Sesat Berpikir dalam Belajar Sains
Sesat berpikir dikaji dalam materi pengantar logika. Sesat berpikir atau dalam bahasa latin, fallacia atau dalam bahasa Inggris, fallacy diartikan sebagai kekeliruhan penalaran akibat dari bentuk pengambilan kesimpulan yang tidak sahih. Apa sih yang dilanggar? Ketentuan-ketentuan logika atau susunan dan penggunaan bahasa serta penekanan kata, yang menyebabkan salah dalam menghubungkan suatu gagasan.
Pelaku sesat berpikir sendiri, dibedakan menjadi 2, yaitu yang dilakukan dengan sadar dan tidak sadar. Jika pelaku sesat pikir tidak menyadari akan sesat pikir yang dilakukannya, disebut dengan paralogisme. Namun jika sesat pikir dilakukan dengan sengaja untuk menyesatkan orang lain, disebut dengan sofisme.
Secara umum, sesat pikir ini dibedakan dalam 3jenis, yaitu sesat pikir yang disebabkan oleh bahasa, sesat pikir formal maupun, sesat pikir material. Terkait dengan pembelajaran sains, pada postingan ini hanya dibahas sesat pikir yang formal. Untuk sesat pikir karena pemakaian bahasa, bisa makna ganda, penggunaan metafora dan lainnya akan dibahas dalam postingan tersendiri. Meski bukan berarti dalam belajar sains kita bisa terbebas dari dua jenis sesat pikir yang lain.
Sesat fikir formal bisa dibedakan dalam 4 jenis, yaitu sesat pikir empat term, sesat pikir proses tidak sah, sesat pikir term tengah tak berdistribusi, serta sesat pikir dua premis negatif. Diharapkan agar dapat memahami sesat fikir jenis ini lebih dulu memahami pengantar logika, familiar dengan istilah premis, konklusi, silogisme dan sejenisnya
Pelaku sesat berpikir sendiri, dibedakan menjadi 2, yaitu yang dilakukan dengan sadar dan tidak sadar. Jika pelaku sesat pikir tidak menyadari akan sesat pikir yang dilakukannya, disebut dengan paralogisme. Namun jika sesat pikir dilakukan dengan sengaja untuk menyesatkan orang lain, disebut dengan sofisme.
Secara umum, sesat pikir ini dibedakan dalam 3jenis, yaitu sesat pikir yang disebabkan oleh bahasa, sesat pikir formal maupun, sesat pikir material. Terkait dengan pembelajaran sains, pada postingan ini hanya dibahas sesat pikir yang formal. Untuk sesat pikir karena pemakaian bahasa, bisa makna ganda, penggunaan metafora dan lainnya akan dibahas dalam postingan tersendiri. Meski bukan berarti dalam belajar sains kita bisa terbebas dari dua jenis sesat pikir yang lain.
Sesat fikir formal bisa dibedakan dalam 4 jenis, yaitu sesat pikir empat term, sesat pikir proses tidak sah, sesat pikir term tengah tak berdistribusi, serta sesat pikir dua premis negatif. Diharapkan agar dapat memahami sesat fikir jenis ini lebih dulu memahami pengantar logika, familiar dengan istilah premis, konklusi, silogisme dan sejenisnya
Sesat pikir empat term (fallacy of four term)
Bentuk silogisme yang sahih adalah silogisme yang hanya memiliki tiga term yang masing-masing disebut dua kali. Term mayor, term minor, dan term tengah tidak boleh memiliki arti rangkap. Contoh apel (untuk apel sebagai upacara atau sebagai buah, kambing hitam sebagai kambing berwarna hitam atau orang yang disalahkan meski tidak bersalah, dan lain-lain).
Sesat pikir proses tak sah (fallacy of illicit process)
Sesat pikir ini disebabkan karena term premis tidak terdistribusi tetapi term konklusi terdistribusi.
Contoh :
Semua kerbau adalah hewan berkaki empat.
Semua ayam bukan kerbau.
Semua ayam bukan hewan berkaki empat.
Kesesatan pada contoh di atas terjadi pada term mayor, yang disebut dengan kesesatan 'illicit mayor'
Perhatikan contoh kedua sebagai berikut :
Semua sarjana adalah lulusan perguruan tinggi.
Semua sarjana adalah manusia.
Semua manusia adalah lulusan perguruan tinggi.
Pada contoh di atas, terjadi kesesatan pada term minor, yang disebut sebagai kesesatan 'illicit minor'
Sesat pikir term tengah tak terdistribusi (fallacy of undistributed middle)
Dalam pengambilan konklusi term tengah sekurang-kurangnya satu kali terdistribusi.
Contoh :
Sebagian wanita adalah cantik.
Sebagian wanita adalah pandai.
Apa yang bisa diambil dari premis tersebut? Tidak ada konklusi yang terjadi bukan?
Sesat pikir dua premis negatif (fallacy of two negative premises)
Pengambilan konklusi akan sesat ketika mengacu pada dua premis negatif.
Contoh :
Semua hakim bukan polisi.
Semua polisi bukan jaksa.
Premis negatif menunjukkan predikat proposisi menyangkal subyeknya. Yang artinya tidajk ada hubungan antara subyek dan predikat. Jika kedua premis tidak saling berhubungan, maka tidak ada yang bisa menghubungkan term-term tersebut. Otomatis tidak mungkin ada konklusi.
Demikian postingan mengenai sesat berpikir dalam belajar sains, semoga kita terhindar dari kesalahan-kesalahan berpikir yang seperti itu. Buanglah rasa bangga ketika dalam berdebat, misalnya tetapi sebenarnya kita menyadari hanya melakukan manipulasi cara berpikir.
Sumber : Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Logika : Asas-Asas Penalaran Sistematis. Kanisius.
Thanks for reading & sharing Sains Multimedia
0 Post a Comment:
Posting Komentar