Bangun Budaya Positif, Wujudkan Pembelajaran Berdiferensiasi
-
Bangun Budaya Positif, Wujudkan Pembelajaran Berdiferensiasi
Apakah mereka membaca buku yang sama?
Pembelajaran berdiferensiasi yang optimal tidak serta mer...
Hukum III Newton dan Penerapannya
Seorang anak yang mendorong sebuah lemari akan merasakan bahwa semakin kuat dia mendorong, dia merasakan dorongan lemari kepadanya juga semakin besar. Ini terbukti dengan rasa sakit yang dirasakan anak tersebut ketika dia menekan dengan sangat kuat.Gaya-gaya selalu berpasangan, yang keduanya sama besar tapi arahnya berlawanan. Pasangan gaya yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan, dan bekerja pada dua benda yang berbeda ini disebut sebagai pasangan gaya aksi-reaksi.
Newton menyatakan pasangan gaya aksi-reaksi ini dalam hukum ketiganya yang berbunyi :
"Untuk setiap gaya aksi yang dilakukan, selalu ada gaya reaksi yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan."
Atau
"Ketika
suatu benda memberikan gaya pada benda kedua, benda kedua tersebut
memberikan gaya yang besarnya sama tetapi berlawanan arah dengan benda
pertama."
Hukum III Newton ini disebut juga sebagai Hukum Aksi-Reaksi.
Contoh lain, seorang anak yang sedang menendang bola
Jika kaki memberikan gaya ke bola, maka bola pun memberikan gaya yang besarnya sama dengan yang diberikan kaki dengan besar sama tapi arahnya berlawanan.
aksi : kaki mendorong tanah ke belakang
reaksi : tanah mendorong tubuh ke depan
(b) orang menendang bola
aksi : kaki memberikan gaya ke bola
reaksi : bola memberikan gaya ke kaki
(c) peluncuran roket
aksi : roket mendorong asap ke belakang
reaksi : asap mendorong roket ke atas
(d) mobil berjalan
aksi : ban mobil berputar ke belakang
reaksi : mobil bergerak ke depan
Arsyad Riyadi
Juni 04, 2020
New Google SEO
Bandung, IndonesiaHukum II Newton dan Penerapannya
Mendorong Lemari |
Perhatikan gambar di samping.
Dua orang yang mendorong tembok merasa lebih mudah melakukannya ketimbang mendorong sendirian.
Dengan kata lain, gaya dorong untuk mengangkat lemari lebih besar, sehingga diperoleh percepatan yang besar.
Dalam kasus tersebut, Hukum I Newton tidak berlaku karena benda mengalami perubahan kecepatan dari posisi diam hingga akhirnya bergerak.
Jika resultan gaya sama dengan nol maka suatu benda diam atau bergerak lurus dengan kecepatan tetap (percepatan = 0). Itu bunyi hukum I Newton.
Jika resultan gayanya tidak sama dengan nol, berlaku Hukum II Newton yang berbunyi :
“ Besarnya percepatan yang dialami benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya.”
Secara matematis dituliskan :
a = percepatan (m/s2)
∑F = gaya total (N)
m = massa benda (kg)
Dari rumus hukum II Newton yaitu ∑F = m a kita dapat menyimpulkan bahwa gaya sebesar 1 Newton dapat menyebabkan percepatan sebesar 1 m/s2 pada sebuah benda yang bermassa 1 kg. Gaya sebesar 2 N dapat menyebabkan percepatan sebesar 1 m/s2 pada benda bermassa 2 kg atau percepatan sebesar 2 m/s2 pada benda bermassa 1 kg dan seterusnya.
Contoh Penerapan Hukum II Newon
1. Suatu benda yang massanya 2 kilogram dipercepat pada 2,5 m/s2. Berapa resultan gaya yang bekerja pada benda?
Penyelesaian
Diketahui :
m = 2 kg
a = 2,5 m/s2
Jawab
F = m a = 2. 2,5 = 5 N
2. Sebuah mobil balap mampu menghasilkan gaya sebesar 8000 N. Berapa percepatan mobil balap itu jika massa mobil 1500 kg dan total gesekan antara permukaan jalan dan gesekan angin 5000 N?
Penyelesaian
Pada mobil bekerja dua buah gaya yang saling berlawanan yaitu gaya mesin F dan gaya gesekan f.
Sehingga nilai resultan gayanya F = F - f = 8000 - 500 = 7500 N.
Dengan massa mobil sebesar 1500 kg, diperoleh percepatan
Di akhir materi coba amati video sebagai berikut.
Arsyad Riyadi Juni 04, 2020 New Google SEO Bandung, Indonesia
Hukum I Newon dan Penerapannya
Tahukan kalian, siapa dia?Ya, dialah Sir Isaac Newton, salah seorang ilmuwan yang meletakkan dasar-dasar yang kuat dalam ilmu fisika. Dia banyak berkonstribus di bidang mekanika, optik, gravitasi dan ilmu matematika tentunya.
Kali ini kita akan membahas mengenai Hukun Newton tentang gerak. Kita awali terlebih dulu dengan Hukum I Newton atau yang disebut juga sebagai hukum inersia atau kelembahan.
Apa itu inersia atau kelembaban itu?
Bagaimana perumusan matematikanya?
Bagaimana penerapan inersia atau kelembaman dalam kehidupan sehari?
Untuk menjawabnya, mari kita diskusikan bersama-sama.
