Bangun Budaya Positif, Wujudkan Pembelajaran Berdiferensiasi
-
Bangun Budaya Positif, Wujudkan Pembelajaran Berdiferensiasi
Apakah mereka membaca buku yang sama?
Pembelajaran berdiferensiasi yang optimal tidak serta mer...
Revolusi Pembelajaran
Pembelajaran merupakan hasil kolaborasi yang baik antara guru, siswa, dan kurikulum. Guru yang berperan sebagai penanggung jawab jalannya pembelajaran (baca : sebagai salah satu sumber belajar maupun sebagai fasilitator), siswa yang berperan sebagai pencari pengetahuan (baca : sebagai pengkonstruk pengetahuan menurut teori konstruktivisme), dan kurikulum sebagai isi dari materi itu sendiri.
Beberapa "penyakit" utama abad ke-19, telah menjangkiti para pendidik, di berbagai belahan dunia. Penyakit yang dimaksud adalah : puritanisme, individualisme, model pabrik, pemikiran ilmiah barat, pemisahan pikiran/tubuh, dominasi pria, dan media cetak.
"Penyakit" tersebut secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut :
PENYAKIT
|
GEJALA
|
OBAT
|
Puritanisme
|
Serius, suram, kering, kaku, dan berpusat pada guru
|
Belajar yang menggembirakan, mengasuh, dan berpusat pada pembelajar
|
Individualisme
|
Persaingan di antara pembelajar. Keterasingan dan putusnya hubungan
|
Kerja sama di antara pembelajar dalam komunitas belajar
|
Model Pabrik
|
Belajar jalur perakitan satu ukuran untuk semua. Berdasarkan waktu dan patuh pada petunjuk
|
Prasmanan berbagai pilihan. Berdasar hasil dan kreatif
|
Pemikiran Ilmiah Barat
|
Pendekatan belajar linier, mekanistik, dan terkotak-kotak
|
Pendekatan belajar holistik, kontekstual, dan saling berkaitan
|
Pemisahan Pikiran/Tubuh
|
Belajar yang kognitif, verbal, menekankan otak-kiri dan pasif secara fisik
|
Belajar yang memanfaatkan seluruh otak, multi-indra, dan aktif secara fisik
|
Dominasi pria
|
Tekanan pada kontrol, kecerdasan rasional, dan proses berurutan
|
Tekanan pada pengasuhan, kecerdasan seluruh otak, dan proses simultan
|
Media Cetak
|
Kata-kata dan konsep abstrak sebagai landasan belajar
|
Gambar dan pengalaman konkret sebagai landasan belajar
|
Sebuah revolusi pembelajaran ditawarkan oleh Program Accelerated Learning. Salah satu pendekatan yang ditawarkan oleh Accelerated Learning adalah belajar melalui pendekatan SAVI.
SAVI singkatan dari (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual).
1. Somatis : belajar dengan bergerak dan berbuat
2. Auditori : belajar dengan berbicara dan mendengar
3. Visual : belajar dengan mengamati dan menggambarkan
4. Intelektual : belajar dengan memecahkan masalah dan merenung
Belajar menjadi optimal jika keempat unsur SAVI terjadi dalam satu kegiatan pembelajaran. Misalnya, orang bisa belajar sedikit dengan menyaksikan presentasi (V), tetapi mereka dapat belajar banyak jika dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (S), membicarakan apa yang sedang mereka pelajari (A) dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam presentasi tersebut pada pekerjaan mereka (I).
Referensi :
Meier, Dave. 2003. The Accelerated Learning Handbook. Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan (terjemahan). Bandung : Kaifa.
Sumber gambar : http://www.tspectrum.com/images/savilogo.jpg Arsyad Riyadi Juni 22, 2012 New Google SEO Bandung, Indonesia
Memberi Muatan Listrik
Ada tiga cara memberi muatan listrik :
1. Cara menggosok
2. Cara konduksi
3. Cara induksi
1. Memberi Muatan Listrik Dengan Cara Menggosok
Mula-mula, balon dan kain wol keduanya memiliki muatan netral. Setelah digosok, elektron mengalir dari kain wol menuju balon. Balon menjadi bermuatan listrik negatif, karena mendapat tambahan elektron.(jumlah elektron lebih banyak daripada jumlah protonnya). Kain wol menjadi bermuatan listrik positif karena jumlah elektronnya lebih sedikit daripada jumlah protonnya.
