehingga banyaknya cahaya yang masuk bisa diatur.
Lensa mata meruoakan benda bening di dalam bola mata yang berbentuk cembung. Lensa mata berfungsi untuk memfokuskan cahaya atau bayangan agar jatuh tepat di retina. Untuk melihat benda-benda yang jauh, lensa mata akan memipih. Sedangkan untuk melihat benda-benda yang dekat, lensa mata akan menjadi cembung. Kemampuan lensa mata untuk menjadi cembung dan pipih disebut daya akomodasi.
Aqueous humour merupakan cairan yang terletak di antara kornea dan lensa mata. Vitreous humour terdapat di antara lensa mata dan retina, yang disebut juga dengan cairan kaca. Kedua cairan ini berfungsi untuk memberi bentuk dan kekokohan pada mata.
Retina merupakan lapisan terdalam dari dinding bola mata. Retina ini berfungsi sebagai penerima cahaya bayangan benda. Sifat bayangan yang diterima mata bersifat nyata, terbalik, dan diperkecil.
Otot siliar berfungsi untuk mengatur panjang fokus (kelengkungan) lensa mata.
Mata memiliki jarak penglihatan yang jelas pada daerah yang dibatasi oleh dua titik, yaitu titik dekat (punctum proximum = PP) dan titik jauh (punctum remotum = PR). Titik dekat adalah titik terdekat yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata yang berakomodasi maksimum. Titik dekat mata normal antara 25 – 30 cm. Titik jauh merupakan titik terjaduh yang masih dapat dilihta dengan jelas oleh mata yang tidak berakomodasi. Titik jauh mata normal berada pada jarak yang tak terhingga (~).
Cacat Mata/Gangguan Penglihatan
Mata normal (emetropi)
Mata normal memiliki titik dekat (PP) = 25 – 30 cm dan titik jauh (PR) = tidak terhingga. Sehingga ketika benda berada di antara kedua titik tersebut akan tertangkap jelas oleh retina. Jika mata mengalami batas penglihatan yang berbeda dengan jangkauan mata normal, dikatakan mata tersebut mengalami gangguan/cacat mata.
a. Rabun jauh (miopi)
Penderita rabun jauh kesulitan dalam melihat benda-benda yang letaknya jauh. Penderita rabun jauh memiliki titik dekat yang lebih kecil dari titik dekat mata normal serta titik jauhnya lebih pendek dibanding titik jauh mata normal.
Pada penderita rabun jauh, bayangan jatuh di depan retina. Sehingga untuk penanganannya menggunakan kaca mata berlensa cekung (negatif).
Kekuatan lensa yang digunakan menggunakan persamaan :
Dengan P = kekuatan lensa (dioptri) dan PR = titik jauh mata.
Rumus di atas sebenarnya penyederhanaan dari rumus yang berlaku pada lensa, yaitu
Dengan
Dengan s’ (jarak bayangan) sebagai titik dekatnya (s’ = -sn = -PR) dan s (letak benda) berada pada jarak tak terhingga.
b. Rabun dekat (hipermetropi)
Penderita rabun dekat tidak dapat melihat dengan jelas benda-benda yang letaknya dekat. Penderita hipermetropi ini memiliki titik dekat yang lebih besar dari pada titik dekat mata normal sedangkan titik jauhnya berada pada jarak tak terhingga. Pada penderita rabun jauh, bayangan jatuh di belakang retina. Sehingga untuk penanganannya menggunakan kaca mata berlensa cembung (positif).
Kekuatan lensa yang digunakan menggunakan persamaan :
Persamaan tersebut khusus jika jarak bacanya 25 cm.
Dengan P = kekuatan lensa (dioptri) dan PP = titik dekat mata (m).
Rumus di atas sebenarnya penyederhanaan dari rumus yang berlaku pada lensa, yaitu
Dengan
s = 25 cm (jarak baca normal).
Catatan : jika penderita akan membaca pada jarak normal 30 cm, gunakan rumus dasar
Sumber bacaan :
1. Buku Pegangan Guru PR Fisika Kelas SMU Tengah Tahun Kedua, Intan Pariwara, 2001.
2. Kanginan, Marthen. 1999. Seribu Pena Fisika SMU Kelas 2. Erlangga
Arsyad Riyadi Maret 27, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Fisika Modern mulai dikenalkan sejak SMA, khususnya di kelas XI. Di perguruan tinggi, Fisika Modern dimasukkan sebagian mata kuliah Fisika Dasar. Sedangkan untuk yang kuliah di jurusan Fisika bisa mendalaminya lewat mata kuliah Fisika Modern.
Sebagai pengantar, apa yang disajikan di sini tentunya tidak mendetail. Tetapi sebagai sedikit gambaran, apa sih Fisika Modern. Apa saja cakupannya? Apa yang membedakannya dengan fisika klasik dan seterusnya.