Sebelum Galileo, para filosof atau para ilmuwan kuno yang digawangi oleh Aristoteles, beranggapan bahwa pada benda yang bergerak (termasuk benda yang bergerak lurus dengan kecepatan tetap/GLB) mengalami gaya yang bekerja terus-menerus. Tanpa adanya gaya tersebut maka benda tersebut akan diam selamanya. Hal ini sudah kita bahas pada postingan mengenai Miskonsepsi Tentang Gerak.
Dari kejadian tersebut, kita dapat merumuskan hukum I Newton, yaitu jika benda yang bekerja pada benda itu sama dengan nol, maka benda yang sedang diam akan tetap diam dan benda yang sedang bergerak dengan kecepatan tetap akan terus bergerak dengan kecepatan tetap.
Secara lebih singkat hukum I Newton dapat dituliskan sebagai berikut;
Percepatan benda sama dengan nol jika gaya total (resultan gaya) yang bekerja pada benda sama dengan nol.
Secara matematis hukum I Newton dapat dituliskan sebagai
Σ F = 0
Hukum I Newton yang dikemukakan oleh Sir Isaac Newton ini sebenarnya hanya mempertegas apa yang pernah dilakukan atau dijelaskan oleh pendahulunya Galileo, yaitu kecepatan yang dimiliki benda akan terus dipertahankan jika semua gaya penghambatnya dihilangkan.
Contoh peristiwa kelembaman dalam kehidupan yang sehari-hari
Sebuah gelas yang diletakkan di atas meja. Dan di bawah gelas ditaruh selembar kertas. Kertas ditarik dengan lebih lambat, gelas berpindah dari posisinya. Hal ini disebabkan gaya yang diberikan cukup lama, sehingga gelas tersebut tidak dapat mempertahankan keadaan diamnya.
Saat
kertas ditarik dengan cepat, gelas tersebut tetap berada pada
posisinya. Hal ini disebabkan gaya yang diberikan dalam waktu singkat
(tidak ada gaya yang bekerja padanya). Sehingga gelas tidak bergerak
sedikitpun.
Penggunaan Sabuk Pengaman
Sabuk pengaman merupakan salah satu contoh penerapan Hukum I Newton. Sifat inersia ini tampak sekali dalam kehidupan sehari-hari, misalnya seorang penumpang yang sedang duduk dengan nyaman, tiba-tiba akan terdorong ke depan ketika kendaraan yang dinaikinya di rem secara tiba-tiba. Apalagi kalau terjadi kecelakaan (bertabrakan dengan kendaraan lain), maka tubuh para penumpang akan membentur ke sana kemari.
Penggunaan Sabuk Pengaman |
Untuk mengurangi resiko akibat kecelakaan gunakanlah sabuk pengaman. Sabuk pengaman adalah sebuah alat yang dirancang untuk menahan seorang penumpang mobil atau kendaraan lainnya agar tetap di tempat apabila terjadi tabrakan, atau, yang lebih lazim terjadi, bila kendaraan itu berhenti mendadak. Sabuk pengaman dirancang untuk mengurangi luka dengan menahan si pemakai dari benturan dengan bagian-bagian dalam kendaraan itu atau terlempar dari dalam kendaraannya.
Gerakan kepala jika terjadi tabrakan |
Kegunaan sabuk pengaman (seat belt) akan "mengunci" tubuh kita di saat kita seharusnya "terdorong" ke depan karena sifat sifat inersia pada diri kita.
Selain sabuk pengaman, beberapa mobil yang lebih modern diperlengkapi dengan kantung udara. Kantung udara atau ”air bag”yang akan mengembang ketika mobil tiba-tiba berhenti sehingga dapat mencegah sopir menabrak kemudi atau dashboard.
Nah, kalau sudah tahu sifat inersia atau kelembaman, semakin sadar kita untuk menggunakan sabuk pengaman. Demikian juga bagi pengendara motor untuk menggunakan helm, sehingga resiko akibat benturan atau kecelakaan dapat dihindari.
Buka juga video berikut yang mendemontrasikan hukum I Newton pada pengaman pada kendaraan.
Sumber referensi :
Arsyad Riyadi Juni 03, 2020 New Google SEO Bandung, Indonesia
Miskonsepsi Tentang Gerak
Daun dan batu jatuh |
Coba perhatikan gambar di samping.
Sehelai daun dan sebuah batu jatuh dari ketinggian tertentu. Manakah yang terlebih dahulu jatuh ke bawah?
Tentunya dengan mudah, dikatakan batu akan terlebih dahulu sampai ke bawah. Pertanyaannya adalah apakah dari kejadian itu dapat disimpulkan bahwa benda yang lebih berat (batu) akan jatuh lebih cepat dibandingkan dengan benda yang lebih ringan (daun)?
Kesimpulan tersebut juga dikemukakan oleh Aristoteles, yang mengatakan bahwa sebuah benda yang lebih berat akan jatuh lebih cepat daripada benda yang ringan.
Sekarang, perhatikan juga gambar berikut.
Dari kejadian tersebut, disimpulkan bahwa benda akan terus bergerak sepanjang ada gaya yang mendorong atau menarik benda tersebut. Benda akan terhenti atau diam jika tidak ada gaya yang bekerja.
Sekarang kita analisis bersama kedua kejadian tersebut.
1. Benda yang lebih berat akan jatuh lebih cepat daripada benda yang ringan.
Benarkah anggapan tersebut?
Bagaimana jika percobaannya diganti?
Selembar kertas dan penghapus dijatuhkan dari ketinggian yang sama. Apakah keduanya jatuh ke lantai pada waktu yang sama?
Tentu tidak, penghapus akan tiba ke lantai terlebih dahulu.
