Buku Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional
-
Buku Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional
[image: Buku Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional]
Emotional Intelligence - Daniel GolemanBuku ...
Pasang Surut Air laut
Hati-hati main di pantai makin siang laut semakin pasang |
Pasang surut dapat diartikan sebagai peristiwa naik dan turunnya permukaan air laut.
Penyebab Pasang Surut
Penyebab utama pasang surut air laut adalah gravitasi bulan. Gravitasi matahari juga mempengaruhi peristiwa pasang surut. Meskipun matahari jauh lebih besar dari pada bulan, tetapi matahari berada pada jarak yang sangat jauh dari bumi (150 000 000 km). Bandingkan jarak bumi – bulan yaitu sekitar 385 000 km.
Perhatikan gambar berikut.
Pasang surut air laut |
Titik A berjarak paling dekat dengan bulan. Hal ini menyebabkan posisi A mengalami gaya tarik bulan yang paling besar, akibatnya air tertarik di bulan. Pada saat ini terjadi pasang di A.
Posisi B, yang terletak berlawanan dengan posisi A, akan mengalami gaya tarik bulan yang paling lemah. Akibatnya air di posisi B bergerak menjauh B yang menyebabkan posisi B mengalami pasang.
Bagaimana dengan posisi C dan D?
Daerah C dan C mengalami surut karena airnya ditarik ke A dan B.
Dalam satu hari (24 jam) suatu tempat akan mengalami dua kali pasang (posisi A dan B) serta dua kali posisi surut (posisi D dan C). Anggaplah posisi bulan tetap, sebuah tempat akan menempati posisi A – B – C – D secara berurutan. Ketika mula-mula pasang di A, kemudian mengalami surut (posisi D), pasang (posisi B) dan akhirnya surut (posisi C).
Antara pasang besar dan pasang kecil
Pasang besar dan pasang kecil keduanya sama-sama posisi pasang. Pasang besar dan kecil ini disebabkan oleh pengaruh gravitasi matahari. Pasang akibat gravitasi matahari ini hanya 5/11 kali pasang yang disebabkan gravitasi bulan. Tetapi gabungan keduanya akan memberikan pengaruh yang berbeda. Ketika posisi matahari dan bulan segaris (bulan baru atau bulan purnama) maka akan terjadi pasang kecil. Sedangkan ketika posisi matahari dan bulan saling tegak lurus (bulan kuartir awal atau kuartir akhir) akan terjadi pasang kecil. Perhatikan gambar berikut.
Manfaat pasang surut air laut.
Beberapa manfaat pasang surut air laut adalah sebagai berikut.
1. Memudahkan kapal berlayar dan berlabuh. Pada saat laut pasang, di dermaga yang dangkal kapal laut dapat berlayar dan berlabuh pada saat pasang.
2. Membuat garam di tepi laut.
Ketika pasang, air laut mengisi petak-petak tempat pembuatan garam. Setelah surut, air laut yang mengandung garam tertinggal dalam petak-petak itu.
3. Persawahan pasang surut. Saat terjadi pasang, air laut ditampung di saluran-saluran sehingga air lautnya tidak menggenangi persawahan
4. Pembangkit listrik tenaga pasang surut
Beda ketinggian air saat pasang surut menghasilkan energi potensial yang dapat diubah menjadi energi untuk menggerakkan turbin
Sumber :
Kanginan, Marthen. 2003. Fisika 2000 Jilida 2A untuk SMU Kelas 2. Erlangga
Kanginan, Marthen. 2004. Sains Fisika 1A untuk SMP Kelas VII. Erlangga Arsyad Riyadi Desember 31, 2017 New Google SEO Bandung, Indonesia
Sumber gambar : geografiselly.wordpress.com |
Materi IPBA (Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa) telah dikenalkan sejak SD, bahkan anak kelas 1 pun sudah sedikit-sedikit mengenalnya. Teringat beberapa soal anak saya, yang menanyakan tentang benda langit yang kelap-kelip pada malam hari. Ada 3 pilihan yaitu bulan, bintang dan matahari. Demikian juga soal-soal lain seperti pertanyaan di sebelah manakah matahari berada saat pagi hari. Materi IPBA ini akan terus berlanjut sampai kelas VI SD, yang sudah mengenal tentang tata surya, pengaruh rotasi dan revolusi bumi. Untuk tingkat SMP, materi IPBA sampai mengenal hukum keppler, perhitungan perbedaan waktu berdasar garis bujur, sampai penerbangan luar angkasa. Di SMA, materi IPBA ini terus diperdalam. Hukum Keppler pun sudah sampai perhitungannya. Teori pembentukan jagat raya pun diperdalam dan seterusnya.