Beberapa hal yang yang dibahas dalam Fisika Modern, meliputi :
1. Teori Relativitas Khusus
2. Teori Kuantum
3. Struktur Atom dan Molekul
4. Fisika Zat Padat
Teori Relativitas Khusus
Untuk materi relativitas khusus sebagian sudah di kupas di sini. Teori relativitas khusus yang dikemukakan oleh Einstein (1905) berhasil menjelaskan peristiwa-peristiwa fisika yang berhubungan dengan kelajuan relativistik (mendekati kecepatan cahaya c). Hukum Newton berhasil dalam memberikan penjelasan yang memuaskan untuk menjawab peristiwa-peristiwa fisika yang berhubungan dengan kelajuan non relativistik, yaitu kelajuan benda yang jauh lebih kecil dari kecepatan cahaya dalam ruang vakum (c). Tetapi gagal dalam menjelaskan menjelaskan peristiwa fisika yang berhubungan dengan kelajuan relativistik.Teori ini dinamakan dengan nama teori relativitas khusus, dalam arti teori ini berlaku untuk kerangka acuan inersia, yaitu kerangka yang diam atau bergerak lurus dengan kecepatan/kelajuan tetap. Sehingga untuk kerangka acuan yang dipercepat, teori ini tidak berlaku.
Teori Relativitas Khusus ini didasarkan pada 2 postulat. Pertama, semua hukum fisika memilik bentuk yang sama pada semua kerangka acuan inersia. Kedua, cepat rambat cahaya dalam vakum memiliki nilai yang sama dalam semua kerangka acuan, yaitu c = 3,0 x 108 m/s.
Adanya 2 postulat ini berimplikasi pada berbagai peristiwa seperti penjumlahan kecepatan relativistik, kontraksi panjang, dilasi waktu, massa relativistik maupun momentum relativistik.
Dilasi Waktu
Kontraksi Lorentz
Teori Kuantum
Teori kuantum yang muncul pada permulaan abad ke-19 mengguncangkan perkembangan ilmu fisika. Diawali dengan hipotesa dari Max Planck (1900) kemudian memuncak dengan teori mekanika kuantum oleh Schrodinger dan Heisenber (1920) yang secara gamblang mampu menjelaskan struktur materi.Persamaan E = nhf, n = 1, 2, 3,….
Yang merupakan hipotesa kuantum Planck.
Pada tahun 1923, Louise de Broglie mengembangkan gagasan dualisme gelombang, yaitu jika cahaya berkelakuan sebagai gelombang dan juga sebagai partikel, sangat mungkin partikel lain seperti elektron juga berkelakuan sama. Untuk sebuah partikel bermassa m yang menjalar dengan kecepatan v, memiliki panjang gelombang sebesar
Yang merupakan panjang gelombang de Broglie dari sebuah partikel.
Struktur Atom dan Molekul
Model atom paling sederhana yang pernah dikemukakan oleh para ahli adalah model atom hidrogen. Rydberg menyatakan bahwa deret-deret dalam spektrum atom hidrogen dapat dinyatakan dengan persamaan :λ = panjang gelombang elektromagnetik yang dipancarkan
R = tetapan Rydberg = 1,097.107 m-1.
Untuk deret Lyman
Untuk deret Balmer
Untuk deret Paschen
Untuk deret Brachet
Untuk deret Pfund
Selain model atom hidrogen dari Balmer juga dikenal model atom lain seperti model atom hidrogen Dalton, J.J Thomson, Rutherford, dan Neils Bohr.
Fisika Zat Padat
Dalam fisika zat padat dibahas mengenai struktur kristal dari zat padat. Cabang ilmu fisika yang khusus mempelajari tentang susunan atom-atom pembentuknya secara geometri disebut dengan kristalografi. Kristalografi sendiri berkembang dengan pesat setelah keberhasilan percobaan difraksi sinar X pada kristal.Zat padat, berdasarkan struktur penyusunan atomnya dibedakan menjadi dua, yaitu zat padat kristal dan zat padat amorf. Pada zat padat kristal (misalnya pada es, garam dapur dan intan) didapatkan susunan atom-atom atau molekul yang memiliki keteraturan pada jarak panjang dan periodik (berulang). Sedangkan pada zat padat amorf (misalnya pada plastik, gelas dan aspal) memiliki susunan atom-atom atau molekul yang memiliki keteraturan pada jarak pendek.
Di dalam materi zat padat juga dibahas mengenai cacat kristal. Cacat kristal terjadi karena ada susunan atom-atom yang tidak teratur. Cacat ini bisa berbentuk cacat titik, yang terdiri dari kekosongan, interstisial, dan ketidakmurnian. Cacat yang umum terjadi adalah dislokasi yang disebabkan adanya sebaris atom yang terputus di suatu tempat.