Bagaimana jika kertasnya diremas-remas sehingga membentuk seperti bola. Sekarang coba jatuhkan "bola" kertas tersebut bersamaan dengan penghapus. Apakah akan mendapatkan hasil yang sama?
Tidak dapat memastikan bukan?
Karena yang menjadi masalah bukan antara kertas yang ringan dan penghapus yang lebih berat. Tetapi pada kertas yang masih lembaran akan mengalami gaya gesek yang besar. Beda ketika kertasnya diremas-remas sehingga membentuk seperti bola, dipastikan gesekan kertas dengan bola jauh lebih kecil. Sehingga kertas tersebut akan tiba di lantai bersamaan dengan penghapus.
Kata kuncinya adalah adanya gesekan yang menghambat gerak benda bukan pada ringan beratnya benda tersebut.
2. Benda akan terus bergerak sepanjang ada gaya yang mendorong atau menarik benda tersebut. Benda akan terhenti atau diam jika tidak ada gaya yang bekerja.
Mari kita uji pendapat di atas dengan mengubah lintasan yang ditempuh boleh sebagai berikut.
Saat boleh diberikan gaya pada lantai yang licin, dapat dipastikan bola tersebut akan bergerak semakin jauh. Semakin licin lantai pasti akan semakin jauh..selicin-licinnya lantai, bola tersebut dipastikan tidak akan berhenti. Kapan berhentinya? Jika ada penghalang atau ditahan.
Artinya apa?
Bukan karena terus menerus diberikan gaya (misalnya ditendang kembali) agar bola itu berhenti, tetapi karena pengaruh gesekan.
Percobaan Galileo
Galileo konon melakukan percobaannya dari menara Pisa. Dengan menjatuhkan dua benda, yang satu besar (sebuah peluru canon) dan satunya kecil (peluru pistol) ternyata keduanya sampai ke dasar lantai dalam waktu yang sama
Dengan demikian tumbanglah pendapat Archimedes yang pertama, bahwa benda yang lebih berat akan jatuh lebih dahulu daripada benda yang lebih ringan.
Galileo juga melakukan percobaan sebagai berikut.
Percobaan (1)
Bola akan mencapai ketinggian yang relatif sama.
Percobaan (2)
Sudut kelengkungan dikurangi. Di sini bola juga mencapai ketinggian yang relatif sama tetapi membutuhkan lintasan yang lebih jauh. Semakin dikurangi kelengkungannya jarak yang dicapai bola lebih jauh lagi.
Percobaan (3)
Dengan kelengkungan nol (lintasan lurus) dapat dipastikan lintasan yang ditempuh bola akan sangat jauh (benda tidak akan berhenti).
Berhentinya benda semata-mata disebabkan adanya gesekan antara bola dengan dasar lantainya.
Berhentinya benda semata-mata disebabkan adanya gesekan antara bola dengan dasar lantainya.
Demikian penjelasan mengenai kesalahan konsep (miskonsepsi) tentang gerak dalam fisika. Miskonsepsi ini telah terjadi bertahun-tahun terjadi dan sampai sekarang pun masih ada yang melakukannya. Semoga penjelasan tersebut di atas cukup gamblang dan selanjutnya akan menjadi dasar pada pembahasan materi gerak yang lain.
Postingan ini sekaligus sebagai revisi atau pembaharuan dari postingan sebelumnya.
Arsyad Riyadi
Juni 01, 2020
New Google SEO
Bandung, IndonesiaPostingan ini sekaligus sebagai revisi atau pembaharuan dari postingan sebelumnya.
Referensi
1. Foster, Bob.1997. Terpadu Fisika SMA untuk kelas X. Jakarta : Erlangga
2. Kanginan, Marthen. 2002. Fisika untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga
Sumber gambar : pixabay.com
1. Foster, Bob.1997. Terpadu Fisika SMA untuk kelas X. Jakarta : Erlangga
2. Kanginan, Marthen. 2002. Fisika untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga
Sumber gambar : pixabay.com
Tulisan berjudul E-Learning dalam Pembelaran Era Darurat Pendemi Covid 19 ini pada dasarnya merupakan pengembangan dari artikel yang ditulis pada tahun 2011 berjudul Pengertian, Prinsip dan Peran E-learning dalam Pendidikan di blog ini.
E-learning merupakan kegiatan yang merujuk pada penggunaan teknologi informasi dan teknologi pada pengajaran dan pembelajaran. E-learning meliputi pembelajaran online, pembelajaran virtual, pembelajaran terdistribusi, dan pembelajaran berbasis web dan jaringan.
Di era darurat pandemi covid 19 ini,ketika virus korona berhasil memaksakan institusi pendidikan untuk melakukan pembelajaran di rumah, gagasan e-learning terasa implementasinya. Saya menyebutnya gagasan, karena selama ini e-learning, di tempat saya bekerja, masih terasa di awang-awang. E-learning tidak terlaksana karena berbagai pertimbangan seperti keterbatasan sarana prasarana, sumber daya guru, sumber daya manusia dan seambreg alasan lain. Meskipun kalau jujur, e-learning belum terlaksana karena bukan merupakan kebutuhan atau "kepepet" alias terpaksa.
Meskipun kenyataannya, yang dilakukan sekarang masih masuk kategori pembelajaran online "sekecandake" karena masih terbatas pada penggunaan sumber daya yang semestinya. Yang saya temui, guru dan siswa bertemu lebih banyak di grup WA, penggunaan form online, link youtube, blog, dan fasilitas lainnya yang kurasa masih sangat minim. Boleh jadi karena tanpa persiapan, keterbatasan infrastruktur, maupun keterbatasan sumber daya.