Jenis muatan listrik yang diperoleh dengan menggosokkan dua jenis benda yang berbeda jenis.
- Plastik dan ebonit akan bermuatan listrik negatif jika digosok dengan kain wol
- Kaca akan bermuatan listrik positif jika digosok dengan kain sutra
2. Memberi Muatan Listrik Dengan Cara Konduksi
Pada peristiwa konduksi ini, terjadi kontak langsung dari kedua benda sehingga elektron mengalir melalui satu benda ke benda lainnya.
Beberapa bahan yang tergolong konduktor dan isolator
a. Konduktor
- Konduktor baik : berbagai jenis logam (perak, tembaga, logam)
- Konduktor jelek : air, tanah, badan manusia
b. Isolator : karet, berbagai plastik (PVC, politen, perspeks)
Pada bahan-bahan yang tergolong isolator, elektron-elektron pada setiap atom diikat dengan kuat, sehingga dalam keadaan normal, elektron-elektron tidak bebas bergerak. Akibatnya bahan isolator sukar menghantarkan muatan listrik.
2. Memberi Muatan Listrik Dengan Cara Induksi
Induksi listrik adalah pemisahan muatan listrik di dalam suatu penghantar karena penghantar itu didekati oleh (tanpa menyentuh) benda bermuatan listrik.
Contoh :
Sebuah balon yang telah digosokkan pada rambut seseorang disentuhkan ke suatu dinding netral dan ternyata balon tetap menempel pada dinding.
Bagaimana prosesnya?
Perhatikan gambar berikut.
Balon yang telah digosokkan pada rambut seseorang akan bermuatan negatif, sedangkan dinding mula-mula netral [gambar (a)]. Ketika balon mendekati dinding, maka elektron-elektron dinding ditolak menjauhi muatan negatif balon. Akibatnya dinding yang bersentuhan dengan balon berpolaritas positif. Hal ini menyebabkan balon dapat menempel cukup lama di dinding [gambar (b)].
Prinsip kerja induksi listrik ini, menjadi dasar bagi pembuatan elektroskop. Elektroskop adalah suatu alat yang digunakan untuk mengetahui suatu benda bermuatan listrik atau tidak.
Arsyad Riyadi Juni 22, 2012 New Google SEO Bandung, Indonesia
Ada tiga cara memberi muatan listrik :
1. Cara menggosok
2. Cara konduksi
3. Cara induksi
1. Memberi Muatan Listrik Dengan Cara Menggosok
Gosokan memisahkan muatan, menyebabkan balon bermuatan negatif dan kain wol bermuatan positif |
Jenis muatan listrik yang diperoleh dengan menggosokkan dua jenis benda yang berbeda jenis.
- Plastik dan ebonit akan bermuatan listrik negatif jika digosok dengan kain wol
- Kaca akan bermuatan listrik positif jika digosok dengan kain sutra
2. Memberi Muatan Listrik Dengan Cara Konduksi
Pada peristiwa konduksi ini, terjadi kontak langsung dari kedua benda sehingga elektron mengalir melalui satu benda ke benda lainnya.
Sebuah logam dapat diberi muatan listrik negatif (a) atau positif (b) dengan cara konduksi |
Beberapa bahan yang tergolong konduktor dan isolator
a. Konduktor
- Konduktor baik : berbagai jenis logam (perak, tembaga, logam)
- Konduktor jelek : air, tanah, badan manusia
b. Isolator : karet, berbagai plastik (PVC, politen, perspeks)
Pada bahan-bahan yang tergolong isolator, elektron-elektron pada setiap atom diikat dengan kuat, sehingga dalam keadaan normal, elektron-elektron tidak bebas bergerak. Akibatnya bahan isolator sukar menghantarkan muatan listrik.
2. Memberi Muatan Listrik Dengan Cara Induksi
Induksi listrik adalah pemisahan muatan listrik di dalam suatu penghantar karena penghantar itu didekati oleh (tanpa menyentuh) benda bermuatan listrik.
Contoh :
Sebuah balon yang telah digosokkan pada rambut seseorang disentuhkan ke suatu dinding netral dan ternyata balon tetap menempel pada dinding.
Bagaimana prosesnya?
Perhatikan gambar berikut.
Balon yang telah digosok menempel pada dinding |
Prinsip kerja induksi listrik ini, menjadi dasar bagi pembuatan elektroskop. Elektroskop adalah suatu alat yang digunakan untuk mengetahui suatu benda bermuatan listrik atau tidak.