Dalam buku berjudul Ilmu Kebumian dan Antariksa yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Bayong Tyasyono HK,. DEA materi Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) memuat berbagai materi sebagai berikut :
Model Tata Surya
Alam Semesta
Bintang Representatif : Matahari
Planet Bumi
Atmosfer Bumi
Hidrosfer
Litosfer
Bencana Alam Kebumian di Indonesia
Dalam bagian kata pengantar buku ini disebutkan bahwa buku Ilmu Kebumian dan Antariksa yang sering disebut juga sebagai IPBA (Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa), bukan saja ditujukan untuk mahasiswa dan guru IPA, tetapi juga bagi mahasiswa yang mempelajari geografi, geofisika, geologi, ilmu kebumian, kelautan, lingkungan, meteorologi, oseanografi, sains atmosfer dan lain-lain. Karena memang IPBA ini mempelajari bumi dalam tata surya dan lapisan-lapisannya dari pusat bumi sampai puncak atmosfer. Artinya materi pada IPBA ini memang berkaitan dengan bidang-bidang ilmu lain seperti disebutkan di atas. Dalam IPBA, materi mengenai lapisan bumi seperti litosfer, hidrosfer, atmosfer dan ruang angkasa di luar atmosfer bumi dibahas secara mendetail.
Sebagai gambaran awal dapat dijelaskan bahwa bumi merupakan bagian dari tata surya dengan matahari sebagai pusatnya. Matahari terletak pada galaksi Bima Sakti. Galaksi disebut juga dengan kumpulan bintang-bintang. Matahari sendiri termasuk bintang yang relatif kecil di jagat raya tetapi berperan penting karena paling dekat dengan bumi.
Jarak antar bintang dinyatakan dengan tahun cahaya. Satu tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam satu tahun. Jarak matahari ke bumi sekitar 150 juta km, sedangkan jarak bintang - matahari yang terdekat kedua adalah Alpha Centauri yang berjarak 4,35 tahun cahaya atau jarak bumi - Alpha Centauri adalah 270.000 kali jarak bumi - matahari. Luar biasa bukan perbandingannya? Kalau begitu berapa ukuran jagat raya ini sesungguhnya? Wallahu alam. Yang jelas tak terkira keagungan Sang Pencipta.
Arsyad Riyadi April 01, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Bencana alam kebumian dapat dibedakan menjadi badai guruh, gempa bumi, siklon tropis, kekeringan, dan banjir.
Badai Guruh
Badai guruh ini dapat menyebabkan banjir, angin kencang, bahaya batu es hujan, bahaya petir dan dapat menghilangkan nyawa manusia.
Badai guruh dapat dibedakan seperti berikut ini :
1. Badai guruh termal atau konvektif
Badai ini disebabkan oleh pemanasan permukaan dari radiasi matahari. Karakteristik badai ini adalah pertumbuhan cepat, daerah kurang luas, hujan lebat lokal, arus udara ke bawah kuat dan angin ribut lokal, serta adanya resiko hujan es batu lokal dan petir. Karena tumbuh dengan cepat, maka peringatan dini sukar dilakukan.
2. Badai guruh orografik. Badai ini terjadi jika udara tidak stabil secara bersyarat atau konvektif naik akibat pegunungan.
3. Badai guruh yang dikaitkan dengan gangguan tropis seperti badai tropis, monsun, gelombang timuran dan sebagainya.
Gempa Bumi
Gempa bumi memancarkan energi bumi dalam bentuk gelombang. Gerakan kulit bumi yang dikaitkan dengan gelombang seismik diukur oleh seismograf. Ada 3 jenis gelombang seismik, yaitu :
a. Gelombang primer atau preliminer disebut gelombang P, termasuk gelombang tercepat. Kecepatan gelombang ini melalui bumi adalah 3 – 8 mil per sekon. Gelombang ini yang pertama kali sampai seismograf dari gempa bumi. Amplitudonya kecil dan periodenya pendek, yaitu 0,5 – 5 sekon. Gelombang P ini sama dengan gelombang suara yaitu gelombang longitudinal yang menjalar dengan penekanan dan peregangan bumi.
b. Gelombang sekunder disebut gelombang S. Kecepatan gelombang S sekitar 2/3 kecepatan gelombang P. Gelombang S mempunyai amplitudo lebih besar dan periodenya lebih lama daripada gelombang P. Gelombang sekunder merupakan gelombang transversal. Gelombang S disebut juga gelombang geser, karena material yang dilalui gelombang ini mengalami pergeseran.
c. Gelombang permukaan, disebut juga gelombang Rayleigh atau gelombang Love. Gelombang ini sangat lambat dengan periode gelombang yang panjang dan amplitudonya besar, yang menjalar melalui kerak bumi, seperti gelombang air tetapi tidak menembus ke bagian dalam bumi.
Pusat gempa bumi, yaitu titik di dalam bumi tempat gempa terjadi disebut hiposenter, dan titik pada permukaan bumi tepat di atas pusat gempa disebut episenter.
Berdasarkan proses terjadinya, gempa bumi dibagi menjadi :
a. Gempa pendahuluan, amplitudonya kecil dan terjadi sebelum gempa besar atau gempa utama.
b. Gempa utama, amplitudonya besar sehingga dapat dirasakan oleh manusia
c. Gempa susulan, terjadinya beberapa menit atau jam setelah gempa utama.