Padahal jika dikelola dengan lebih baik, maka pembelajaran online ini bisa meningkat dalam porsinya, bukan sekedar sebagai tambahan (suplemen) tetapi memiliki porsi ke depannya. Konsep yang ditawarkan pembelajaran online mendekati 80 persen sehingga bisa masuk kategori pembelajaran bauran/blended/hybrid. Untuk level SMA/MA/SMK sampai ke level SMP/MTs bahkan SD, TK, Paud semakin kecil porsi online nya. Artinya pembelajaran tatap muka semakin besar porsinya.
Kok harus ada pembelajaran tatap muka?
Ya...ke depan tetap harus dipikirkan pembelajaran yang mengadopsi keunggulan pembelajaran konvensional (tatap muka) dengan keunggulan pembelajaran online yang dikenal dengan blended learning. Kita bukan hanya menilai kemampuan akademik berbasis online/digital tetapi juga penilaian lain yang nyata/riil/offline.
Meskipun ada banyak aplikasi yang mirip dengan kondisi asli/riilnya. Misalnya saat main game catur, ludo, ular tangga,monopoli dan aplikasi lain yang secara praktik dan aturan sama jika bermain secara online atau offline. Tetapi ada yang tak tampak ketika bermain secara online, seperti sikap, mental maupun kondisi lain dari pemain.
Berikut adalah empat model e-learning menurut Som Naidu ( 2003), sebagai berikut :
1.Individualized self-paced e-learning online/e-learning online secara individual
Pembelajaran ini merujuk pada situasi dari seorang pembelajar yang secara individual mengakses sumber belajar, seperti data base atau konten materi online melalui internet atau intranet.
2.Individualized self-paced e-learning offline/e-learning offline secara individual
Pembelajaran ini merujuk pada situasi dari seorang pembelajar yang secara individual mengakses sumber belajar, seperti data base atau paket pembelajaran berbantuan komputer secara offline, seperti belajar menggunakan CD atau DVD.
3.Group based e-learning synchronously/e-learning berbasis kelompok secara serentak.
Pembelajaran ini merujuk pada situasi dari sekelompok pembelajar yang belajar secara serentak (dalam waktu bersamaan) melalui internet atau intranet. Kegiatan ini meliputi konferensi berbasis teks, audio, atau video.
4.Group based e-learning asynchronously/e-learning berbasis kelompok secara tak serentak.
Pembelajaran ini merujuk pada situasi dari sekelompok pembelajar yang belajar tidak pada waktu yang bersamaan. Misalnya, diskusi online melalui mailing list atau konferensi berbasis teks dengan sistem manajemen pembelajaran (learning managements systems).
Hampir sama dengan dikemukakan Khoe Yao Tung (2000), yang membedakan ada 4 konfigurasi dalam penggunaan teknologi distance learning, yaitu Same Time Same Place (STSP), Same Time Different Place Instruction (STDP), Different Time Same Place Instruction (DTSP), dan Different Time Different Place Instruction (DTDP). Semua teknologi tersebut akan terus berkembang menjadi makin bersahabat (lebih bersifat pribadi dan fleksibel) bagi penggunanya dan seringkali dilakukan kombinasi satu sama lain.
Virtual classroom merupakan salah satu implementasi dari e-learning, dapat didefinisikan sebagai ruang kelas maya tempat interaksi belajar mengajar dengan bantuan komputer dan multimedia. Kelas maya ini seharusnya tidak jauh berbeda dengan kelas konvensional dalam hal proses belajar mengajarnya, yaitu adanya interaksi guru dan siswa. Bedanya dalam virtual classroom menggunakan perangkat-perangkat digital sebagai pengganti fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam kelas konvensional.
Dalam pembelajaran tatap muka guru melakukan apersepsi dan motivasi serta pemberian materi, melakukan tanya jawab. Dalam pembelajaran online, misalnya dengan penggunaan blog/grup WA dan sejenisnya, guru memberikan materi dengan cara menuliskan atau copy paste atau menyuruh siswa untuk membuka link blog. Setelah itu, guru bertanya melalui grup WA atau memberi pertanyaan di blog untuk didiskusikan. Siswa bisa menjawab lewat komentar di grup WA atau kolom komentar di blog.
Sampai tahap akhir, guru meminta siswa mendiskusikan bersama kelompoknya kemudian mempresentasikan di dalam kelas. Analogi pada pembelajaran online, siswa dengan membuat grup kelompok (misal lewat grup WA), saling diskusi, dan kemudian menyampaikan hasil diskusinya. Cara menyampaikan hasil diskusinya bisa dengan cara menuliskan atau screen shoot hasil diskusi kelompok baik di WA maupun lewat komentar di blog. Mengirim lewat upload ke google drive, youtube, blog siswa, email atau yang lainya tentunya juga diperbolehkan. Untuk selanjutnya link-nya ditarud di grup WA untuk dapat ditanggapi oleh kelompok lain.
Dalam pengembangan e-learning ini, bisa mengacu pada riset yang dilakukan oleh Richard Mayer di Universitas Kalifornia. Ruth Clark (2002), mengajukan enam prinsip dalam pengembangan e-learning, yaitu :
1.Prinsip multimedia
Penggunaan grafik yang tepat sesuai dengan teks dan tujuan pembelajaran dapat meningkatkan pembelajaran. Misalnya untuk menampilkan sebuah proses penyebaran virus lebih efektif menggunakan animasi daripada grafik yang statis.