Arsyad Riyadi Juni 22, 2012 New Google SEO Bandung, Indonesia
A. Tujuan
Memahami resultan gaya-gaya segaris dan searah
B. Dasar Teori
Resultan gaya adalah perpaduan dua gaya atau lebih. Untuk menentukan resultan gaya ini bisa menggunakan diagram vektor gaya.
C. Alat dan Bahan
- Neraca pegas
- Anak timbangan
- Statip
D. Cara kerja
- Susunlah alat dan bahan seperti pada gambar
neraca pegas |
- Gantungkan anak timbangan 1 kg dan bacalah beratnya pada skala neraca pegas
- Ulangi percobaan untuk massa yang berbeda
E. Data Percobaan
No
|
Massa anak timbangan
|
Berat (N)
|
1
|
1 kg
| |
2
|
2 kg
| |
3
|
1 kg + 2 kg
|
F. Pertanyaan
1. Bagaimana menentukan resultan gaya dari gaya-gaya yang segaris?
Jawab :
2. Gambarkan diagram vektor gaya dari percobaan ini?
Jawab :
G. Kesimpulan
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
Percobaan Fisika : Hubungan Antara Massa dan Berat
1. Menentukan hubungan antara massa dan berat
2. Menyelidiki perbedaan antara massa dan berat
B. Dasar Teori
Massa adalah ukuran banyaknya materi (zat) yang dikandung oleh suatu benda. Berat adalah besarnya gaya gravitasi bumi yang bekerja pada suatu benda.
Besarnya berat dirumuskan dengan :
W = m.g
W = berat (N)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
C. Alat dan Bahan
- Neraca pegas
- Lima buah anak timbangan
- Kertas grafik
D. Cara kerja
- Susunlah alat dan bahan seperti pada gambar
neraca pegas |
- Gantungkan beban 1 kg dan catat jarum yang ditunjukkan oleh neraca pegas
- Ulangi percobaan untuk anak timbangan yang berbeda
E. Data Percobaan
No
|
Massa (kg)
|
Berat (N)
|
Berat/massa
|
1
| |||
2
| |||
3
| |||
4
| |||
5
|
F. Pertanyaan
1. Bagaimana hubungan antara massa dan berat?
Jawab :
2. Jelaskan perbedaan antara massa dan berat?
Jawab :
G. Kesimpulan
………………………………………………………………………………………..
....……………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
Sumber gambar :
http://www.e-dukasi.net/file_storage/materi_pokok/MP_73/Image/image4.jpg Arsyad Riyadi Juni 21, 2012 New Google SEO Bandung, Indonesia
Percobaan Fisika : Massa Jenis
A. TujuanMengetahui besarnya massa jenis balok
B. Dasar Teori
Massa jenis menunjukkan ciri khas suatu zat. Zat-zat yang sejenis memiliki memiliki massa jenis yang sama dan zat-zat yang berbeda memiliki massa jenis yang berbeda.
Massa jenis didefinisikan sebagai massa dibagi volume benda.
ρ = massa jenis (kg/m3)
m = massa benda (kg)
v = volume (m3)
C. Alat dan Bahan
- Mistar
- Neraca
- Balok 5 buah
D. Cara kerja
- Ukurlah panjang, lebar, dan tinggi masing-masing balok
- Hitunglah volumenya
- Ukurlah massa tiap-tiap balok dengan menggunakan neraca
- Hitunglah hasil bagi massa dengan volumenya
E. Data Percobaan
No
|
Panjang
|
Lebar
|
Tinggi
|
Volume
|
Massa
|
Massa/volume
|
1
| ||||||
2
| ||||||
3
| ||||||
4
| ||||||
5
|
F. Pertanyaan
1. Mengapa massa jenis tiap-tiap balok tersebut berbeda?
Jawab :
2. Apakah yang dimaksud dengan besaran massa jenis?
Jawab :
G. Kesimpulan
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………….. Arsyad Riyadi Juni 21, 2012 New Google SEO Bandung, Indonesia
Adi W. Gunawan dalam salah satu bukunya yang berjudul Genius Learning Strategy, menjelaskan apa yang dimaksud dengan Genius Learning Strategy? Bagaimana asumsi dasar yang digunakan? Dan prinsip-prinsip yang ditawarkan dalam Genius Learning.