Berdasarkan kedalaman hiposenternya, maka gempa bumi dibagi menjadi :
a. Gempa-dalam, kedalaman hiposenter lebih dari 300 km. Gempa ini dapat mencapai ke permukaan tetapi amplitudonya kecil sehingga tidak berbahaya.
b. Gempa-sedang, kedalaman hiposenter antara 60 dan 300 km. Umumnya gempa ini jarang menimbulkan kerusakan.
c. Gempa-dangkal, kedalaman hiposenter kurang dar 60 km. Gempa ini sering menimbulkan kerusakan pada permukaan bumi.
Berdasarkan proses fisis, gempa bumi dapat dibedakan menjadi :
a. Gempa tektonik, disebabkan oleh pergeseran lempeng benua. Jika episenternya berada di laut, maka akan menimbulkan Tsunami (gelombang laut yang besar).
b. Gempa vulkanik, disebabkan oleh aktivitas magma dekat permukaan bumi atau disebabkan oleh letusan gunung berapi (vulkano). Gempa vulkanik biasanya mempunyai intensitas lemah dan terjadi pada daerah sekitar gunung meletus. Kerusakan dan korban jiwa lebih disebabkan oleh letusannya daripada gempanya.
c. Gempa runtuhan, disebabkan oleh runtuhan batuan misalnya pada gua atau disebabkan oleh longsoran tanah.
Siklon Tropis
Siklon tropis adalah badai sirkuler yang menimbulkan angin yang mampu merusakan daerah 250 mil dari pusatnya. Kecepatan angin yang paling kencang terdapat pada cincin yang bergaris tengah 20 – 30 mil dari pusat siklon. Kcepata angin di daerah itu dapat mencapai 150 mil/jam. Hujan deras dan angin terpusat dalam pita spiral yang berputar dan pada pusat siklon tropis terdapat inti panas yang disebut mata siklon.
Bencana Kekeringan
Kekeringan (drought) dan daerah kondisi kering (aridity) merupakan hal yang berbeda. Kekeringan merupakan kondisi kesenjangan antara air yang tersedia dengan air yang diperlukan. Kondisi kering diartikan sebagai keadaan dengan jumlah curah hujan sedikit.
Kondisi kering disebabkan oleh kombinasi antara kurangnya jumlah curah hujan (sebagai masukan) dan evapotranspirasi (sebagai keluaran). Penyebab kekeringan adalah gerak turun udara akibat tekanan tinggi yang menghalangi pembentukan awan sehingga kelembaman rendah dan terjadi defisiensi (kekurangan) curah hujan.
Bencana banjir
Bencana banjir disebabkan oleh buruknya sistem skala meso atau makro. Faktor meteorologis utama yang menyebabkan bencana banjir adalah hujan torensial, distribusi hujan dan durasi hujan. Faktor lain yang penting adalah sifat fisis permukaan tanah. Siklon tropis dapat mempengaruhi sistem cuaca di Indonesia, terutama meningkatkan perawanan, curah hujan, angin dan gelombang lain.
Demikian postingan mengenai bencana alam kebumian. Tulisan ini merupakan ringkasan dari buku Ilmu Kebumian dan Antariksa yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Bayong Tjasyono HK., DEA. Mohon maaf berhubungnya temanya masih asing, maka belum bisa menuliskan dengan bahasa yang lebih leluasa. Untuk jelasnya bisa langsung membaca dari buku tersebut maupun sumber-sumber lain.
Sumber bacaan :
Tjasyono, Bayong. 2009. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Cetakan ketiga. PT Remaja Rosda Karya.
Arsyad Riyadi Maret 31, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Salah satu akibat dari rotasi bumi adalah terjadi perbedaan waktu pada permukaan bumi.
Dalam satu rotasi, bumi membutuhkan waktu 1 hari 1 malam atau 24 jam = 24 x 60 menit. Melakukan 1 kali rotasi artinya bumi telah menempuh 3600 bujur. Sehingga ketika waktu yang dibutuhkan sebesar 24 x 60 menit, maka untuk 10bujur membutuhkan waktu :
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tempat-tempat yang berbeda 10 bujur akan berbeda 4 menit.
Bagaimana dengan Indonesia yang memiliki 3 daerah waktu? Apakah menggunakan dasar yang sama?
Tentunya jawabannya pasti ya.
Telah dijelaskan bahwa setiap tempat yang berbeda bujur 10 akan menunjukkan waktu berbeda 4 menit. Akibatnya seluruh permukaan bumi akan dibagi atas 360 macam waktu yang berbeda 4 menit. Untuk menyederhanakannya, secara internasional ditetapkan 24 daerah waktu yang masing-masing berbeda 3600/24 = 150 atau 1 jam.
Untuk bujur 00 ditentukan melalui kota Greenwich (dekat London). Setiap garis bujur yang jauhnya 150 atau kelipatan 150 di sebelah barat atau sebelah timur nol derajat sebagai bujur standar. Bujur standar ini yang nantinya dinamakan waktu standar atau waktu lokal.