2.Prinsip hubungan
Penempatan teks harus berdekatan dengan grafik. Untuk teks yang banyak, diatur sedemikian rupa sehingga antara teks dan grafik tidak terpisah (misalnya menggunakan kombinasi scrolling yang tepat). Penggunaan teks yang panjang sehingga ilustrasi jauh dibawahnya akan menyulitkan penggunanya.
3.Prinsip modalitas
Penggunaan audio dapat meningkatkan pembelajaran terutama untuk menjelaskan suatu animasi atau visualisasi dari materi yang komplek dan tidak familiar.
4.Prinsip redundansi
Penjelasan grafik melalui audio dan teks yang berlebihan dapat merugikan pembelajaran. Misalnya suatu grafik cukup dilengkapi dengan teks. Pemberian narasi bisa mengganggu kenyamanan pengguna saat mengamati grafik tersebut.
5.Prinsip koherensi
Penggunaan tampilan visual, teks dan sound yang tidak tepat dapat merugikan pembelajaran.
6.Prinsip personalisasi
Penggunaan bahasa sehari-hari dan nara sumber lain dapat meningkatkan pembelajaran. Misalnya suatu CD pembelajaran akan lebih menarik jika digunakan bahasa keseharian dan diiringi dengan narasi dari nara sumber.
E-learning ini harus mampu menyajikan pengalaman belajar yang bermakna melalui pemanfaatan teknologi dan informasi yang intensif. Seperti dikemukakan oleh Paulina Panen (2005), bahwa e-learning mampu untuk :
Referensi
1. Clark, Ruth. 2002. Six Principles of Effective E-learning : What Works and Why. Learning Solutions e-Magazine. Edisi : September 10, 2002.
2. Khoe Yao Tung. 2000. Pendidikan dan Riset di Internet. Jakarta : Dinastindo
3. Naidu, Som. 2003. E-learning : A Guidebook of Principles, Procedures and Practises. India : Commonwealth Educational Media Center for Asia (CEMCA)
4. Panen, Paulina. 2005. Pengembangan E-learning : Antara Mitos dan Kenyataan. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran ”Teknologi Pendidikan Menuju Masyarakat Belajar” . Jakarta, 5 – 6 Desember 2005.
Arsyad Riyadi
Mei 09, 2020
New Google SEO
Bandung, IndonesiaPembelajaran ini merujuk pada situasi dari seorang pembelajar yang secara individual mengakses sumber belajar, seperti data base atau konten materi online melalui internet atau intranet.
2.Individualized self-paced e-learning offline/e-learning offline secara individual
Pembelajaran ini merujuk pada situasi dari seorang pembelajar yang secara individual mengakses sumber belajar, seperti data base atau paket pembelajaran berbantuan komputer secara offline, seperti belajar menggunakan CD atau DVD.
3.Group based e-learning synchronously/e-learning berbasis kelompok secara serentak.
Pembelajaran ini merujuk pada situasi dari sekelompok pembelajar yang belajar secara serentak (dalam waktu bersamaan) melalui internet atau intranet. Kegiatan ini meliputi konferensi berbasis teks, audio, atau video.
4.Group based e-learning asynchronously/e-learning berbasis kelompok secara tak serentak.
Pembelajaran ini merujuk pada situasi dari sekelompok pembelajar yang belajar tidak pada waktu yang bersamaan. Misalnya, diskusi online melalui mailing list atau konferensi berbasis teks dengan sistem manajemen pembelajaran (learning managements systems).
Hampir sama dengan dikemukakan Khoe Yao Tung (2000), yang membedakan ada 4 konfigurasi dalam penggunaan teknologi distance learning, yaitu Same Time Same Place (STSP), Same Time Different Place Instruction (STDP), Different Time Same Place Instruction (DTSP), dan Different Time Different Place Instruction (DTDP). Semua teknologi tersebut akan terus berkembang menjadi makin bersahabat (lebih bersifat pribadi dan fleksibel) bagi penggunanya dan seringkali dilakukan kombinasi satu sama lain.
Virtual classroom merupakan salah satu implementasi dari e-learning, dapat didefinisikan sebagai ruang kelas maya tempat interaksi belajar mengajar dengan bantuan komputer dan multimedia. Kelas maya ini seharusnya tidak jauh berbeda dengan kelas konvensional dalam hal proses belajar mengajarnya, yaitu adanya interaksi guru dan siswa. Bedanya dalam virtual classroom menggunakan perangkat-perangkat digital sebagai pengganti fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam kelas konvensional.
Dalam pembelajaran tatap muka guru melakukan apersepsi dan motivasi serta pemberian materi, melakukan tanya jawab. Dalam pembelajaran online, misalnya dengan penggunaan blog/grup WA dan sejenisnya, guru memberikan materi dengan cara menuliskan atau copy paste atau menyuruh siswa untuk membuka link blog. Setelah itu, guru bertanya melalui grup WA atau memberi pertanyaan di blog untuk didiskusikan. Siswa bisa menjawab lewat komentar di grup WA atau kolom komentar di blog.
Sampai tahap akhir, guru meminta siswa mendiskusikan bersama kelompoknya kemudian mempresentasikan di dalam kelas. Analogi pada pembelajaran online, siswa dengan membuat grup kelompok (misal lewat grup WA), saling diskusi, dan kemudian menyampaikan hasil diskusinya. Cara menyampaikan hasil diskusinya bisa dengan cara menuliskan atau screen shoot hasil diskusi kelompok baik di WA maupun lewat komentar di blog. Mengirim lewat upload ke google drive, youtube, blog siswa, email atau yang lainya tentunya juga diperbolehkan. Untuk selanjutnya link-nya ditarud di grup WA untuk dapat ditanggapi oleh kelompok lain.