Genius Learning atau lebih tepatnya disebut sebagai Holistic Learning adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu rangkaian pendekatan praktis dalam upaya meningkatkan hasil proses pembelajaran. Upaya yang dilakukan ini menggunakan berbagai pengetahuan seperti cara kerja otak, cara kerja memori, neuro-linguistic programming (NLP), motivasi, konsep diri, gaya belajar, multiple intelligence (kecerdasan majemuk), teknik membaca, teknik mencatat dan sebagainya.
Metode ini, mempunyai berbagai nama yang sama/mirip, seperti Accelerated Learning, Quantum Learning, Quantum Teaching dan yang sejenisnya. Tujuan dari berbagai metode ini dapat dikatakan mempunyai tujuan yang sama, yaitu bagaimana membuat proses pembelajaran yang efisien, efektif, dan menyenangkan.
Preposisi atau asumsi dasar yang dipakai dalam metode Genius Learning :
1. Setiap orang dilahirkan jenius
2. Kecerdasan adalah suatu fenomena yang unik
3. Konsep diri seseorang berbanding lurus dengan potensi yang ia gali dan kembangkan
4. IQ tinggi sangat membantu keberhasilan akademik, namun bukan satu-satunya faktor utama
5. Guru dapat mempengaruhi dan meningkatkan kecerdasan anak didik
6. Kecerdasan berkembang secara bertahap
7. Berpikir dapat diajarkan
Berikut adalah sembilan prinsip dalam Genius Learning
1. Otak akan berkembang dengan maksimal dalam lingkungan yang kaya akan stimulus multi sensori dan tantangan berpikir
2. Besarnya pengharapan/ekspetasi berbanding lurus dengan hasil yang dicapai
3. Lingkungan belajar yang "aman" adalah lingkungan belajar yang memberikan tantangan tinggi namun dengan tingkat ancaman yang rendah
4. Otak sangat membangkitkan umpan balik yang bersifat segera dam mempunyai banyak pilihan
5. Musik membantu proses pembelajaran
6. Ada beberapa alur dan jenis memori yang berbeda yang ada pada otak kita
7. Kondisi fisik dan emosi saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan
8. Setiap otak adalah unik dengan kapasitas pengembangan yang berbeda berdasarkan pada pengalaman pribadi
9. Walaupun terdapat perbedaan fungsi antara otak kiri dan otak kanan, namun kedua belah hemisfer ini bisa bekerja sama dalam mengolah suatu informasi.
Sumber : Gunawan, Adi W. 2003. Genius Learning Strategy. Gramedia Pustaka Utama Arsyad Riyadi Mei 16, 2012 New Google SEO Bandung, Indonesia
Genius Learning atau lebih tepatnya disebut sebagai Holistic Learning adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu rangkaian pendekatan praktis dalam upaya meningkatkan hasil proses pembelajaran. Upaya yang dilakukan ini menggunakan berbagai pengetahuan seperti cara kerja otak, cara kerja memori, neuro-linguistic programming (NLP), motivasi, konsep diri, gaya belajar, multiple intelligence (kecerdasan majemuk), teknik membaca, teknik mencatat dan sebagainya.
Metode ini, mempunyai berbagai nama yang sama/mirip, seperti Accelerated Learning, Quantum Learning, Quantum Teaching dan yang sejenisnya. Tujuan dari berbagai metode ini dapat dikatakan mempunyai tujuan yang sama, yaitu bagaimana membuat proses pembelajaran yang efisien, efektif, dan menyenangkan.
Preposisi atau asumsi dasar yang dipakai dalam metode Genius Learning :
1. Setiap orang dilahirkan jenius
2. Kecerdasan adalah suatu fenomena yang unik
3. Konsep diri seseorang berbanding lurus dengan potensi yang ia gali dan kembangkan
4. IQ tinggi sangat membantu keberhasilan akademik, namun bukan satu-satunya faktor utama
5. Guru dapat mempengaruhi dan meningkatkan kecerdasan anak didik
6. Kecerdasan berkembang secara bertahap
7. Berpikir dapat diajarkan
Berikut adalah sembilan prinsip dalam Genius Learning
1. Otak akan berkembang dengan maksimal dalam lingkungan yang kaya akan stimulus multi sensori dan tantangan berpikir
2. Besarnya pengharapan/ekspetasi berbanding lurus dengan hasil yang dicapai
3. Lingkungan belajar yang "aman" adalah lingkungan belajar yang memberikan tantangan tinggi namun dengan tingkat ancaman yang rendah
4. Otak sangat membangkitkan umpan balik yang bersifat segera dam mempunyai banyak pilihan
5. Musik membantu proses pembelajaran
6. Ada beberapa alur dan jenis memori yang berbeda yang ada pada otak kita
7. Kondisi fisik dan emosi saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan
8. Setiap otak adalah unik dengan kapasitas pengembangan yang berbeda berdasarkan pada pengalaman pribadi
9. Walaupun terdapat perbedaan fungsi antara otak kiri dan otak kanan, namun kedua belah hemisfer ini bisa bekerja sama dalam mengolah suatu informasi.