Indonesia memiliki tiga bujur standar yaitu 1050, 1200 dan 1350 BT (Bujur Timur). Sehingga waktu lokalnya berturut-turut adalah Greenwich ditambah dengan 105/15 jam (atau 7 jam), 120/15 jam (atau 8 jam) dan 135/15 jam (atau 9 jam). Sehingga misalnya di Greenwich menunjukkan jam 9 pagi, maka di Indonesia menunjukkan waktu 16.00, 17.00 dan 18.00.
Contoh :
1. Jika di Jayapura menunjukkan pukul 10.00 pagi, pukul berapa di :
A. di Ujung Pandang
B. di Jakarta
Penyelesaian :
Jayapura masuk pada WIT, yaitu pukul 10.00
A. Ujung Pandang masuk WITA, sehingga lebih pagi selisih 1 jam yaitu pukul 09.00
B. Jakarta masuk WIB, sehingga selisih 2 jam lebih pagi yaitu pukul 08.00
2. Suatu saat di Greenwich menunjukkan pukul 12.00. Pukul berapa :
A. Di kota A yang terletak pada 600 BB
B. Di kota B yang terletak pada 500 BT
Penyelesaian :
A. Kota A terletak pada 600 BB
Perbedaan letak kota A dan Greenwich (bujur 00) adalah 600 – 00 = 600
Karena 10 bujur berbeda waktu 4 menit, maka perbedaan waktu kota A dan Greenwich adalah
Letak kota A berada di sebelah barat kota Greenwich, sehingga kota A menunjukkan pukul 12.00 – 4 = 08.00.
B. Kota B terletak pada 500 BT
Perbedaan letak kota A dan Greenwich (bujur 00) adalah 500 – 00 = 500
Karena 10 bujur berbeda waktu 4 menit, maka perbedaan waktu kota A dan Greenwich adalah
Letak kota A berada di sebelah timur kota Greenwich, sehingga kota A menunjukkan pukul 12.00 + 3 jam 20 menit = 13.00 lebih 20 menit atau 13.20.
Arsyad Riyadi Maret 29, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Dalam satu rotasi, bumi membutuhkan waktu 1 hari 1 malam atau 24 jam = 24 x 60 menit. Melakukan 1 kali rotasi artinya bumi telah menempuh 3600 bujur. Sehingga ketika waktu yang dibutuhkan sebesar 24 x 60 menit, maka untuk 10bujur membutuhkan waktu :
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tempat-tempat yang berbeda 10 bujur akan berbeda 4 menit.
Bagaimana dengan Indonesia yang memiliki 3 daerah waktu? Apakah menggunakan dasar yang sama?
Tentunya jawabannya pasti ya.
Telah dijelaskan bahwa setiap tempat yang berbeda bujur 10 akan menunjukkan waktu berbeda 4 menit. Akibatnya seluruh permukaan bumi akan dibagi atas 360 macam waktu yang berbeda 4 menit. Untuk menyederhanakannya, secara internasional ditetapkan 24 daerah waktu yang masing-masing berbeda 3600/24 = 150 atau 1 jam.
Untuk bujur 00 ditentukan melalui kota Greenwich (dekat London). Setiap garis bujur yang jauhnya 150 atau kelipatan 150 di sebelah barat atau sebelah timur nol derajat sebagai bujur standar. Bujur standar ini yang nantinya dinamakan waktu standar atau waktu lokal.
Indonesia memiliki tiga bujur standar yaitu 1050, 1200 dan 1350 BT (Bujur Timur). Sehingga waktu lokalnya berturut-turut adalah Greenwich ditambah dengan 105/15 jam (atau 7 jam), 120/15 jam (atau 8 jam) dan 135/15 jam (atau 9 jam). Sehingga misalnya di Greenwich menunjukkan jam 9 pagi, maka di Indonesia menunjukkan waktu 16.00, 17.00 dan 18.00.
Contoh :
1. Jika di Jayapura menunjukkan pukul 10.00 pagi, pukul berapa di :
A. di Ujung Pandang
B. di Jakarta
Penyelesaian :
Jayapura masuk pada WIT, yaitu pukul 10.00
A. Ujung Pandang masuk WITA, sehingga lebih pagi selisih 1 jam yaitu pukul 09.00
B. Jakarta masuk WIB, sehingga selisih 2 jam lebih pagi yaitu pukul 08.00
2. Suatu saat di Greenwich menunjukkan pukul 12.00. Pukul berapa :
A. Di kota A yang terletak pada 600 BB
B. Di kota B yang terletak pada 500 BT
Penyelesaian :
A. Kota A terletak pada 600 BB
Perbedaan letak kota A dan Greenwich (bujur 00) adalah 600 – 00 = 600
Karena 10 bujur berbeda waktu 4 menit, maka perbedaan waktu kota A dan Greenwich adalah
Letak kota A berada di sebelah barat kota Greenwich, sehingga kota A menunjukkan pukul 12.00 – 4 = 08.00.
B. Kota B terletak pada 500 BT
Perbedaan letak kota A dan Greenwich (bujur 00) adalah 500 – 00 = 500
Karena 10 bujur berbeda waktu 4 menit, maka perbedaan waktu kota A dan Greenwich adalah
Letak kota A berada di sebelah timur kota Greenwich, sehingga kota A menunjukkan pukul 12.00 + 3 jam 20 menit = 13.00 lebih 20 menit atau 13.20.