Dalam pengembangan e-learning ini, bisa mengacu pada riset yang dilakukan oleh Richard Mayer di Universitas Kalifornia. Ruth Clark (2002), mengajukan enam prinsip dalam pengembangan e-learning, yaitu :
1.Prinsip multimedia
Penggunaan grafik yang tepat sesuai dengan teks dan tujuan pembelajaran dapat meningkatkan pembelajaran. Misalnya untuk menampilkan sebuah proses penyebaran virus lebih efektif menggunakan animasi daripada grafik yang statis.
2.Prinsip hubungan
Penempatan teks harus berdekatan dengan grafik. Untuk teks yang banyak, diatur sedemikian rupa sehingga antara teks dan grafik tidak terpisah (misalnya menggunakan kombinasi scrolling yang tepat). Penggunaan teks yang panjang sehingga ilustrasi jauh dibawahnya akan menyulitkan penggunanya.
3.Prinsip modalitas
Penggunaan audio dapat meningkatkan pembelajaran terutama untuk menjelaskan suatu animasi atau visualisasi dari materi yang komplek dan tidak familiar.
4.Prinsip redundansi
Penjelasan grafik melalui audio dan teks yang berlebihan dapat merugikan pembelajaran. Misalnya suatu grafik cukup dilengkapi dengan teks. Pemberian narasi bisa mengganggu kenyamanan pengguna saat mengamati grafik tersebut.
5.Prinsip koherensi
Penggunaan tampilan visual, teks dan sound yang tidak tepat dapat merugikan pembelajaran.
6.Prinsip personalisasi
Penggunaan bahasa sehari-hari dan nara sumber lain dapat meningkatkan pembelajaran. Misalnya suatu CD pembelajaran akan lebih menarik jika digunakan bahasa keseharian dan diiringi dengan narasi dari nara sumber.
E-learning ini harus mampu menyajikan pengalaman belajar yang bermakna melalui pemanfaatan teknologi dan informasi yang intensif. Seperti dikemukakan oleh Paulina Panen (2005), bahwa e-learning mampu untuk :
- Menfasilitasi komunikasi dan interaksi antar siswa dengan tenaga pengajar dan nara sumber ahli
- Meningkatkan kolaborasi antar siswa untuk membentuk komunitas belajar
- Mendorong siswa untuk secara mandiri mencari sumber belajar dan mencapai makna
- Memberikan umpan balik lintas ruang dan waktu
- Memberikan akses kepada beragam sumber belajar
Jadi di era darurat sekarang ini, semua komponen harus belajar secara cepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan meminimalkan kelemahan-kelemahan yang mungkin. Beberapa hal yang perlu dikembangkan lebih lanjut sebagai berikut :
1. Guru mengembangkan dirinya bukan hanya memindahkan konten dari buku/lks/ dan sejenisnya semata-mata menjadi konten digital. Guru perlu mengubah konten tersebut menjadi lebih interaktif, menarik, dan komunikatif. Dari teks menjadi gambar selanjutnya menjadi video, animasi, simulasi dan konten menarik lainnya.
2. Siswa harus mampu mencari materi sesuai kebutuhannya secara mandiri agar tidak terjebak pada belantara internet yang rentan dengan menemukan konten lain yang menyesatkan.
3. Sekolah menyiapkan sumber daya manusia agar lebih literat dalam bidang digital atau teknologi informasi dan komunikasi.
4. Sekolah memberikan kemudian akses internet kepada semua warga sekolah melalui penyediaan sarana prasarana yang bagus maupun pembiayaan lainnya terkait dengan penyelenggaraan pembelajaran online atau e-learning ini.
Terakhir, tidak kalah pentingnya ketika permasalahan geografis tak dapat diatasi untuk mendapatkan akses internet yang bagi maka sekolah mencari solusi yang lain. Misalnya dengan pengembangan modul yang bagus untuk dipelajari, membagi konten-konten digital (video, animasi, gambar, dan lainnya) menggunakan flash disk/CD/DVD untuk dibaca melalui komputer/laptop/HP/tablet/TV.
Tak ada kata menyerah menghadapi keterbatasan-keterbatasan yang ada, Belajar dari rumah. Tetap cerdas dan semangat di era corona ini.
Referensi
1. Clark, Ruth. 2002. Six Principles of Effective E-learning : What Works and Why. Learning Solutions e-Magazine. Edisi : September 10, 2002.
2. Khoe Yao Tung. 2000. Pendidikan dan Riset di Internet. Jakarta : Dinastindo
3. Naidu, Som. 2003. E-learning : A Guidebook of Principles, Procedures and Practises. India : Commonwealth Educational Media Center for Asia (CEMCA)
4. Panen, Paulina. 2005. Pengembangan E-learning : Antara Mitos dan Kenyataan. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran ”Teknologi Pendidikan Menuju Masyarakat Belajar” . Jakarta, 5 – 6 Desember 2005.
Ringkasan Materi : Gelombang
Pengertian Gelombang
Gelombang adalah getaran yang merambat. Pada perambatan ini yang berpindah itu energinya, sedangkan mediumnya tetap. Hal ini bisa terlihat pada gabus yang berada di atas air hanya naik dan turun (bergetar) di tempatnya.