Sumber : Gunawan, Adi W. 2003. Genius Learning Strategy. Gramedia Pustaka Utama Arsyad Riyadi Mei 16, 2012 New Google SEO Bandung, Indonesia
SEKOLAH PARA JUARA : MENERAPKAN MULTIPLE INTELLIGENCES DI DUNIA PENDIDIKAN
Judul asli buku ini adalah Multiple Intelligences in the Classroom-2nd edition karya Thomas Armstrong.
Di Indonesia buku ini diterjemahkan oleh Yudhi Murtanto, disunting oleh Rina S. Marzuki, dan diterbitkan oleh Penerbit Kaifa Bandung.
Pada bagian depan, Hernowo memberikan pengantar yang diawali dengan cerita mengenai kegagalan pendidikan yang berasal dari dunia binatang. Para binatang gagal memiliki prestasi yang diharapkan karena dipaksa melakukan sesuatu hal-hal yang tidak menghargai sifat alami mereka.
Teori Kecerdasan Majemuk (KM) yang ditemukan oleh Howard Gardner, menjadi "alat" yang ampuh bagi Armstrong untuk menimbulkan paradigma baru berkaitan dengan sekolah.
Pertama, dahulu sekolah (baca guru) membedakan siswanya menjadi dua kelompok, yaitu siswa pandai dan bodoh. Menurut teori Kecerdasan Majemuk (KM) tidak ada siswa yang bodoh.
Kedua, dahulu suasana kelas cenderung monoton dan membosankan. Dengan delapan cara mengajar yang bertumpu pada delapan jenis kecerdasan, pembelajaran lebih variatif (menggairahkan dan menyenangkan).
Ketiga, dahulu, seorang guru mungkin kesulitan membangkitkan minat dan gairah murid-muridnya. Dengan Kecerdasan Majemuk, masalah tersebut dapat diatasi dengan cepat.
Hernowo juga mencontohkan salah satu sekolah yang sudah menerapkan teori Kecerdasaran Majemuk (KM), yaitu SMU (Plus) Muthahhari, Bandung yang didirikan oleh Jalaluddin Rakhmat. Kurikulum yang dikembangkan di SMU Muthahhari, selain diarahkan agar siswa menguasai beberapa kompetensi, juga ditujukan agar para siswa mampu meningkatkan harga dirinya dengan meraih berbagai prestasi.
Pada bagian akhir, Hernowo menunjukkan pentingnya teori Kecerdasan Majemuk (KM) dalam menyukseskan kurikulum di Indonesia dengan KBK-nya.
Buku Multiple Intelligences in the Classroom-2nd edition, juga diberi pengantar langsung oleh Howard Gardner yang memberikan apresiasi yang tinggi dengan tulisan Armstrong yang akurat, jelas, referensi luas, dan cara penyampaian yang sesuai untuk para pendidik.
Buku ini terdiri dari 14 Bab, yaitu :
Bab 1 Dasar-Dasar Teori Kecerdasan Majemuk
Bab 2 KM dan Perkembangan Kepribadian
Bab 3 Menilai Kecerdasan Majemuk Siswa
Bab 4 Mengajarkan KM kepada Siswa
Bab 5 KM dan Pengembangan Kurikulum
Bab 6 KM dan Strategi Pengajaran
Bab 7 KM dan Lingkungan Kelas
Bab 8 KM dan Manajemen Kelas
Bab 9 Sekolah KM
Bab 10 KM dan Penilaian
Bab 11 KM dan Pendidikan Khusus
Bab 12 KM dan Kemampuan Kognitif
Bab 13 Beberapa Penerapan Teori KM yang lain
Bab 14 KM dan Kecerdasan Eksistensial
Singkatnya melalui buku ini, teori KM Howard Gardner menjadi sangat praktis untuk diterapkan para pendidik di sekolahnya. Arsyad Riyadi Mei 14, 2012 New Google SEO Bandung, Indonesia
Judul asli buku ini adalah Multiple Intelligences in the Classroom-2nd edition karya Thomas Armstrong.