Arsyad Riyadi Maret 29, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Hukum Keppler berhubungan erat dengan gerak planet. Ada 3 hukum, yaitu Hukum
I Keppler, Hukum II Keppler dan Hukum III Keppler.
Hukum I Keppler
Hukum I Keppler atau dikenal sebagai hukum lintasan ellips berbunyi : “Setiap planet bergerak dalam orbit elips mengitari matahari, dengan matahari berada di salah satu titik fokus elips.”
Orbit planet mengitari matahari berbentuk elips. P = Perihelium, A = Aphelium
Posisi pada orbit planet saat planet paling dekat disebut perihelium. Sedangkan posisi pada orbit saat planet paling jauh dari matahari disebut aphelium.
Hukum I Keppler sukses menjelaskan bentuk orbit planet, tetapi gagal memperkirakan posisi planet pada suatu tempat. Untuk menyempurnakan, Keppler mengemukakan hukum keduanya.
Hukum II Keppler
Hukum II Keppler berbunyi :”Dalam selang waktu yang sama, luas juring yang disapu planet adalah sama.” Terlihat pada gambar berikut, bahwa daerah yang diarsir mempunyai luas yang sama.
Dari gambar tersebut, terlihat bahwa kelajuan revolusi planet terbesar ketika garis khayal (vektor radius) terpendek, yaitu saat planet pada posisi paling dekat dengan matahari (perihelium). Sedangkan kelajuan revolusi terkecil ketika garis khayal (vektor radius) terpanjang, yaitu saat plnaet berada pada posisi jauh dari matahari (aphelium).
Hukum III Keppler
Hukum III Keppler dikenal dengan nama hukum harmonik, yang berbunyi :”Perbandingan kuadrat period terhadap pangkat tiga dari setengah sumbu panjang elips adalah sama untuk semua planet.”
Secara matematis dituliskan sebagai :
T = periode
R = radius
k = konstan
Contoh :
Jarak sebuah planet ke Matahari adalah 16 kali jarak Bumi – Matahari. Berapa tahun bumikah periode revolusi planet tersebut?
RPlanet = 16 Rbumi
TPlanet = 8TBumi
Hasil kerja dari Keppler, Copernicus, dan Galileo digabungkan oleh Newton tahun 1687 dalam Principia. Arsyad Riyadi Februari 23, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Hukum I Keppler
Hukum I Keppler atau dikenal sebagai hukum lintasan ellips berbunyi : “Setiap planet bergerak dalam orbit elips mengitari matahari, dengan matahari berada di salah satu titik fokus elips.”
Orbit planet mengitari matahari berbentuk elips. P = Perihelium, A = Aphelium
Posisi pada orbit planet saat planet paling dekat disebut perihelium. Sedangkan posisi pada orbit saat planet paling jauh dari matahari disebut aphelium.
Hukum I Keppler sukses menjelaskan bentuk orbit planet, tetapi gagal memperkirakan posisi planet pada suatu tempat. Untuk menyempurnakan, Keppler mengemukakan hukum keduanya.
Hukum II Keppler
Hukum II Keppler berbunyi :”Dalam selang waktu yang sama, luas juring yang disapu planet adalah sama.” Terlihat pada gambar berikut, bahwa daerah yang diarsir mempunyai luas yang sama.
Dari gambar tersebut, terlihat bahwa kelajuan revolusi planet terbesar ketika garis khayal (vektor radius) terpendek, yaitu saat planet pada posisi paling dekat dengan matahari (perihelium). Sedangkan kelajuan revolusi terkecil ketika garis khayal (vektor radius) terpanjang, yaitu saat plnaet berada pada posisi jauh dari matahari (aphelium).
Hukum III Keppler
Hukum III Keppler dikenal dengan nama hukum harmonik, yang berbunyi :”Perbandingan kuadrat period terhadap pangkat tiga dari setengah sumbu panjang elips adalah sama untuk semua planet.”
Secara matematis dituliskan sebagai :
T = periode
R = radius
k = konstan
Contoh :
Jarak sebuah planet ke Matahari adalah 16 kali jarak Bumi – Matahari. Berapa tahun bumikah periode revolusi planet tersebut?
RPlanet = 16 Rbumi
TPlanet = 8TBumi
Hasil kerja dari Keppler, Copernicus, dan Galileo digabungkan oleh Newton tahun 1687 dalam Principia. Arsyad Riyadi Februari 23, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Hipotesa Asal Usul Bulan
Sumber : http://id.wikipedia.org/ |
Membaca buku Persiapan Menghadapi Olimpiade Fisika yang ditulis oleh Yohanes Surya, membuat aku terhenti sejenak ketika membaca judul hipotesa asal-usul bulan.
Selama ini, saya dengarnya asal-asul pembentukan tata surya atau jagat raya. Ternyata bulan pun ada teorinya...(katrok alias gaptek ternyata).