Jenis-Jenis Gelombang
Berdasarkan ada/tidaknya medium
1. Gelombang mekanik : membutuhkan medium. Misalnya gelombang air laut, gelombang bunyi, dan gelombang pada tali/slinki
2. Gelombang elektromagnetik : tidak membutuhkan medium. Misalnya gelombang cahaya, gelombang radio, dan gelombang sinar-X
Berdasarkan arah getarnya
1. Gelombang transversal : arah rambat gelombang tegak lurus arah getarnya.
2. Gelombang longitudinal : arah rambat gelombang searah dengan arah getarnya.
Arsyad Riyadi April 07, 2020 New Google SEO Bandung, Indonesia
Ringkasan Materi Getaran
Sebelumnya perhatikan dulu peta konsep sebagai berikut.Getaran merupakan gerak bolak-balik secara periodik melalui titik keseimbangan.
Simpangan adalah jarak dari sebuah titik dari kedudukan setimbang.
Amplitudo adalah simpangan terjauh atau jarak titik terjauh sebuah getaran terhadap kedudukan setimbang.
1 getaran = A - B - C - B - A
atau B - C - B - A - B
atau B - A - B - C - B
atau C - B - A - B - C
BA dan BC disebut amplitudo (simpangan terbesar)
Periode (T) adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu kali getaran.
Frekuensi (f) adalah banyaknya getaran yang terjadi tiap satu detik/
Sehingga didapatkan hubungan antara periode (T) dan frekuensi (f) sebagai berikut.
T = 1/f atau f = 1/T
Misal :
1. Perhatikan lagi gambar bandul di atas. Jika bandul bergerak dari A ke B membutuhkan waktu 0,5 sekon. Berapakah periode dan frekuensinya?
Penyelesaian :
dari A ke C, terjadi setengah getaran atau n = 0,25
t = 0,5 s
Periode (T) = t/n = 0,5/0,25 = 2 s
Frekuensi (f) = n/t = 0,25/0,5 = 0,5 Hz
2. Sebuah penggaris plastik digetarkan sehingga selama 1 menit terjadi 20 getaran. Tentukan periode dan frekunsinya?
Penyelesaian
t = 1 menit = 60 s
n = 20
T = t/n = 60/20 = 3 s
f = n/t = 20/60 = 1/3 Hz
Gerak Harmonis Sederhana
Bandul yang terayun secara periodik ini merupakan salah satu contoh gerak harmonis sederhana. Jika menggunakan bandul maka sudut ayunan harus cukup kecil (kurang dari 15 derajat) agar diperoleh ayunan yang stabil. Jika sudutnya sangat besar dapat dipastikan hasil pengukuran tidak terjaga konsistensinya.
a. Ayunan matematis/bandul
atau
Dengan melakukan percobaan sederhana kita dapat menentukan besarnya percepatan g dengan melakukan variasi pada panjang tali sehingga frekuensi atau periode pun ikut berubah. Namun agar diperoleh data yang tepat maka ayunan bandulnya harus harmonis/periodik secara teratur yang dapat dilakukan jika bandul dilepaskan dengan sudut simpangan yang kecil.
b. Pegas
atau
Dari rumus di atas dan tentunya bisa diuji dengan melakukan percobaan sederhana, pada ayunan matematis/bandul besarnya periode atau frekuensi tergantung pada panjang talinya.
Sedangkan pada pegas yang diberikan beban dengan massa m, faktor yang mempengaruhi besarnya periode atau frekuensi adalah massa beban tersebut.
Arsyad Riyadi April 06, 2020 New Google SEO Bandung, Indonesia
Ringkasan Materi : Alat Optik
Ada yang tahu gambar di samping?
Kornea berfungsi sebagai pelindung bagian mata yang ada di dalamnya. Kornea juga berfungsi sebagai penerima rangsang cahaya serta meneruskannya ke bagian mata yang lebih dalam.
Kekuatan lensa pada penderita hipermetropi bisa menggunakan rumus :
Dia adalah Cameron Diaz, artis Hollywood, yang sangat cantik berkat matanya yang indah.
Di usianya yang mendekati 50 tahun, kecantikan yang dimilikinya seakan tidak pernah pudar dengan kedua mata birunya yang indah.
Mata sebagai salah satu alat optik merupakan anugerah yang patut disyukuri agar selalu dijaga kesehatannya.
Sebelum belajar lebih lanjut tentang alat optik ini, perhatikan dulu peta konsep berikut.
A. Mata
Mata memiliki cara kerja seperti kamera. Mata terdiri atas kornea, pupil, iris, lensa, aquaous humour, vitreous humour, retina, dan otot siliar. Kamera terdiri memiliki lensa positif, diafragma, dan film.
Kornea berfungsi sebagai pelindung bagian mata yang ada di dalamnya. Kornea juga berfungsi sebagai penerima rangsang cahaya serta meneruskannya ke bagian mata yang lebih dalam.
Pupil (anak mata) merupakan tempat lewatnya cahaya yang menuju ke retina.
Iris berfungsi untuk mengatur lebar pupil sehingga banyaknya cahaya yang masuk ke mata dapat diatur. Iris ini yang menentukan warna mata seseorang.
Lensa mata berfungsi untuk memfokuskan cahaya atau bayangan mata agar tepat jatuh di retina. Kemampuan lensa mata untuk menjadi lebih cembung atau pipih disebut daya akomodasi.
Jarak pandang mata terletak pada 2 titik yaitu titik dekat (punctum proximum=pp) dan titik jauh (punctum remotum). Titik dekat merupakan titik terdekat yang masih dilihat dengan jelas oleh mata yang berakomodasi maksimum. Untuk orang normal antara 25 - 30 cm. Titik jauh adalah titik terjauh yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata yang tak berakomodasi. Titik jauh mata normal terletak pada jarak yang tak terhingga (∼).