Di Indonesia buku ini diterjemahkan oleh Yudhi Murtanto, disunting oleh Rina S. Marzuki, dan diterbitkan oleh Penerbit Kaifa Bandung.
Pada bagian depan, Hernowo memberikan pengantar yang diawali dengan cerita mengenai kegagalan pendidikan yang berasal dari dunia binatang. Para binatang gagal memiliki prestasi yang diharapkan karena dipaksa melakukan sesuatu hal-hal yang tidak menghargai sifat alami mereka.
Teori Kecerdasan Majemuk (KM) yang ditemukan oleh Howard Gardner, menjadi "alat" yang ampuh bagi Armstrong untuk menimbulkan paradigma baru berkaitan dengan sekolah.
Pertama, dahulu sekolah (baca guru) membedakan siswanya menjadi dua kelompok, yaitu siswa pandai dan bodoh. Menurut teori Kecerdasan Majemuk (KM) tidak ada siswa yang bodoh.
Kedua, dahulu suasana kelas cenderung monoton dan membosankan. Dengan delapan cara mengajar yang bertumpu pada delapan jenis kecerdasan, pembelajaran lebih variatif (menggairahkan dan menyenangkan).
Ketiga, dahulu, seorang guru mungkin kesulitan membangkitkan minat dan gairah murid-muridnya. Dengan Kecerdasan Majemuk, masalah tersebut dapat diatasi dengan cepat.
Hernowo juga mencontohkan salah satu sekolah yang sudah menerapkan teori Kecerdasaran Majemuk (KM), yaitu SMU (Plus) Muthahhari, Bandung yang didirikan oleh Jalaluddin Rakhmat. Kurikulum yang dikembangkan di SMU Muthahhari, selain diarahkan agar siswa menguasai beberapa kompetensi, juga ditujukan agar para siswa mampu meningkatkan harga dirinya dengan meraih berbagai prestasi.
Pada bagian akhir, Hernowo menunjukkan pentingnya teori Kecerdasan Majemuk (KM) dalam menyukseskan kurikulum di Indonesia dengan KBK-nya.
Buku Multiple Intelligences in the Classroom-2nd edition, juga diberi pengantar langsung oleh Howard Gardner yang memberikan apresiasi yang tinggi dengan tulisan Armstrong yang akurat, jelas, referensi luas, dan cara penyampaian yang sesuai untuk para pendidik.
Buku ini terdiri dari 14 Bab, yaitu :
Bab 1 Dasar-Dasar Teori Kecerdasan Majemuk
Bab 2 KM dan Perkembangan Kepribadian
Bab 3 Menilai Kecerdasan Majemuk Siswa
Bab 4 Mengajarkan KM kepada Siswa
Bab 5 KM dan Pengembangan Kurikulum
Bab 6 KM dan Strategi Pengajaran
Bab 7 KM dan Lingkungan Kelas
Bab 8 KM dan Manajemen Kelas
Bab 9 Sekolah KM
Bab 10 KM dan Penilaian
Bab 11 KM dan Pendidikan Khusus
Bab 12 KM dan Kemampuan Kognitif
Bab 13 Beberapa Penerapan Teori KM yang lain
Bab 14 KM dan Kecerdasan Eksistensial
Singkatnya melalui buku ini, teori KM Howard Gardner menjadi sangat praktis untuk diterapkan para pendidik di sekolahnya. Arsyad Riyadi Mei 14, 2012 New Google SEO Bandung, Indonesia
DAMPAK TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PENDIDIKAN
Gardner menggolongkan adanya 9 inteligensi yang dipunyai manusia yaitu inteligensi linguistik, matematis-logis, ruang-visual, kinestetik-badani, musikal, interpersonal, intrapersonal, lingkungan, dan eksistensial. Inteligensi linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata dan dan berbahasa secara efektif baik secara oral maupun tertulis seperti yang dipunyai para pencipta puisi, editor, jurnalis, dan pemain sandiwara. Inteligensi matematis-logis lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif seperti dipunyai seorang matematikus, santis, programer, dan logikus. Inteligensi ruang adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat seperti dipunyai para pemburu, arsitek, dan dekorator. Inteligensi kinestetik-badani adalah keahlian menggunakan tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan seperti pada aktor, atletik, penari, pemahat, dan ahli bedah. Inteligensi musikal adalah kemampuan untuk mengembangkan serta mengekspresikan bentuk-bentuk musik dan suara. Inteligensi interpersonal adalah kemampuan untuk menangkap dan membuat oembedaan dalam perasaan, intensi, motivasi, dan perasaan akan orang lain. Inteligensi intrapersonal adalah pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasarkan pengenalan diri. Inteligensi lingkungan adalah kemampuan yang berkaitan dengan pemahaman flora dan fauna, lingkungan hidup. Inteligensi eksistensial adalah kemampuan yang berkaitan dengan keberadaan manusia.