Ikatan dalam zat padat dibedakan menjadi ikatan kovalen, ikatan ionik, ikatan logam, ikatan Van der Waals, dan ikatan hidrogen. Ikatan kovalen terjadi karena pemakaian bersama sepasang elektron atau lebih. Ikatan ionik terjadi karena adanya gaya tarik menarik elektrostatis antara ion positif dan ion negatif. Ikatan logam terjadi karena adanya gaya tarik menarik elektrostatis antara ion positif logam dengan awan elektron. Ikatan Van der Waals diakibatkan distribusi muatan yang tidak simetris. Ikatan hidrogen disebabkan akibat gaya tarik menarik elektrostatis kuat antara atom hidrogen dengan yang terikat pada suatu molekul dengan atom nitrogen, atom oksigen atau atom fluorin pada molekul lain.
Bahan Bacaan
Kanginan, Marthen. 2005. Seribu Pena Fisika SMA Jilid 3 Kelas XII. Erlangga.
Rumus Fisika : Cermin dan Lensa
Pada dasarnya rumus yang berlaku pada cermin dan lensa adalah sama, yaitu :
f = jarak fokus cermin atau lensa
R = jari-jari kelengkungan cermin atau lensa
s = jarak benda dari cermin atau lensa
s’ = jarak bayangan yang dihasilkan cermin atau lensa
h = tinggi benda
h’ = tinggi bayangan
M = perbesaran bayangan
(Catatan : dalam penulisan lain s dituliskan sebagai so dan s’ sebagai si)
Untuk lensa masih ada satu besaran yaitu kekuatan lensa (P) yang memiliki satuan dioptri (D), yang dinyatakan sebagai :
Atau
Perbedaan rumus pada cermin dan lensa terletak pada jari-jari maupun fokusnya apakah bernilai positif atau negatif.
Jari-jari R atau jarak fokus bernilai positif berlaku untuk cermin cekung dan lensa cembung.
Jari-jari R atau jarak fokus bernilai negatif berlaku untuk cermin cembung dan lensa cekung.
Untuk sifat bayangan yang dihasilkan mempunyai ciri yang sama,
Jika didapatkan s’ bernilai positif maka sifat bayangannya nyata dan terbalik, sedangan jika s’ bernilai negatif maka sifat bayangannya maya dan tegak.
Demikian juga untuk perbesaran bayangan berlaku, jika M kurang dari 1 bayangan yang dihasilkan diperkecil, jika M sama dengan 1 bayangan yang dihasilkan sama besar dan jika M lebih besar dari 1 bayangan yang dihasilkan diperbesar.
Untuk jelasnya, perhatikan contoh berikut :
1. Sebuah benda berada pada jarak 15 cm di depan cermin cekung yang jarak fokusnya 10 cm. Tentukan :
a. Jarak bayangan yang dihasilkan?
b. Perbesaran bayangan
c. Sifat bayangan
Penyelesaian :
Untuk cermin cekung f bernilai positif
Sehingga diketahui :
f = 10 cm
s = 15 cm
Ditanyakan :
a. s’
b. M
c. Sifat bayangan
Jawab :
a. Rumus cermin
s’ = 30 cm (bayangan nyata, terbalik)
b. Perbesaran bayangan
(bayangan diperbesar)
c. Sifat bayangan
Nyata, terbalik, diperbesar.
2. Sama dengan soal no.1 tetapi cerminnya diganti dengan cermin cekung.
Penyelesaian
Untuk cermin cekung berlaku f bernilai negatif, sehingga
Diketahui :
f = -10 cm
s = 15 cm
Ditanyakan :
a. s’
b. M
c. Sifat bayangan
Jawab :
a. Rumus cermin
s’ = -6 cm (bayangan maya, tegak)
b. Perbesaran bayangan
(bayangan diperkecil)
c. Sifat bayangan
Maya, tegak, diperkecil
Arsyad Riyadi Maret 26, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia- Pengukuran massa jenis (lihat di sini)
- Pompa air (lihat di sini)
- Cacat mata
- Induksi elektromagnetik (lihat di sini)
Untuk tahun ini, kami merencanakan ujian prakteknya untuk membuat alat peraga sederhana. Hal ini sebagai variasi sekaligus yang lebih penting lagi untuk menambah koleksi alat-alat laboratorium yang sangat terbatas. Dari sisi siswa sendiri, pembuatan alat peraga ini penting agar mereka memahami konsep fisika sesuai dengan peraga yang akan dibuatnya. Selain itu juga untuk meningkatkan motivasi mereka dalam belajar fisika. Tentunya bangga kan, jika berhasil membuat alat peraga sendiri.