Ada 4 hipotesa yang terkenal, yaitu :
- hipotesa pemecahan (fission hypothesis)
- hipotesa penangkapan (capture hypothesis)
- hipotesa pengumpulan (accretion hypothesis)
- hipotesa benturan besar (giant impact hypotesis)
Hipotesa pemecahan, dikemukakan oleh G. Darwin tahun 1879, menganggap bahwa pada saat bumi masih muda, bumi berputar cepat pada sumbunya sehingga ada bagian material yang terlepas. Bagian yang terlepas itu mengorbit ke bumi dan menjadi bulan.
Hipotesa penangkapan menganggap bahwa bulan berasal dari suatu tempat di luar angkas. Karena oleh suatu sebab, bulan bergerak dekat bumi dan mengorbit.
Hipotesa pengumpulan, menganggap bulan berasal dari debu-debu dan kepingan materi yang beterbangan di sekitar bumi. Benda-benda tersebut makin lama makin menyatu dan membentuk benda yang besar, yaitu bulan.
Hipotesa benturan besar. Menurut hipotesa ini, ketika bumi masih muda (mengalami proses kondensasi), bumi mengalami benturan dengan benda langit lain, yaitu Mars. Akibat benturan tersebut, material di kedua benda yang berbenturan saling terpental (sebagian ada yang menguap). Sebagaian pentalan ini ada yang berkumpul kembali dan mengorbit menjadi bulan. Jadi bulan terdiri dari material bumi dan sebagian dari material benda lain yang menumbuk.
Teori benturan ini yang banyak diterima orang.
Pertama, hipotesa ini mampu menjelaskan mengenai sedikitnya unsur besi di bulan.
Kedua, hipotesa ini mampu menjelaskan asal-usul keberadaan material di permukaan bumi, seperti emas dan platina yang diduga berasal dari planet yang menumbuk bumi. Padahal emas dan platina memiliki massa jenis besar, seharusnya berada di pusat bumi.
Proses terbentuknya tata surya, sampai saat ini masih menjadi tanda tanya yang besar? Belum ada penjelasan yang sempurna tentang proses pembentukan tata surya ini.
Setidaknya dikenal beberapa teori mengenai terbentuknya tata surya, yaitu teori nebula (kabut), teori planetisimal, teori pasang surut, teori bintang kembar dan teori proto planet (kondensasi).
1. Teori kabut/nebula
Teori ini mula-mula dikenalkan oleh Rene Descartes (1644). Menurut Descartes, di alam semesta ini ada putaran gas yang berputar cepat sekali. Putaran ini menyebabkan materi terkonsentrasi. Materi inilah yang merupakan cikal bakal benda-benda langit.
Teori ini kemudian dikembangkan oleh Imanuel Kant dan P.S Laplace. Menurut mereka, tata surya ini terbentuk dari kabut besar yang berputar melalui beberapa proses. Gumpalan kabut ini perlahan-lahan berputar sehingga bagian tengah kabut itu berubah menjadi gumpalan gas yang kemudian membentuk matahari, dan bagian kabut di sekelilingnya membentuk planet, satelit, dan benda-benda langit lainnya.
2. Teori planetisimal
Thomas C. Chamberlin (1843 - 1928), seorang ilmuwan geologi dan Forest R. Moulton (1872 - 1952), seorang ilmuwan astronomi, mencetuskan teori yang dikenal dengan nama teori planetisimal (yang artinya planet kecil).
Menurut teori ini, matahari yang ada sekarang sudah ada sebelumnya. Kemudian pada suatu saat ada bintang melintas pada jarak yang tidak terlalu jauh dari matahari. Akibatnya, terjadi peristiwa pasang naik pada permukaan matahari maupun bintang itu, sehingga sebagian dari massa matahari tertarik ke arah bintang mirip lidah raksasa. Pada saat bintang menjauhi matahari, sebagian massa yang tertarik itu jatuh kembali ke permukaan matahari dan sebagian lagi terhambur ke angkasa di sekitar matahari menjadi planet-planet dan bintang lainnya.
3. Teori pasang surut
Sir James Jeans (1877 - 1946) dan Harold Jeffreys (1891), keduanya ilmuwan Inggris, mengemukakan teori pasang surut. Teori ini hampir sama dengan teori planetisimal. Jeans dan Jeffreys menggambarkan bahwa setelah bintang yang mendekat itu berlalu, massa matahari yang lepas membentuk bintang menyerupai cerutu yang terbentang ke arah bintang. Karena bintang bergerak menjauh, maka massa cerutu terputus-putus dan membentuk gumpalan gas di sekitar matahari. Gumpalan-gumpalann gas kemudian membeku dan terbentuklah planet-planet.
4. Teori bintang kembar
Teori ini dikemukakan tahun 1930, yang pada dasarnya mirip dengan teori Planetisimal. Menurut teori ini, awalnya ada dua bintang kembar, kemudian satu bintang meledak menjadi serpihan-serpihan kecil, Akibat pengaruh medan gravitasi bintang yang tidak meledak, serpihan-serpihan itu berputar mengelilinginya. Serpihan-serpihan ini kemudian dikenal sebagai planet-planet, satelit-satelit pengiring planet, dan benda-benda langit kecil lainnya, sedangkan bintang yang tetap utuh adalah matahari.