Gangguan Penglihatan
Jarak pandang mata normal (emetropi) : titik dekat = 25 - 30 cm dan titik jauh = ∼.
Rabun jauh (miopi) : titik dekat < 25 - 30 cm dan titik jauh < ∼.
Rabun dekat (hipermetropi) : titik dekat > 25 - 30 cm dan titik jauh = ∼.
Mata tua (presbiopi) : melihat benda yang jauh tidak jelas dan juga tidak dapat melihat dengan baik pada jarak baca normal.
Astigmatisma disebabkan karena kornea mata tidak sferik. Penderita ini akan jelas melihat garis-garis vertikal dan kabur ketika melihat garis-garis horizontal.
Kekuatan lensa pada penderita miopi dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :
Jarak pandang mata terletak pada 2 titik yaitu titik dekat (punctum proximum=pp) dan titik jauh (punctum remotum). Titik dekat merupakan titik terdekat yang masih dilihat dengan jelas oleh mata yang berakomodasi maksimum. Untuk orang normal antara 25 - 30 cm. Titik jauh adalah titik terjauh yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata yang tak berakomodasi. Titik jauh mata normal terletak pada jarak yang tak terhingga (∼).
Gangguan Penglihatan
Jarak pandang mata normal (emetropi) : titik dekat = 25 - 30 cm dan titik jauh = ∼.
Rabun jauh (miopi) : titik dekat < 25 - 30 cm dan titik jauh < ∼.
Rabun dekat (hipermetropi) : titik dekat > 25 - 30 cm dan titik jauh = ∼.
Mata tua (presbiopi) : melihat benda yang jauh tidak jelas dan juga tidak dapat melihat dengan baik pada jarak baca normal.
Astigmatisma disebabkan karena kornea mata tidak sferik. Penderita ini akan jelas melihat garis-garis vertikal dan kabur ketika melihat garis-garis horizontal.
Kekuatan lensa pada penderita miopi dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :
s = 25 - 30 cm
Jika s = 25 cm berlaku :
B. Lup
Lup terdiri dari sebuah lensa cembung yang berfungsi untuk mengamati benda-benda kecil agar tampak besar dan jelas.
Sifat bayangan yang terbentuk pada lup sama dengan pembentukan bayangan pada lensa cembung jika benda terletak < f. yaitu maya, tegak, dan diperbesar.
Mata berakomodasi maksimum berlaku :
Mata tak berakomodasi berlaku :
C. Mikroskup
Mikroskop berfungsi untuk mengamati benda yang sangat kecil, seperti rambut, sel, bakteri sehingga tampak jelas. Mikroskop terdiri dari 2 lensa cembung, yaitu lensa obyektif dan lensa okuler.
Benda yang diamati terletak di antara F dan 2F dari lensa obyektif sehingga diperoleh bayangan yang bersifat nyata, diperbesar, dan terbalik. Bayangan ini akan menjadi benda bagi lensa okuler. Bayangan akhir yang dihasilkan adalah maya, diperbesar, dan terbalik dari pertama.
Mata berakomadasi :
; L = panjang mikroskop
Mata tak berakomodasi :
; L = panjang mikroskop
Dalam perkembangannya, dikenal 2 jenis mikroskop yaitu mikroskop optik dan bukan optik. Mikroskop optik menggunakan cahaya biasa untuk proses perbesaran bayangannya. Misalnya mikroskop majemuk, mikroskop binokuler, mikroskop binokuler stereoskopi yang menghasilkan gambar 3 dimensi, serta mikroskop ultraviolet.
Mikroskop bukan optik menggunakan bantuan radiasi panjang gelombang pendek untuk memperbesar bayangan bendanya. Misalnya mikroskop sinar-X, mikroskop ion, dan mikroskop elektron.
D. Teropong/Teleskop
1. Teropong/teleskop bintang
Teropong/Teleskop bintang digunakan untuk meliat benda-benda langit. Teropong ini terdiri dari 2 buah lensa cembung, yaitu lensa obyektif dan lensa okuler.
Mata berakomodasi
Perbesaran bayangan
Panjang teropong :
Mata tak berakomodasi
Perbesaran bayangan :
Panjang teropong :
2. Teropong bumi
Teropong bumi terdiri atas tiga lensa cembung yaitu lensa obyektif, lensa pembalik, dan lensa okuler.
Bayangan akhirnya bersifat maya, tegak, diperbesar.
Perbesaran anguler teropong :
Panjang teropong :
Teropong bumi ada beberapa macam, misalnya teropong sandiwara, teropong prisma dan periskop.
Pada teropong sandiwara berlaku panjang teropong sebagai berikut
d = fob - fok
Perbesaran bayangan :
3. Teropong Panggung/Galileo
Teropong panggung terdiri dari susunan lensa cembung-cekung. Lensa cembung sebagai lensa obyektif dan lensa cekung sebagai lensa okuler. Lensa cekung ini berfungsi sebagai lensa pembalik.
Agar mata tidak cepat lelah, maka benda maya terletak tepat di fokus okuler, sehingga perbesaran bayangannya adalah
Panjang teropong panggung :
L = fob + fok
Sumber gambar : http://www.tahupedia.com/content/show/1304/10-Selebriti-Hollywood-Dengan-Mata-Terindah
Bacaan lebih lanjut :
PR Fisika Kelas 2 SMU Tengah Tahun Kedua Intan Pariwara Arsyad Riyadi April 05, 2020 New Google SEO Bandung, Indonesia