Menurut Gardner, dalam diri seorang terdapat kesembilan inteligensi tersebut. Ada inteligensi yang lebih menonjol dan tidak menonjol. Inteligensi yang tidak menonjol dapat dikembangkan agar lebih optimal, salah satunya melalui pendidikan di sekolah.
Dampak Multiple Intelligences bagi Siswa yang Belajar
Menurut Gardner, siswa lebih mudah memahami suatu pelajaran jika bahan pelajaran disajikan sesuai dengan kecenderungan inteligensi yang dimilikinya. Untuk itu, siswa akan sangat terbantu jika mereka memahami kecenderungan inteligensinya . Selanjutnya mereka dibantu untuk menggunakan cara belajar yang cocok.
Beberapa metode untuk mengerti inteligensi siswa, antara lain dengan cara : 1) tes intelidensi ganda; 2) mengamati reaksi siswa waktu guru mengajar dengan berbagai inteligensi ganda, 3) mengamati gerak dan aktivitas siswa di luar kelas; 4) nilai rapor dan portofolio kegiatan siswa.
Dengan berbagai perbedaan inteligensi siswa, maka sangat penting bagi guru untuk memberikan kebebasan siswanya belajar fisika dengan berbagai cara. Misalnya metode problem solving dalam fisika tidak cocok untuk beberapa inteligensi.
Dampak bagi Guru yang Mengajar
Dalam risetnya, Gardner menemukan bahwa guru kebanyakan lebih suka mengajar dengan metode yang sesuai dengan kecenderungan inteligensinya. Guru yang inteligensi matematis-logisnya bagus akan mengajar secara sistematis, rasional, dan logis. Berbeda dengan guru yang kecenderungan inteligensi interpersonalnya menonjol, akan menyukai pendekatan personal.
Jika menggunakan metode yang tidak cocok, kemungkinan bahan yang diajarkan sulit dicerna siswa, bahkan dianggap sebagai guru yang tidak disukai. Untuk itu guru perlu mengembangkan berbagai macam inteligensinya agar dapat mengajar dengan berbagai metode sesuai dengan inteligensi siswa-siswanya.
Dampak bagi Pengaturan Kelas/Sekolah
Suatu kelas yang menyesuaikan berbagai inteligensi mempunyai pengaturan yang dinamis, tidak tertata meja lurus dan guru di depan. Bila menggunakan model permainan, ruang kelas pun harus ditata ulang. Saat inteligensi musikal ingin ditonjolkan, maka ruang kelas pun harus ditata agar siswa lebih leluasa. Sesekali juga harus dibawa ke luar, agar kecerdasan lingkungan siswa lebih terasah.
Kurikulum pun disusun kembali, bukan dengan model indoktrinasi. Siswa diberi kesempatan belajar dengan gaya belajar yang paling tepat. Sehingga mereka bisa menikmati pelajaran dengan senang, yang berakibat langsung dengan meningkatnya motivasi belajar mereka.
Kesimpulan
- Setiap siswa memiliki kecenderungan inteligensi/kecerdasan yang berbeda-beda
- Tugas guru mengetahui cara belajar siswa yang tepat sesuai dengan kecenderungan belajar yang dimiliki siswa
Sumber Gambar : https://www.verywellmind.com/thmb/H_8mQfDrxovVfl2My1VbeHKqrzM=/1500x1000/filters:no_upscale():max_bytes(150000):strip_icc()/gardners-theory-of-multiple-intelligences-2795161-5bcdfc7046e0fb0051fb2311.png
Sumber Bacaan
Suparno, Paul. 2004. Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta : Kanisius
Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan Menyenangkan. Yogyakarta : Sanata Darma Arsyad Riyadi April 01, 2012 New Google SEO Bandung, Indonesia