5. Teori proto planet (kondensasi)
Pada tahun 1940, Carl von Wiezsaeker, seorang ilmuwan Astronomi Jerman mengemukakan suatu teori yang disebut teori Proto Planet. Kemudian pada tahun 1959, teori ini disempurnakan oleh ilmuwan astronomi lain, yaitu Gerard P.Kuiper dan Subrahmanyan Chandrasekhar.
Pada prinsipnya, teori ini mengemukakan bahwa tata surya terbentuk dari proses pemampatan gumpalan awan dan debu. Peristiwa ini sudah berlangsung lebih dari lima miliar tahun yang lalu. Pada proses pemampatan itu, partikel-partilel debu tertarik ke bagian pusat awan, kemudian membentuk gumpalan bola yang dapat berputar.
Dalam selang waktu jutaan tahun gumpalan gas memipih menyerupai sebuah bentuk cakram, yaitu tebal di bagian tengah dan lebih tipis di bagian tepinya. Partikel-partikel di bagian tengah cakram mempunyai tekanan yang lebih tinggi sehingga menimbulkan panas dan berpijar, yang akhirnya menjadi matahari.
Sedangkan bagian yang paling luar berputar dengan sangat cepat, sehingga terpecah-pecah menhadi gumpalan gas dan debu yang lebih kecil, yang kemudian membeku dan menjadi planet-planet dan benda langit lainnya.
Sumber : Foster, Bob. 2004. Terpadu Fisika SMA Kelas X Semester 1. Erlangga Arsyad Riyadi Desember 14, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia
Setidaknya dikenal beberapa teori mengenai terbentuknya tata surya, yaitu teori nebula (kabut), teori planetisimal, teori pasang surut, teori bintang kembar dan teori proto planet (kondensasi).
1. Teori kabut/nebula
Teori ini mula-mula dikenalkan oleh Rene Descartes (1644). Menurut Descartes, di alam semesta ini ada putaran gas yang berputar cepat sekali. Putaran ini menyebabkan materi terkonsentrasi. Materi inilah yang merupakan cikal bakal benda-benda langit.
Teori ini kemudian dikembangkan oleh Imanuel Kant dan P.S Laplace. Menurut mereka, tata surya ini terbentuk dari kabut besar yang berputar melalui beberapa proses. Gumpalan kabut ini perlahan-lahan berputar sehingga bagian tengah kabut itu berubah menjadi gumpalan gas yang kemudian membentuk matahari, dan bagian kabut di sekelilingnya membentuk planet, satelit, dan benda-benda langit lainnya.
2. Teori planetisimal
Thomas C. Chamberlin (1843 - 1928), seorang ilmuwan geologi dan Forest R. Moulton (1872 - 1952), seorang ilmuwan astronomi, mencetuskan teori yang dikenal dengan nama teori planetisimal (yang artinya planet kecil).
Menurut teori ini, matahari yang ada sekarang sudah ada sebelumnya. Kemudian pada suatu saat ada bintang melintas pada jarak yang tidak terlalu jauh dari matahari. Akibatnya, terjadi peristiwa pasang naik pada permukaan matahari maupun bintang itu, sehingga sebagian dari massa matahari tertarik ke arah bintang mirip lidah raksasa. Pada saat bintang menjauhi matahari, sebagian massa yang tertarik itu jatuh kembali ke permukaan matahari dan sebagian lagi terhambur ke angkasa di sekitar matahari menjadi planet-planet dan bintang lainnya.
3. Teori pasang surut
Sir James Jeans (1877 - 1946) dan Harold Jeffreys (1891), keduanya ilmuwan Inggris, mengemukakan teori pasang surut. Teori ini hampir sama dengan teori planetisimal. Jeans dan Jeffreys menggambarkan bahwa setelah bintang yang mendekat itu berlalu, massa matahari yang lepas membentuk bintang menyerupai cerutu yang terbentang ke arah bintang. Karena bintang bergerak menjauh, maka massa cerutu terputus-putus dan membentuk gumpalan gas di sekitar matahari. Gumpalan-gumpalann gas kemudian membeku dan terbentuklah planet-planet.
4. Teori bintang kembar
Teori ini dikemukakan tahun 1930, yang pada dasarnya mirip dengan teori Planetisimal. Menurut teori ini, awalnya ada dua bintang kembar, kemudian satu bintang meledak menjadi serpihan-serpihan kecil, Akibat pengaruh medan gravitasi bintang yang tidak meledak, serpihan-serpihan itu berputar mengelilinginya. Serpihan-serpihan ini kemudian dikenal sebagai planet-planet, satelit-satelit pengiring planet, dan benda-benda langit kecil lainnya, sedangkan bintang yang tetap utuh adalah matahari.