Kendalanya memang, membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Demikian juga dalam merangkai alat maupun menghubungkan konsep fisika dengan alat peraga yang dibuatnya membutuhkan waktu dan energi tersendiri.
Berdasarkan hasil dari riset mbah google, banyak sekali alat peraga yang bisa dibuat oleh siswa-siswa.
1. Membuat alat ukur
Alat ukur yang bisa dibuat, seperti jangka sorong maupu mikrometer. Bahan yang dibutuhkan bisa dari kardus maupun kertas karton. Gambar jangka sorong di samping saya dapatkan dari wapikweb.org.
2. Alat Peraga Sederhana Fisika “Kapal Uap”
Judul ini saya dapatkan dari blog jewelpudiica.blogspot.com. Tujuan dari pembuatan alat peraga ini adalah untuk membuktikan hubungan antara hukum aksi reaksi, tekanan uap, massa jenis serta perpindahan kalor. Menarik bukan, dengan model kapal uap ini bisa mempelajari banyak hal tentang fisika.
3. Membuat model pompa air
Model pompa air sudah dibahas di blog ini pada postingan Percobaan Fisika : Pompa Air. Tentunya kita bisa mengganti alat dan bahan pada gambar di samping dengan bahan yang lebih mudah. Misalnya statif digantikan dengan papan, tabung erlenmeyer dan gelas beakernya diganti dengan gelas biasa atau pakai botol bekas. Demikian juga untuk selangnya menggunakan selang biasa yang biasa dijual di toko-toko bangunan.
4. Miniatur pompa hidrolik
Hampir sama dengan prinsip model pompa air, untuk alat peraga miniatur pompa hidrolik juga menggunakan prinsip tekanan. Gambar maupun cara kerjanya dapat dilihat di blog alatperagaaaa.blogspot.com.
Tentunya masih banyak alat peraga lain yang bisa dibuat, misalnya model pemanasan global, membuat elektromagnetik, membuat model kincir angin, model PLTA dan sebagainya.
Arsyad Riyadi Maret 13, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Pada bagian prakata buku tersebut, tertulis ada 18 cabang Fisika. Ke-18 cabang yang dimaksud adalah :
1. Akustik (A)
2. Bahan dan Termodinamika (B)
3. Keelektrikan (E)
4. Elektromagnetika (EM)
5. Fisika (F)
6. Fisika Atom (FA)
7. Fisika Nuklir (FN)
8. Fisika Plasma (FP)
9. Fisika Zarah (FZ)
10. Mekanika Kuantum (K)
11. Teori Kenisbian (Kn)
12. Mekanika (M)
13. Mekanika Statistik (MS)
14. Mekanika Zat Alir (MZ)
15. Nukleonika (N)
16. Optika (O)
17. Spektroskopi (S)
18. Fisika Zat Padat (Z)
Pengelompokan cabang fisika itu sangat penting, untuk membantu memahami makna istilah-istilah fisika dalam buku kamus ini. Misalnya ketika, ditemukan kata akromatik, dalam kamus tersebut dituliskan akromatik (O), yang artinya kata kromatik tersebut ada pada istilah Optika (O). Akselerator induksi (N) yang menunjukkan bahwa istilah tersebut berada pada bidang Fisika Nuklir. Koefisien muai volume (B) yang berarti istilah tersebut pada bidang Bahan dan Termodinamika (B) dan seterusnya. Tentunya di belakang kata-kata tersebut diiringi dengan istilah dalam bahasa Inggris dan artinya dalam bahasa Indonesia.
Bagi yang sedang mempelajari fisika, kamus ini penting untuk lebih memahami makna-makna istilah fisika. Di samping buku kamus fisika ini, kita juga bisa belajar banyak dari buku kamus besar bahasa Indonesia, Kamus Oxford, Kamus Longman dan sebagainya,
Dalam postingan selanjutnya akan kami coba sajikan istilah-istilah fisika yang sering dipakai baik dalam pembelajaran maupun istilah-istilah fisika lainnya. Arsyad Riyadi Maret 09, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Jika menghendaki soal-soal UAS menggunakan acuan kisi-kisi UN, bisa langsung mengakses pada soal Try Out UN.
Latihan Soal Ulangan Akhir Semester (UAS) IPA Fisika ini ada 2 versi, yaitu dalam versi interaktif yang dibuat menggunakan program flash maupun dalam versi html. Untuk versi html dapat diakses di alamat ini.
Oke..selamat belajar.
Bagaimana hasilnya? Apakah memuaskan? Jika belum, bisa mengulangi lagi maupun mempelajari lagi materi-materi yang akan diujikan dalam Ulangan Akhir Semester (UAS) IPA Fisika SMP Kelas IX, khususnya materi Tata Surya dan proses-proses yang terjadi di dalamnya.