5. Teori proto planet (kondensasi)
Pada tahun 1940, Carl von Wiezsaeker, seorang ilmuwan Astronomi Jerman mengemukakan suatu teori yang disebut teori Proto Planet. Kemudian pada tahun 1959, teori ini disempurnakan oleh ilmuwan astronomi lain, yaitu Gerard P.Kuiper dan Subrahmanyan Chandrasekhar.
Pada prinsipnya, teori ini mengemukakan bahwa tata surya terbentuk dari proses pemampatan gumpalan awan dan debu. Peristiwa ini sudah berlangsung lebih dari lima miliar tahun yang lalu. Pada proses pemampatan itu, partikel-partilel debu tertarik ke bagian pusat awan, kemudian membentuk gumpalan bola yang dapat berputar.
Dalam selang waktu jutaan tahun gumpalan gas memipih menyerupai sebuah bentuk cakram, yaitu tebal di bagian tengah dan lebih tipis di bagian tepinya. Partikel-partikel di bagian tengah cakram mempunyai tekanan yang lebih tinggi sehingga menimbulkan panas dan berpijar, yang akhirnya menjadi matahari.
Sedangkan bagian yang paling luar berputar dengan sangat cepat, sehingga terpecah-pecah menhadi gumpalan gas dan debu yang lebih kecil, yang kemudian membeku dan menjadi planet-planet dan benda langit lainnya.
Sumber : Foster, Bob. 2004. Terpadu Fisika SMA Kelas X Semester 1. Erlangga Arsyad Riyadi Desember 14, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia
Tata Surya adalah susunan benda-benda langit yang terdiri dari matahari, planet-planet yang berputar mengelilingi matahari dan juga asteroid, komet serta benda-benda langit lainnya.
Semua bintang (misalnya matahari) dapat memancarkan cahayanya sendiri, sedangkan planet, asteroid, komet dan benda langit lainnya tidak dapat memancarkan cahanya sendiri.
Ada delapan planet yang dikenal, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Sedangkan Pluto dikenal sebagai planet kerdil yang berada di luar orbit planet.
Untuk menghapalkan planet-planet tersebut secara berurutan dari yang dekat matahari sampai yang paling jauh, dapat menggunakan singkatan. Misalnya :
Mengemudikan Vespa Bukan Mainan , Joni Sahabat Urip Nekat [Pergi]
ada juga yang menggunakan singkatan :
Memainkan Volley Ball Membuat Jantung Sehat Untuk Nenek [Peot]
( catatan : P = Pluto sudah tidak masuk dalam anggota tata surya)
Planet-planet tersebut ada yang yang dapat dilihat dengan mata telanjang, seperti Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus
Pengelompokan planet :
Planet-planet dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Bumi sebagai pembatas
1) Planet inferior : Merkurius dan Venus
2) Planet superior : Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto
b. Lintasan asteroid (terletak antara planet Mars dan Jupiter) sebagai pembatas
1) Planet dalam (inner planet) : Merkurius, Venus, Bumi, Mars
2) Planet luar (outer planet) : Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto
c. Ukuran dan komposisi bahan penyusunnya
1) Planet terrestial (kebumian) : Merkurius, Venus, Bumi, Mars
2) Planet Jovian (raksasa) : Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus
Ini dulu pembahasan pengenalan tata surya. Masih banyak yang harus dipelajari pada postiongan mendatang. Arsyad Riyadi Desember 11, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia
Semua bintang (misalnya matahari) dapat memancarkan cahayanya sendiri, sedangkan planet, asteroid, komet dan benda langit lainnya tidak dapat memancarkan cahanya sendiri.
Ada delapan planet yang dikenal, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Sedangkan Pluto dikenal sebagai planet kerdil yang berada di luar orbit planet.
Sumber : http://www.astrobio.net/news-exclusive/solar-system-simulation-reveals-planetary-mystery/ |
Untuk menghapalkan planet-planet tersebut secara berurutan dari yang dekat matahari sampai yang paling jauh, dapat menggunakan singkatan. Misalnya :
Mengemudikan Vespa Bukan Mainan , Joni Sahabat Urip Nekat [Pergi]
ada juga yang menggunakan singkatan :
Memainkan Volley Ball Membuat Jantung Sehat Untuk Nenek [Peot]
( catatan : P = Pluto sudah tidak masuk dalam anggota tata surya)
Planet-planet tersebut ada yang yang dapat dilihat dengan mata telanjang, seperti Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus
Pengelompokan planet :
Planet-planet dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Bumi sebagai pembatas
1) Planet inferior : Merkurius dan Venus
2) Planet superior : Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto
b. Lintasan asteroid (terletak antara planet Mars dan Jupiter) sebagai pembatas
1) Planet dalam (inner planet) : Merkurius, Venus, Bumi, Mars
2) Planet luar (outer planet) : Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto
c. Ukuran dan komposisi bahan penyusunnya
1) Planet terrestial (kebumian) : Merkurius, Venus, Bumi, Mars
2) Planet Jovian (raksasa) : Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus
Ini dulu pembahasan pengenalan tata surya. Masih banyak yang harus dipelajari pada postiongan mendatang. Arsyad Riyadi Desember 11, 2014 New Google SEO Bandung, Indonesia